Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

11:11 AM URAY ISKANDAR 0 Comments

Salah satu permasalahan pendidikan yang paling mendasar dan sedang
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun, dari berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukan peningkatan yang merata, sebagian sekolah terutama di kotakota
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan
namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam
penyelenggaraan pendidikan kita? dan berbagai pengamatan dan analisis dari
para pakar pendidikan mengatakan sedikitnya ada tiga faktor yang menjadi
penyebab mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan educational production function atau input-ouput
analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa
lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi
semua input yang diperlukan dalam kegiatan produksi, maka akan menghasilkan
output yang dikendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa input pendidikan
seperti: pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
prasarana terpenuhi maka mutu pendidikan akan tercapai. Tapi dalam
kenyataannya, mutu pendidikan yang diharapkan banyak yang tidak terwujud. Hal
ini disebabkan karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education
production function terlalu memusatkan pada input dan kurang memperhatikan
proses pendidikan.
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan
sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat
panjang terkadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah. Sehingga sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisatif untuk
mengembangkan dan memajukan lembaga termasuk peningkatan mutu.
Faktor ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim, peran serta masyarakat
selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana/input bukan pada proses
pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutermeister (dalam E.
Mulyasa, 2002:117) menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor determinan
terhadap produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate),tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leaders). Kemudian Sagir(dalam Mulyasa, 2002:117) mengemukakan ada enam faktor yang turut
menentukan kinerja (produktivitas) yaitu : pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim
kerja, derajat kesehatan, dan tingkat upah minimal. Dari keenam faktor tersebut
yang mendukung produksitivitas (kinerja) secara eksplisit dalam iklim kerja
diuraikan pentingnya kepemimpinan. Mulyasa (2002:118) juga menyimpulkan
bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk
meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan.
Keberhasilan tenaga pendidikan dan tenaga administratif dalam
melaksanakan tanggung jawabnya tidak akan lepas dari berbagai faktor, salah
satunya adalah kemampuan manajerial, gaya kepemimpinan dan motivasi kepala
sekolah. Dalam hal ini, kemampuan manajerial yang dimaksud lebih cenderung
kepada kemampuan untuk mengelola sekolah tempat ia ditugaskan. Gaya
kepemimpinan yang dimaksud adalah style yang diterapkan dalam suatu kegiatan
guna membangkitkan motivasi atau semangat orang lain dengan jalan
memberikan inspirasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Kepala sekolah dengan segala kemampuan manajerialnya dapat mempengaruhi
iklim organisasi yang dipimpinnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pula
pada kinerja guru. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah merupakan
faktor penting dalam menentukan kinerja guru.
Disamping itu motivasi/dorongan sangat diperlukan dalam mewujudkan
kinerja yang baik, mengingat pada dasarnya kinerja yang dimiliki seorang adalah
merupakan suatu potensi, dimana seseorang tersebut belum tentu bersedia untuk
mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang
optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar seseorang tersebut
mau menngunakan seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut
sebagai motivasi. Motivasi sering diartikan sebagai pendorong agar seseorang
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Jadi motivasi dapat sebagai
pendorong agar seorang mau mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
bekerja. Seorang guru akan bersedia mengerahkan segenap kemampuannyauntuk melaksanakan pekerjaan, bilamana dengan melaksanakan pekerjaan
tersebut dapat terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu dalam rangka memacu
kinerja diperlukan adanya dorongan atau motivasi kerja dari atasan atau kepala
sekolah.
Oleh karena itu kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan yang efektif dapat menggerakkan,
mengarahkan dan mendorong orang untuk lebih berusaha mengerahkan segenap
kemampuannya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks kinerja, kemampuan manajerial, gaya kepemimpinan dan
motivasi kepala sekolah sebagai seorang pemimpin akan mempengaruhi kinerja
yang dalam hal ini adalah guru. Kepemimpinan yang baik akan menciptakan
situasi dan iklim kerja yang mampu mendorong guru untuk bekerja mencurahkan
segenap kemampuannya dengan iklas, sehingga dicapai kinerja yang optimal.
Pentingnya peran kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan,
sudah banyak dibuktikan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah Mulyasa
(2002:118) yang mengatakan bahwa kepemimpinan (kepala sekolah) sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pegawai dan produktivitas, sehingga
dapat mendorong untuk pencapaian tujuan organisasi.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

11:52 AM URAY ISKANDAR 0 Comments

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan :

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi ini guru melakukan

1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru:

1. Memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru

2 Mendiskusikan materi bersama siswa

3 Memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan cara penyelesaian suatu soal.

4. Melibatkan peserta didik dalam membahas contoh dalam Buku

2. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru:

1. Membiasakan peserta didik membaca dan membuat data dalam bentuk tabel atau diagram.

2 Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas mengerjakan latihan soal yang ada pada buku ajar

3. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi guru:

1. Memberikan umpan balik pada peserta didik dengan memberi penguatan dalam bentuk lisan pada peserta didik yang telah dapat menyelesaikan tugasnya.
2. Memberi konfirmasi pada hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh peserta didik melalui sumber buku lain.
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang sudah dilakukan
4. Memberikan motivasi kepada peserta didi yang kurang dan belum bisa mengikuti dalam materi mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram..

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

G. Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

H. Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Penilaian Kinerja Guru

2:58 PM URAY ISKANDAR 0 Comments

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru.
Kinerja, baik secara individu maupun organisasi mempunyai peran yang besar dalam keberlangsungan organisasi dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan guna menilai perilaku pegawai dalam pekerjaannya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan langkah yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kinerja guru.
Penilaian kinerja guru merupakan langkah penting dalam melihat suatu kondisi sekolah serta guru, sehingga dapat diperoleh informasi penting bagi pengembangan sekolah. Menurut Wayne F. Cascio, dalam Uhar Suharsaputra ( 2010:168) penilaian kinerja bertujuan sebagai :
a. Dasar pemberian reward and punishment
b. Kriteria dalam riset personil
c. Prediktor
d. Dasar untuk membantu merumuskan tujuan program training
e. Feedback bagi karyawan itu sendiri
f. Bahan kaji bagi organisasi dan pengembangannya.
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalampenilaian kinerja guru. Menurut Dirjen PMPTK Depdiknas (2008 :37) ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama penilaian kinerja guru, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.
Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan Yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan halyang paling cocok dinilai dengan observasi. Tentu saja penilai harus terlebihdahulu mempersiapkan lembaran-lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak dinilai. Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak dinilai, di mana penilai dapat memberikan catatan atau penilaian mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang dinilai. Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tanda cek (√).
Lembar penilaian observasi juga dapat dibuat dalam bentuk yang tidak terstruktur. Maksudnya penilai (observer) tidak memberikan tanda cek, namun menuliskan catatan mengenai kondisi aspek yang diamati. Hal ini biasanya dilakukan apabila hal-hal yang diamati memang belum dapat dipastikan seperti apa dan bagaimana kemunculannya. Sebagai contoh, penilaian terhadap kemampuan seorang guru baru dalam mengelola kelas. Meskipun kisi-kisi pengelolaan kelas telah jelas, akan tetapi bisa saja guru baru yang dinilai tersebut memunculkan perilaku yang tidak terprediksi dalam menghadapi para siswa di kelas. Hal ini dilakukan terutama bila penilai menggunakan pendekatan kualitatif.
Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru menurut T.R. Mithcell dalam Dirjen PMPTK Depdiknas (2008:38) yaitu:
Performance = Motivation x Ability

Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan
dengan perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaan individu. Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.

0 Komentar Tog Bhe Maseh: