Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah

10:10 PM URAY ISKANDAR 0 Comments

Melakukan manajemen secara efektif dapat dimungkinkan jika manajer itu memiliki ketrampilan manajemen dengan baik. Ketrampilan itu dimaksudkan agar dapat mengelola sumber daya yang dimiliki organisasi baik sumber daya manusia maupun sumber daya lain secara efisien dan efektif. Selain itu, sumber-sumber tersebut tidak selalu tersedia dalam organisasi sehinga harus ada usaha-usaha manajer untuk mengadakannya atau mencari alternatif pemecahan masalah berkenaan dengan sumber daya itu.
Kepala Sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh oleh seseorang guru setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan untuk meningkatkan profesi dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Dalam mencapai suatu tujuan organisasi bahwa seorang manajer harus memiliki ketrampilan manajerial agar dapat menjalankan fungsi-fungsi daripada manajemen.
Fred Luthans (1995) mengemukakan lima jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang manajer, yang mencakup : (1) Cultural flexibility; (2) Communication skills (3) Human Resources Development skills ; (4) Creativity ; dan (5) Self Management of learning. ( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/02/kemampuan-manajerial-kepala-sekolah/Akses tanggal 17 Desember 2010 ). Kelima keterampilan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Cultural flexibility merupakan keterampilan yang merujuk kepada kesadaran dan kepekaan budaya, di mana seorang manajer dituntut untuk dapat menghargai nilai keberagaman kultur yang ada di dalam organisasinya. Kepala sekolah selaku manajer di sekolah sangat mungkin akan dihadapkan dengan warga sekolah, dengan latar kultur yang beragam, baik guru, tenaga administrasi maupun siswa. Oleh karenanya, kepala sekolah dituntut untuk dapat menghargai keberagaman kultur ini.
Communication skill merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan kemampuan untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun non verbal. Keterampilan komunikasi amat penting bagi seorang kepala sekolah, karena hampir sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala sekolah senantiasa melibatkan dan berhubungan orang lain. Komunikasi yang efektif akan sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Human Resources Development skills merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning climate), mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan pengalaman kerja, penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan perubahan organisasi, dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Dalam perspektif persekolahan, kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang tersedia di sekolahnya, sehingga mereka benar-benar dapat diberdayakan dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah
Creativity merupakan keterampilan manajer yang tidak hanya berkenaan dengan pengembangan kreativitas dirinya sendiri, akan tetapi juga keterampilan untuk menyediakan iklim yang mendorong semua orang untuk menjadi kreatif. Sehubungan dengan hal ini, seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menciptakan iklim kreativitas di lingkungan sekolah yang mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Self- management of learning merupakan keterampilan manajer yang merujuk kepada kebutuhan akan belajar yang berkesinambungan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha memperbaharui pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Kepala Sekolah sebagai manajer
Sekolah yang sehat memiliki kultur organisasi sekolah yang baik. Sekolah dikatakan sehat bila terdapat dorongan dan semangat yang tinggi. Moral kerja yang tinggi jika kepala sekolah, guru dan staf selalu bekerja dengan semangat yang tinggi, sangat antusias, bergairah, dan sebagainya. Selanjutnya sekolah sehat bila sekolah itu terhindar dari tekanan-tekanan berbagai pihak.
Manajemen adalah suatu aktifitas atau seni dalam mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin dikerjakan melaui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasandalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan peran dan tugasnya sebagi manajer bahwa kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan kepasa tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya bahwakn mendorong adanya suatu keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Kemampuan memberdayakan tugas, peran tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam pemberian arahan secar dinamis dan terus menerus. Pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan pemberian hadiah.
Menurut Wahyudi ( 2009:65 ) Kepala Sekolah harus berusahan untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada :
a. Asas tujuan, bahwa kebutuhan tenga kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan tujuan merupakan seni yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya.
b. Asas keunggulan, bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan memperoleh penghargaan pribadi.
c. Asas mufakat, kepala sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
d. Asas kesatuan, kepala sekolah harus bverusaha untuk menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan sekolah. Hal ini untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga kependidikan terhadap sekolah.
e. Asas persatuan, kepala sekolah harus mendorong untuk meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
f. Asas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan, karena data yang memuat komponen sekolah memegang peranan yang sangat penting.
g. Asas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban agar tugas dapat dilaksanakan dengan lancar,
h. Asas integritas, kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan Peraturan di dalam Permen Diknas Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah yang disahkan pada 17 April tahun 2007 dijelaskan bahwa kepala sekolah mempunyai 5 kompetensi utama yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial. Namun, dalam penulisan ini, penulis fokuskan hanya pada peran kepala sekolah / Madrasah sebagai manajer yang mempunyai tanggung jawab manajerial, yang meliputi beberapa aspek, yaitu:
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangansekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak anjutnya.( http://rifqiemaulana.wordpress.com/2009/07/11/kepimpinan-manajerial-kepala-sekolah/ akses tanggal 17 Desember 2010 )
Beberapa hal di atas merupakan satu kompetensi dari 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, bagaimana kenyataan di lapangan? Masih banyak peran serta semua pihak baik itu pemerintah, guru, masyarakat, dan lainnya untuk dapat menjalankan peran dan kompetensi mereka sampai pada batas minimal sebagaimana diamanatkan oleh Permen No. 13 thn 2007 tersebut.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Kepemimpinan Kepala Sekolah

10:00 PM URAY ISKANDAR 0 Comments

Pemimpin akan muncul jika ada sekelompok orang bekerja yang melakukan aktivitas bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan sese¬orang untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapai tujuan bersama (Gibson dalam Sudarmayanti, 2002: 272).
Jadi dalam memimpin pasti terlibat kemampuan seseorang untuk mempengaruhi atau memotivasi orang lain/bawahannya
agar mereka mau melaksanakan tugasnya dengan baik. Pengertian lain bahwa kepemimpinan merupakan suatu aktivitas
untuk mempe¬ngaruhi perilaku atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok (Miftah Toha,
2004: 9).
Pengertian juga mengungkapkan bahwa pemimpin ditentukan oleh bakat dan kemampuan/kepandaian. Bakat yaitu sifat yang dibawa sejak lahir sedang kemampuan atau kepandaian yaitu suatu kemampuan yang dicapai karena belajar atau berlatih secara teori maupun praktek mengenai kepemimpinan untuk bertindak sebagai pemimpin. Di dalam prakteknya akan lebih baik apabila kedua hal tersebut ada pada diri seorang pemimpin, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan kemampuan untuk mengelola pekerjaan atau suatu organisasi.
Kepemimpinan berkaitan dengan sebuah organisasi bahwa kepe¬mimpinan sebagai pencerminan suatu kualitas organisasi sebagai sistem yang memiliki karakteristik. Konsep tersebut menjadi gambaran bahwa maju dan mundurnya suatu organisasi sangat tergantung dari pemimpin.
Lembaga pendidikan atau sekolah sebagai organisasi formal merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Dari komponen yang ada seorang pemimpin harus mengetahui dan memberdayakan bawahannya untuk mengerjakan tugas.
Sehubungan dengan jabatan sebagai kepala sekolah sebenarnya terdapat tiga peran yaitu: 1) Kepala Sekolah sebagai pemimpin sekolah, 2) Kepala Sekolah sebagai manajer dan 3) Kepala Sekolah sebagai administrator.
Kepala sekolah sebagai pemimpin yaitu mengarahkan, mempe¬ngaruhi, memberi pengertian atau sejenisnya kepada staf untuk bekerja mencapai tujuan. Sedang kepala sekolah sebagai manajer berkaitan dengan pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporannya. Kepala sekolah sebagai adminsitrator berkaitan dengan jabatan dalam keorganisasian yaitu terkait dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab seperti halnya dikemukakan Wirawan (2002: 17) bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang terjadi seketika. Istilah proses dalam istilah kepemimpinan ini terdiri dari masukan, proses dan keluaran.
Pemimpin mempunyai peranan sebagai subyek yang aktif, kreatif dalam menggerakkan orang baik sebagai individu



maupun kelompok/organisasi dalam pencapaian tujuan/visi, secara efektif.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran strategi dalam kerangka manajemen dan kepala sekolah merupakan salah satu faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Kepala sekolah adalah pengelola satuan pendidikan yang bertugas menghimpun, memanfaatkan, mengoptimalkan seluruh potensi dan SDM, sumber daya lingkungan (sarana dan prasarana) serta sumber dana yang ada untuk membina sekolah dan masyarakat sekolah yang dikelolanya.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami kebera¬daan sekolah sebagai organiasi yang kompleks dan
unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin
sekolah.
Kualitas kepemimpinan menurut Rodger D. Callons dalam Timpe (1993: 38-40) telah diidentifikasi sejumlah ciri-ciri pemimpin yang berhasil diantaranya adalah kelancaran berbicara, kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwes¬an, kecerdasan, kesediaan menerima tanggung jawab, ketrampilan sosial dan kesadaran akan lingkungan.
Pemimpin sebagai suatu atribut yang terdiri dari 12 karakteristik yaitu : 1) fitalitas dan stamina fisik, 2) inteligensia, 3) kemampuan menerima tanggung jawab, 4) kompetensi penugasan, 5) mema¬hami kebutuhan orang lain, 6) terampil berurusan dengan orang lain, 7) ingin berhasil, 8) kemauan bermotivasi, 9) keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi, 10) kemampuan menenangkan perasaan, 11) kemampuan memanajemen, memutuskan dan menetapkan, 12) adaptasi dan fleksibilitas (Salusu, 1996: 210).
Berdasarkan beberapa sifat pemimpin di atas maka pemimpin merupakan orang pilihan yang mempunyai sifat-sifat unggul dibanding dengan lainnya dalam satu kelompok.
Di samping sifat, fungsi dan kualitas terdapat implikasi dari sifat-sifat, perilaku, pengetahuan, dan fungsi dalam pelaksanaan sehari-hari dengan cara atau gaya tersendiri agar berhasil sesuai dengan harapan.
Terdapat 2 dua gaya yang digunakan oleh pemimpin yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada karyawan.
Gaya pemimpin yang berorientasi pada tugas yaitu mengarahkan dan mengawasi secara ketat bawahannya untuk
memastikan bahwa tugas dijalankan dengan memuaskan. Gaya pemimpin yang berorientasi pada karyawan yaitu mencoba
memotivasi karyawan bukan mengendalikan karyawan (Linkert dikutif oleh James AF Stoner, 1982: 120).
Terdapat 8 tipe kepemimpinan yaitu 1) tipe kharismatik, 2) Tipe paternalistik dan maternalistis, 3) tipe meliteristis, 4) tipe
otokratis, 5) tipe laissez faire, 6) tipe populastis, 7) tipe administratif atau eksekutif, 8) tipe demokratis.
Berdasarkan pendapat Gary Yukl, 2002: 6, dijelaskan berbagai ukuran dari keberhasilan pencapaian tujuan yang
disebabkan oleh kepemimpinan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

KEEFEKTIFAN SEKOLAH

3:51 PM URAY ISKANDAR 0 Comments

Sekolah yang efektif sama dengan sekolah yang baik, mengacu pada kinerja unit organisasi. Kinerja sekolah dapat diperlihatkan melalui output sekolah tersebut yang pada gilirannya diukur sesuai dengan prestasi rata-rata siswa pada akhir masa pendidikan formal mereka di sekolah tersebut. Persoalan kefektifan sekolah dapat diketahui bahwa kinerja sekolah itu berbeda-beda.
Menurut Jaap Scheerens (2003:7) bahwa konsep efektivitas sekolah harus dilihat sebagai konsep formal, yakni konsep yang tidak dipandang bulu berkenaan dengan jenis-jenis pengukuran terhadap kinerja sekolah yang dipilih. Pengukuran terhadap efektivitas sekolah didasarkan pada standar komparatif dan bukan standar absolut. Dengan demikian efektivitas sekolah dilihar sebagai gelar untuk mana saja sekolah-sekolah yang telah mencapai tujuannya, kalau dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang setara, menurut jumlah siswa yang diterima dengan jalan memanipulasi kondisi-kondisi tertentu yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau karena konteks yang melingkupi sekolah tersebut.
Sedangkan menurut Deni Koswara, dkk ( 2008: 9) efektivitas menunjuk pada keampuhan sesuatu, yang dikaitkan dengan cara yang tepat guna, dan diukur berdasarkan hasil yang bagus dan proses yang singkat dan hemat. Pemantauan terhadap efektivitas sesuatu atas kinerja semua komponen tersebut perlu dilakukan agar diperoleh data dan informasi yang selalu aktual dan rinci, kemudian digunakan untuk meningkatkan atau membenahi sebagian atau unsur yang masih belum pada tempatnya.
Sekolah yang efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan yang baik, transparan, responsibel dan akuntabel serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan sekolah secara efektif dan efisien ( Deni Koswara, dkk 2008:10)
Dengan demikian keefektifan sekolah dilihat dari sudut prestasi, mampu menampung masukan yang banyak dan menghasilkan tamatan yang bermutu, mampu bersaing dan relevan dengan kebutuhan masyarakat serta mempunyai nilai ekonomis.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah menjadi sekolah yang efektif, semua unsur yang terkait dengan kinerja sekolah bersinergi untuk mewujudkan pencapaian tujuan. Keefektifan sekolah tentu didukung oleh komponen-komponen yang efektif juga, seperti sekolah efektif, kepala sekolah efektif, guru efektif dan siswa yang efektif.
Sekolah secara universal diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling banyak diminati sekaligus digunjingkan. Nyaris semua anak manusia yang berakses akan memasuki sekolah untuk keperluan belajar yang menunjukkan adanya dua tekanan (Sudarwan Danim, 2010:164), yakni tekanan animo masyarakat untuk memasuki rganisasi pembelajar itu dan tekanan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang nyaris selalu meninggalkan kemampuan komunitas sekolah dan kemampuan manajemen sekolah yang sebagian masih relatif lemah untuk mentransformasikannya.
Tuntutan terhadap sebuah sekolah untuk menjadi efektif berdampak pada pada aspek utama dari komando atas semua gerak kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Meskipun secara selintas hanya dikehendaki produk yang optimal dalam wujud prestasi belajar siswa, karena sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen saling kait mengkait.
Perubahan jaman dalam satu dekade ini terasa begitu cepat, menghadapkan dunia pendidikan nasional kita kepada beberapa tantangan yang sangat berat, khususnya dalam upaya menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global dan mampu beradaptasi di era teknologi dan informasi. Untuk itu, penyelenggarakan pendidikan secara baik, tertata dan sistematis merupakan bagian penting guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni peningkatan mutu pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatkan mutu pengelolaan sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Strategi pembangunan pendidikan selama ini kurang memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk melakukan pemberdayaan diri kearah kemandirian sekolah, hal ini dinilai merupakan salah satu faktor penyebab kekurangberhasilan sekolah dalam pengelolaan pengelolaan sekolah (Nurkholis, 2003:15).
Sistem pengelolaan pendidikan yang dibangun secara sentralistik dengan kewenangan utama berada pada birokrasi tingkat pusat menyebabkan sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional (Irianto B.Y dan Sa’ud S.U, 2009:1).
Di sisi lain, krisis ekonomi yang berlanjut menjadi multikrisis ditambah adanya kebijakan pencabutan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) oleh pemerintah telah membawa dampak buruk yang cukup serius di semua sektor kehidupan masyarakat termasuk sektor pendidikan. Akibatnya, selain berdampak pada menurunnya kemampuan masyarakat menengah ke bawah untuk melanjutkan pendidikan juga berdampak pada penurunan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah, dikarenakan sekolah sendiri kesulitan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi penyelenggaran pendidikan di sekolah.
Keefektifan sekolah utamanya untuk memberikan wawasan pengetahuan yang utuh tentang kedududkan, tugas, peran dan fungsi sekolah sebagai pembaharuan, pelayanan, peningkatan mutu sumber daya manusia dan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat secara keseluruhan. Kata kuncinya terletak pada bagaimana upaya setiap warga sekolah dapat mendukung terwujudnya pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran secara berkualitas. Caranya melalui pemberdayaan berbagai komponen penting yang terdapat di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar sekolah.
Masalah efektivitas kepala sekolah merupakan hal yang pokok dalam kehidupan sistem organisasi sekolah. Sejak awal perkembangannya, ilmu manajemen selalu memfokuskan pengamatannya pada keefektifan dan keefisienan. Tidak mungkin ada pembicaraan tentang manajemen tanpa ada pemahaman mengenai efektivtias dan efisiensi.
Menurut Van Kesteren, dalam Jaap Scheerens ( 2003:25) efektivitas organisasi adalah kadar yang dimiliki sebuah organisasi, yang didasarkan atas manajemen yang kompeten, sambil menghindari usaha yang tidak perlu di dalam lingkungan tempat dimana organisasi beroperasi yang kurang lebih komplek untuk mengontrol kondisi internal dan lingkungan organisasi.
Keefektifan sebuah sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang rumah tangga tempat asal anak didik dan keadaan masyarakat sekitar sekolah. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang sangat memadai dan kondisi keuangan yang cukup mapan, akan membantu terselenggaranya suatu sekolah yang efektif. Dalam rangka meningkatakan kualitas sekolah menjadi sekolah efektif, semua unsur yang terkait dengan kinerja sekolah bersinergi untuk mewujudkan pencapaian tujuan.
Menurut Phi Delta Kappa, dalam Deni Koswara ( 2008:11) menyatakan bahwa sekolah efektif mempunyai ciri kepemimpinannya kuat, memiliki harapan yang tinggi bagi siswa dan guru, lingkungan yang kondusif, kepala sekolah berperan sebagai instructional leader, kemajuan prestasi belajar siswa yang dimonitor dan adanya dukungan orang tua secara aktif.
Dengan demikian bahwa efektivitas sekolah pada intinya dilihat sebagai pokok persoalan sekolah itu sendiri ( perspektif manajemen sekolah ) dengan mempertimbangkan pendidikan disekolah dan faktor-faktor lainnya yang dihubungkan dengan kinerja nilai tambah yang relatif tinggi.
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efektif jika pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula. Pekerjaan tersebut sudah mampu merealisasi tujuan organisasi dalam aspek yang dikerjakan. Manajemen pendidikan di suatu sekolah dapat dikatakan efektif jika para siswa lulusan sekolah itu telah memiliki kompetensi yang telah ditentukan sebagai tujuan.
Proses penyelenggaraan sekolah efektif dalam dimensi manajemen didasarkan pada penerapan manajemen mutu terpadu. Apabila diterapkan secara tepat, dapat membantu para pengelola atau penyelenggara pendidikan di lembaga pendidikan termasuk sekolah dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan lulusan yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan atau harapan para stakeholdernya.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif. Keberhasilan dalam bidang pendidikan setidaknya dapat dikaji dari dimensi keefektifan sekolah dalam pengelolaan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tingkat produktivitas maksimal atau mutu lulusan pendidikan yang lebih baik. Pada dsarnya efektivitas adalah suatu kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Reddin, dalam Rohiat ( 2010: 8) menyatakan bahwa manajemen efektif adalah membuat yang benar, mengkreasikan alternatif-alternatif, mengoptimalkan sumber-sumber, memperoleh hasil dan meninkgatkan keuntungan.
Menurut Nanang Fattah ( 2009:35) efisiensi pendidikan memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Suatu sekolah dapat dikatakan efektif jika sekolah tersebut mengerti dan mengetahui mutu, tujuan bersama dapat dicapai dan dapat melaksanakan semua tugas pokok yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat, memanfaatkan sumber daya manusia, dana dan sumber balajar untuk mewujudkan tujuan sekolah yang di susun secara bersama.
Dengan demikian keefektifan sekolah adalah mampu menciptakan keseimbangan antara sumber-sumber yang di butuhkan dan yang ada atau tersedia guna mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan dapat dipahami sebagai kemampuan dari suatu sistem pendidikan untuk mengalokasikan sumber-sumber pendidikan secara adil sehingga setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil yang optimal
Oleh : Uray Iskandar, S.Pd

0 Komentar Tog Bhe Maseh: