PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Mahrus, S.Pd, SD ( Pengawas SD UPTDinas Pendidikan dan Kebudayaan Kec. Jawai) Abstrak Kepala sekolah sebagai pemimpin puncak di tingkat sekolah harus mampu melihat dimensi kerja sama antar berbagai pihak yang ditata ke dalam tim kerja dengan dilandasi oleh rasa kepercayaan yang tinggi. Selanjutnya kepala sekolah harus mampu memanfaatkan kekompakan tim kerja tersebut secara optimal untuk senantiasa memperbaiki serta meningkatkan mutu sekolahnya. Pelaksanaan MBS di sekolah adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah dalam pengelolaan sumberdaya yang ada di sekolah dan penyusunan program, memberikan wewenang kepada Kepala Sekolah untuk mengelola sumberdaya dan mengatur rumah tangga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dalam batas-batas peraturan yang berlaku, mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk mendukung pendidikan di sekolah, mendorong pemanfaatan anggaran sekolah sesuai kebutuhan sekolah dengan memberikan anggaran yang dimanfaatkan bersama dari sumber-sumber lain, mendorong adanya transparansi dalam pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi, mendorong dan memanfaatkan kemampuan personil sekolah untuk meningkatkaan kreatifitas dan kemampuan yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, kreatif dan menyenangkan serta terciptanya sekolah yang ramah terhadap siswa. Kata Kunci : kepala sekolah, manajemen berbasis sekolah Pendahuluan Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut. Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama semakin baik. Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerja dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya kepala sekolah selaku pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerakan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas- tugas yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin profesional adalah pemimpin yang memahami tugas dan kewajibanya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahannya. Penerapan MBS menjadikan sekolah lebih otonom, tidak lagi menjadi subordinat dari pemerintah maupun yayasan, pendekatannya pun tidak birokratis lagi, penyelenggaraan sekolah menjadi lebih leluasa dalam mengelola anggaran pendidikan di sekolah. Adanya keleluasaan gerak kepala sekolah dalam mengelola anggaran dan menyebabkan peranan komite sekolah menjadi besar dan memiliki posisi tawar yang tinggi. Sebab, semua keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan selalu memberdayakan semua pihak (stakeholder). Dengan begitu, masyarakat melalui komite sekolah berhak mengetahui berbagai kucuran dana yang mengalir ke sekolah, sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat terwujud. Melalui pengembangan pendekatan MBS, maka karakteristik sekolah efektif dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu sekolah perlu diberikan keleluasaan untuk mengelola potensi sumber daya sekolah yang meliputi sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, material, sumber daya manusia, waktu, keuangan, dan lainnya. Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar biasa, namun sebuah upaya untuk mengembalikan hakikat penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan harapan daripada manajemen itu sendiri Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban nilai-nilai moral, adanya akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya. Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama makin negatif, misalnya orang yang suka bicara tapi tidak diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau kita pernah menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung berdebat dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat bersemangat ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Hal inilah yang lebih mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti serta tidak tahan mendengar kritik. Aktifitas yang memberikan pemikiran-pemikiran positif bagi pikiran sangat penting untuk merangsang munculnya perubahan yang reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari senang membaca, mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton film-film yang bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi ataupun sering mendengar ceramah yang bernuansa keagamaan. Banyak orang yang ingin menjadi lebih baik, tetapi enggan untuk mengubah pola pikir. Kita semua tahu bahwa terjadinya sebuah perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara berfikirnya. Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap yang positif. Dalam konteks komunikasi, isi pembicaraan semakin baik dari hari ke hari. Orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritikannya berkurang, nada kritikannya mulai berubah dari yang bahasa sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat di lingkungan kantor misalnya, perubahan dapat dilihat dengan munculnya rasa tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke setiap pertemuan, waktu sangat dihargai sekali. Muncul kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan ataupun staf. Pola pikir positif akan membentuk perilaku positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan dirinya sebagai pegawai yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bagian/bidang yang diembannya. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi serta tugasnya untuk menjalin rasa kebersamaan dari budaya kerja dimana ia berasal dan starata pendidikan yang ia capai. Dengan memiliki rasa kebersamaan itu merupakan sebuah kekuatan besar dalam menghadapi segala tantangan untuk mencapai sebuah tujuan. Peran Kepala Sekolah dalam MBS Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dan percaya diri pada guru, staf, siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing dan memberi bimbingan, pengarahan kepada para guru, staf, maupun para siswa serta berdiri di depan demi kemajuan sekolah dan tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus berani untuk melakukan perubahan, namun sebelumnya ia juga harus berubah terlebih dahulu sebelum meminta orang lain untuk berubah. Semakin yakin orang terhadap perubahan yang dilakukannya, maka semakin mereka banyak orang menerima perubahan yang dilakukannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam upaya mengembangkan intelektual peserta didik dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan disekolah perlu mempunyai strategi, mau belajar dari pengalaman dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin perubahan. Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah secara efisien. Didalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi, mengarahkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dilingkungan sekolah tersebut. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh setiap sekolah yang akan menerapkannya. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Menurut Rohiat (2008: 69) proses menuju MBS memerlukan perubahan pada empat hal pokok : 1. Perlu perubahan peraturan perundang-undangan/ ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang ada. 2. Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan berperilaku yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif, sinkronistis, kooperatif, luwes dan profesional. 3. Peran sekolah yang selama ini biasa diatur perlu disesuaikan menjadi sekolah yang bermotivasi diri tinggi. 4. Hubungan antar unsur-unsur dalam sekolah, antara sekolah sekolah dengan Dinas Pendidikan perlu disesuaikan Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Perubahan mulai disadari menjadi bagian yang penting dari suatu organisasi. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diinginkan. Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya dalam kegiatannya mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah. Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja bersama dan melalui orang lain dalam organisasi di sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus mampu menggerakkan semua potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah wajib membantu guru meningkatkan kapasitasnya untuk membelajarkan murid secara optimal. Dalam lingkungan sekolah kepala sekolah adalah sebagai pemimpin terjadinya perubahan disekolah tentunya perubahan yang menggiring lembaga pendidikan tersebut kearah yang lebih baik, selalu berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan kepada masyarakat. Dalam upaya memimpin sebuah perubahaan kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan dalam mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah. Sebuah kasus terjadi di sebuah sekolah ketika seorang guru mengajar dengan mempergunakan Laptop dan LCD menjadi bahan gunjingan guru-guru yang tidak mengerti dan paham tentang penggunaan peralatan tersebut. Dalam hal menangani kasus tersebut seorang kepala sekolah harus segera mengadakan pembinaan dengan pola mengubah mindset para guru yang gagap teknologi untuk segera memberikan pelatihan kepada mereka. Menurut Wahyudi (2009:119) kepemimpinan terus mengalami perubahan sesuai dengan peran yang dijalankan. Kepemimpinan adalah mempengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain untuk berkontribusi terhadap efektifitas dan keberhasilan organisasi yang mereka adalah anggota. Peran kepemimpinan kepala sekolah selaku pemimpin perubahan dilingkungan sekolah adalah mampu mempengaruhi anggota organisasinya untuk melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi Menurut Hussey, dalam Laksmi Riani (2011: 61) bahwa faktor pendorong terjadinya perubahan adalah : 1. Perubahan teknologi yang terus meningkat 2. Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global 3. Pelanggan semakin banyak tuntutan, Profil demografis negara berubah 4. Privitisasi bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholder minta lebih banyak. Sebagai pemimpin perubahan banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah diantaranya adalah kepala sekolah dihadapkan pada orang- orang yang menolak terjadinya perubahan dan orang- orang yang tidak siap menerima perubahan. Mengapa organisasi menantang perubahan ? Menurut Robbins (2010: 439) ada empat hal yang menantang perubahan dalam organisasi : 1. Para anggota takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki 2. Kebanyakan organisasi adalah birokrasi 3. Kebanyakan perusahaan dapat mengelola lingkungan mereka 4. Budaya organisasi menentang tekanan ke arah perubahan. Kepala sekolah selaku pimpinan yang berada disekolah yang tentunya juga berhadapan dengan orang- orang yang memiliki kepentingan- kepentingan pribadi dan menghendaki kekuasaan. Dalam hal inilah peranan kepemimpinan selaku pemimpin perubahan sangat menentukan dalam merancang dan merumuskan langkah-langkah perubahan yang akan dicapai. Sasaran penting dalam proses perubahan adalah meliputi sikap dan keterampilan yang menunjukan terjadinya perubahan, peran kerja, teknologi atau strategi kompetitif oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan hendaknya memiliki kemampuan dalam mengelola segala sumber daya yang ada disekolah, mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas yang memotivasi berkaitan dengan tugas para anggotanya. Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi dalam mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan orang lain. Menurut Wibowo (2006:347) peran pemimpin perubahan adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan hubungan efektif, pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap bawahannya dengan menghargai mereka, menunjukkan empati dan bersikap tulus. 2. Pergeseran fungsi manajer, bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya. 3. Memimpin dengan contoh, pemimpin harus harus dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan. 4. Mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu memahami kapan mempengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam itu. 5. Mengembangkan Team work, pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tim. 6. Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin sebelum mengambil keputusan mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan keputusan. 7. Menjadikan pemberdayaan sebagai Way of Life, akan tercipta suatu keadaan di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan termotivasi. 8. Membangun komitmen, pemberdayaan yang diberikan pimpinan mengandung makna meningkatnya beban tugas dan tanggung jawab. Kepala sekolah dituntut harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar dapat bekerja dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai peran dalam perubahan pendidikan di sekolah, karena di pandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat warga sekolah untuk dapat bergerak, giat dalam menjalankan tugas serta berdaya upaya secara kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peran keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam perubahan tidak hanya ditekankan pada perilaku yang ditampilkan oleh seorang pimpinan dalam kelompok, tetapi perlu ditelaah dari sisi perilaku yang ditampilkan anggota dalam lembaga pendidikan yakni sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus bisa mentransformasi nilai kepada warga sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Dengan tidak membeda-bedakan siapa warga sekolah itu, apakah ia seorang guru, TU, penjaga sekolah, tukang kebun maupun siswa. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran dan inisiatif untuk melakukan perubahan inovatif maupun strategis. Menurut Mangkuprawira dalam Laksmi Riani (2011: 72) menjelaskan bahwa diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu perubahan yaitu terdapatnya kerangka perubahan, batasan perubahan yang diinginkan, target hasil, keterkaitan dengan tujuan perusahaan, komit pada kepemimpinan, memahami implikasi perubahan, memilih metode yang benarmelibatkan pemangku kepentingan, menggunakan strategi serta memantau, mengendalikan dan menilai proses. Apabila seorang kepala sekolah hanya cukup mendiamkan perubahan, posisi ini merupakan posisi yang paling banyak dipilih oleh kepala sekolah yang ingin mengambil posisi aman terhadap kondisi yang ada. Mereka tidak berada di posisi sebagai pelopor perubahan, namun juga tidak menolak atas perubahan yang terjadi. Biasanya, kepala sekolah seperti ini tergolong sebagai kaum oportunis. Dimana ketika perubahan itu akan membawa keuntungan bagi dirinya, maka perubahan itu akan mereka dukung. Sebaliknya jika mereka melihat perubahan itu tidak membawa keuntungan serta proses perubahan tersebut cenderung gagal, mereka memilih posisi aman dengan diam pada posisi yang ada pada saat ini. Sudah sewajarnya kita harus mempercayai kepala sekolah dan komite sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan pada sekolahnya masing-masing. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.” (Depdiknas. 2000: 52). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah di tetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mangacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efisien, selain mamahami konsep implementasi dengan baik, harus juga di dukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional. Dana yang tersedia juga cukup memadai untuk manggaji staf sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, serta sarana dan prasarna yang di dukung oleh masyarakat. Tujuan utama implementasi manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, keluwesan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme pendidik, adanya penghargaan dan hukuman sebagai kontrol. Menurut A. Ghani (2014: 13) diperlukan beberapa faktor pendukung untuk keberhasilan pelaksanaan MBS, antara lain : 1. Kepemimpinan, faktor kemampuan profesional kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran. 2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan. 3. Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua peserta didik dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar. 4. Dukungan pemerintah, sangat menentukan efektivitas implementasi MBS. 5. Profesionalisme, upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah. Keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah juga ditunjang oleh komite sekolah yang merupakan komponen paket pelaksanaan MBS. Dengan demikian komite sekolah adalah wakil dari seluruh unsur tersebut diatas. Seperti yang telah dikemukan bahwa keberhasilan MBS tidak saja ditentukan oleh kepala sekolah, tetapi juga komite sekolah. Dalam memimpin, bahwa seorang kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dengan memperhatikan aspirasi pemangku kepentingan disatuan pendidikan yang bersangkutan. Konsumen yang harus dilayani dan sangat berkepentingan adalah siswa dan orang tuanya. Menurut Mulyasa (2002:34) mengemukakan konsep pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah diantaranya adalah pengelompokan sekolah yang didasarkan pada kemampuan manajemen dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Implementasi merupakan pelaksaanaan atau perwujudan suatu usaha-usaha yang akan dijalankan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah ditetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efesien, selain memahami konsep implementasi dengan baik, harus juga didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan professional. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam implementasi MBS antara lain yaitu kategori sekolah yang sudah maju, sedang dan masih tertinggal. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kemampuan sekolah dalam mengimplementasikan MBS berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Keragaman kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing sekolah menuntut perlakuan yang berbeda dalam melaksanakan MBS. Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efesien kepala sekolah sebagai manajer perlu memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan, perencanaan, pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan, dan hubungan manusiawi sebagai modal untuk menciptakan iklim yang kondusif. MBS merupakan kunci suatu keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai seluruh potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Implementasi MBS harus memiliki visi, misi dan tujuan serta wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya. Selain itu juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan program pendidikan di sekolah. Simpulan Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan ingin berubah karena perubahan yang terjadi tersebut secara rasional, dan bukan atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Namun lebih pada kesadaran bahwa perubahan tersebut memang perlu dilakukan serta membawa ke arah kebaikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan harus bisa mempengaruhi serta meyakinkan warga sekolah bahwa kondisi yang ada pada saat ini perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini, diperlukan lebih dari sekadar kecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk menjadi pelopor perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari pihak yang sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap perubahan. Sebuah kasus di sekolah yang mana kepala sekolah tidak pernah melakukan supervisi akademik, namun begitu ada pergantian kepala sekolah yang baru secara perlahan melakukan perubahan tersebut, akhirnya kegiatan supervisi akademik yang dulunya ditakuti guru-guru malahan sekolarang menjadi hal yang sudah biasa dan terbiasa bagi guru-guru. Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan untuk meningkatkan mutu sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan masyarakat erat dan adanya kesadaran bersama.
Pendahuluan
Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan
budaya yang berlaku didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung
pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota
yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut.
Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren
reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama semakin baik.
Pemimpin pada
hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerja dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya kepala sekolah selaku pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerakan dan mempengaruhi bawahannya
sehubungan dengan tugas- tugas yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai
pemimpin profesional adalah pemimpin
yang memahami tugas dan kewajibanya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama
yang baik dengan bawahannya.
Penerapan
MBS menjadikan sekolah lebih otonom, tidak lagi menjadi subordinat dari
pemerintah maupun yayasan, pendekatannya pun tidak birokratis lagi,
penyelenggaraan sekolah menjadi lebih leluasa dalam mengelola anggaran
pendidikan di sekolah. Adanya keleluasaan gerak kepala sekolah dalam mengelola
anggaran dan menyebabkan peranan komite sekolah menjadi besar dan memiliki
posisi tawar yang tinggi. Sebab, semua keputusan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan selalu memberdayakan
semua pihak (stakeholder). Dengan
begitu, masyarakat melalui komite sekolah berhak mengetahui berbagai kucuran
dana yang mengalir ke sekolah, sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat
terwujud.
Melalui
pengembangan pendekatan MBS, maka karakteristik sekolah efektif dapat
dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu sekolah perlu diberikan
keleluasaan untuk mengelola potensi sumber daya sekolah yang meliputi sumber
daya ilmu pengetahuan dan teknologi, material, sumber daya manusia, waktu,
keuangan, dan lainnya. Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar
biasa, namun sebuah upaya untuk mengembalikan hakikat penyelenggaraan
pendidikan yang sesuai dengan harapan daripada manajemen itu sendiri
Manusia diciptakan
sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban nilai-nilai moral, adanya akal dan budi
pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi
ganda, yakni kehidupan yang bersifat
material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan
dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan
kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha
menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya.
Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama makin negatif, misalnya
orang yang suka bicara tapi tidak
diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau kita pernah
menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung berdebat
dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat bersemangat
ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Hal inilah yang lebih
mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan
atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau
mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti serta tidak tahan
mendengar kritik.
Aktifitas yang memberikan pemikiran-pemikiran
positif bagi pikiran sangat penting untuk merangsang munculnya perubahan yang
reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari senang membaca,
mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton film-film yang
bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi ataupun sering mendengar
ceramah yang bernuansa keagamaan. Banyak orang yang ingin menjadi lebih baik,
tetapi enggan untuk mengubah pola pikir. Kita semua tahu bahwa terjadinya
sebuah perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara
berfikirnya.
Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap
yang positif. Dalam konteks komunikasi, isi pembicaraan semakin baik dari hari
ke hari. Orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritikannya
berkurang, nada kritikannya mulai
berubah dari yang bahasa sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat
di lingkungan kantor misalnya, perubahan dapat dilihat dengan munculnya
rasa tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke
setiap pertemuan, waktu sangat dihargai sekali.
Muncul kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan
ataupun staf.
Pola pikir positif akan membentuk perilaku positif demikian pula pola
pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku yang positif akan
berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan dirinya sebagai pegawai
yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bagian/bidang yang
diembannya. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan
pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri dalam situasi dan
kondisi serta tugasnya untuk menjalin rasa kebersamaan dari budaya kerja dimana ia berasal
dan starata pendidikan yang ia capai. Dengan memiliki rasa kebersamaan itu
merupakan sebuah kekuatan besar dalam menghadapi segala tantangan untuk
mencapai sebuah tujuan.
Peran
Kepala Sekolah dalam MBS
Kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang
kuat dan percaya diri pada guru, staf, siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing dan memberi bimbingan, pengarahan kepada para guru, staf, maupun
para siswa serta berdiri di depan demi kemajuan sekolah dan tercapainya tujuan.
Seorang pemimpin harus berani untuk melakukan perubahan, namun sebelumnya ia
juga harus berubah terlebih dahulu sebelum meminta orang lain untuk berubah.
Semakin yakin orang terhadap perubahan yang dilakukannya, maka semakin mereka
banyak orang menerima perubahan yang dilakukannya.
Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam upaya
mengembangkan intelektual peserta didik
dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan disekolah perlu mempunyai strategi, mau belajar dari pengalaman dan
memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin perubahan. Disamping itu
kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya manusia
untuk dapat bekerja secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah secara
efisien. Didalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat
memahami, mengatasi, mengarahkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
terjadi dilingkungan sekolah tersebut.
Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak
yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan
kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab
pengambilan keputusan. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan
yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa
itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing
yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Manajemen berbasis
sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh setiap sekolah yang
akan menerapkannya. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan sekolahnya. Menurut Rohiat (2008: 69) proses menuju
MBS memerlukan perubahan pada empat hal pokok :
1. Perlu perubahan peraturan
perundang-undangan/ ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang ada.
2. Kebiasaan
berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan
berperilaku yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif,
sinkronistis, kooperatif, luwes dan profesional.
3. Peran
sekolah yang selama ini biasa diatur perlu disesuaikan menjadi sekolah yang
bermotivasi diri tinggi.
4. Hubungan
antar unsur-unsur dalam sekolah, antara sekolah sekolah dengan Dinas Pendidikan
perlu disesuaikan
Perubahan tidak dapat dielakkan
dalam kehidupan manusia. Perubahan mulai disadari menjadi bagian
yang penting dari suatu organisasi. Berbagai upaya dan pendekatan telah
dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Sekolah
adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru,
pegawai tata usaha dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan
memerlukan adanya organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai
tujuan yang diinginkan. Semua komponen
yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya dalam kegiatannya
mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi secara
keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi
sekolah.
Sebagai administrator, kepala
sekolah harus mampu mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai
manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja bersama dan melalui orang lain
dalam organisasi di sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus
mampu menggerakkan semua potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Sebagai supervisor kepala sekolah wajib membantu guru meningkatkan kapasitasnya
untuk membelajarkan murid secara optimal. Dalam lingkungan
sekolah kepala sekolah adalah sebagai pemimpin terjadinya perubahan disekolah
tentunya perubahan yang menggiring lembaga pendidikan tersebut kearah yang
lebih baik, selalu berupaya meningkatkan
kualitas layanan pendidikan kepada
masyarakat.
Dalam
upaya memimpin sebuah perubahaan kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan
dalam mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah. Sebuah kasus terjadi
di sebuah sekolah ketika seorang guru mengajar dengan mempergunakan Laptop dan
LCD menjadi bahan gunjingan guru-guru yang tidak mengerti dan paham tentang
penggunaan peralatan tersebut. Dalam hal menangani kasus tersebut seorang
kepala sekolah harus segera mengadakan pembinaan dengan pola mengubah mindset
para guru yang gagap teknologi untuk segera memberikan pelatihan kepada mereka.
Menurut Wahyudi (2009:119) kepemimpinan terus mengalami perubahan
sesuai dengan peran yang dijalankan. Kepemimpinan adalah
mempengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain untuk berkontribusi
terhadap efektifitas dan keberhasilan organisasi yang mereka adalah anggota.
Peran kepemimpinan kepala sekolah selaku pemimpin perubahan dilingkungan
sekolah adalah mampu mempengaruhi anggota organisasinya untuk melaksanakan
pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi
Menurut Hussey, dalam
Laksmi Riani (2011: 61) bahwa faktor pendorong terjadinya perubahan adalah :
1. Perubahan
teknologi yang terus meningkat
2. Persaingan
semakin intensif dan menjadi lebih global
3. Pelanggan
semakin banyak tuntutan, Profil demografis negara berubah
4. Privitisasi
bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholder minta lebih banyak.
Sebagai
pemimpin perubahan banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh
kepala sekolah diantaranya adalah kepala sekolah dihadapkan pada orang- orang
yang menolak terjadinya perubahan dan orang- orang yang tidak siap menerima
perubahan. Mengapa organisasi menantang perubahan ? Menurut Robbins (2010: 439)
ada empat hal yang menantang perubahan dalam organisasi :
1. Para
anggota takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki
2. Kebanyakan
organisasi adalah birokrasi
3. Kebanyakan
perusahaan dapat mengelola lingkungan mereka
4. Budaya
organisasi menentang tekanan ke arah perubahan.
Kepala
sekolah selaku pimpinan yang berada disekolah yang tentunya juga berhadapan
dengan orang- orang yang memiliki kepentingan- kepentingan pribadi dan
menghendaki kekuasaan. Dalam hal inilah peranan kepemimpinan selaku pemimpin
perubahan sangat menentukan dalam merancang dan merumuskan langkah-langkah
perubahan yang akan dicapai.
Sasaran
penting dalam proses perubahan adalah meliputi sikap dan keterampilan yang
menunjukan terjadinya perubahan, peran kerja, teknologi atau strategi
kompetitif oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan hendaknya
memiliki kemampuan dalam mengelola segala sumber daya yang ada disekolah,
mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas yang memotivasi berkaitan dengan tugas para anggotanya.
Pemimpin
harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi dalam mengembangkan lingkungan
yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan orang lain. Menurut
Wibowo (2006:347) peran pemimpin
perubahan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan
hubungan efektif, pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap
bawahannya dengan menghargai mereka, menunjukkan empati dan bersikap tulus.
2. Pergeseran
fungsi manajer, bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan
anak buahnya.
3. Memimpin dengan contoh, pemimpin harus harus
dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan.
4. Mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu memahami
kapan mempengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus
dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam
itu.
5. Mengembangkan
Team work, pemimpin harus mampu
memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tim.
6. Melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin sebelum mengambil keputusan
mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan
keputusan.
7. Menjadikan pemberdayaan sebagai Way of Life, akan tercipta suatu keadaan
di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan termotivasi.
8. Membangun
komitmen, pemberdayaan yang diberikan pimpinan mengandung makna meningkatnya
beban tugas dan tanggung jawab.
Kepala sekolah dituntut
harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan dan
bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar dapat bekerja dalam mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin mempunyai peran dalam perubahan pendidikan di sekolah, karena di
pandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat warga sekolah untuk
dapat bergerak, giat dalam menjalankan tugas serta berdaya upaya secara
kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Peran keberhasilan kepemimpinan
kepala sekolah dalam perubahan tidak hanya ditekankan pada perilaku yang
ditampilkan oleh seorang pimpinan dalam kelompok, tetapi perlu ditelaah dari
sisi perilaku yang ditampilkan anggota dalam lembaga pendidikan yakni sekolah.
Untuk itu, kepala sekolah harus bisa mentransformasi nilai kepada warga sekolah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah
juga memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan,
dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Dengan
tidak membeda-bedakan siapa warga sekolah itu, apakah ia seorang guru, TU,
penjaga sekolah, tukang kebun maupun siswa. Kepala sekolah dituntut mempunyai
kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil
inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kepala
sekolah mempunyai peran dan inisiatif untuk melakukan perubahan inovatif maupun
strategis. Menurut Mangkuprawira dalam Laksmi Riani (2011: 72) menjelaskan
bahwa diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu
perubahan yaitu terdapatnya kerangka perubahan, batasan perubahan yang
diinginkan, target hasil, keterkaitan dengan tujuan perusahaan, komit pada
kepemimpinan, memahami implikasi perubahan, memilih metode yang benarmelibatkan
pemangku kepentingan, menggunakan strategi serta memantau, mengendalikan dan
menilai proses.
Apabila seorang kepala sekolah hanya cukup mendiamkan perubahan, posisi ini
merupakan posisi yang paling banyak dipilih oleh kepala sekolah yang ingin
mengambil posisi aman terhadap kondisi yang ada. Mereka tidak berada di posisi
sebagai pelopor perubahan, namun juga
tidak menolak atas perubahan yang terjadi. Biasanya, kepala sekolah seperti ini
tergolong sebagai kaum oportunis. Dimana
ketika perubahan itu akan membawa keuntungan bagi dirinya, maka perubahan itu akan
mereka dukung. Sebaliknya jika mereka melihat perubahan itu tidak membawa
keuntungan serta proses perubahan tersebut cenderung gagal, mereka memilih
posisi aman dengan diam pada posisi yang ada pada saat ini.
Sudah sewajarnya kita harus
mempercayai kepala sekolah dan komite sekolah untuk menentukan cara mencapai
sasaran pendidikan pada sekolahnya masing-masing. Setiap sekolah perlu menyusun
laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam
upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber
dayanya, dan apa rencana selanjutnya.” (Depdiknas. 2000: 52).
Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah di tetapkan secara
konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mangacu pada tujuan
pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efisien,
selain mamahami konsep implementasi dengan baik, harus juga di dukung oleh
sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional. Dana yang tersedia juga cukup
memadai untuk manggaji staf sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing,
serta sarana dan prasarna yang di dukung oleh masyarakat.
Tujuan utama implementasi manajemen berbasis sekolah adalah
meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi
diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
partisipasi orang tua, keluwesan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme pendidik, adanya penghargaan dan hukuman sebagai kontrol.
Menurut A. Ghani (2014: 13) diperlukan beberapa faktor
pendukung untuk keberhasilan pelaksanaan MBS, antara lain :
1. Kepemimpinan, faktor kemampuan profesional
kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusif untuk proses
pembelajaran.
2.
Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.
3. Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan
MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua peserta didik dan masyarakat,
kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong
anak untuk terus belajar.
4.
Dukungan pemerintah, sangat menentukan efektivitas implementasi MBS.
5.
Profesionalisme, upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.
Keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah juga
ditunjang oleh komite sekolah yang merupakan komponen paket pelaksanaan MBS. Dengan demikian komite sekolah adalah
wakil dari seluruh unsur tersebut diatas. Seperti yang telah dikemukan bahwa
keberhasilan MBS tidak saja ditentukan oleh kepala sekolah, tetapi juga komite
sekolah. Dalam memimpin, bahwa seorang kepala sekolah harus mengembangkan
iklim demokratis dengan memperhatikan aspirasi pemangku kepentingan disatuan
pendidikan yang bersangkutan. Konsumen yang harus dilayani dan sangat
berkepentingan adalah siswa dan orang tuanya.
Menurut Mulyasa (2002:34) mengemukakan konsep pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah diantaranya adalah pengelompokan sekolah yang
didasarkan pada kemampuan manajemen dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan
kualitas sekolah. Implementasi merupakan pelaksaanaan atau perwujudan suatu
usaha-usaha yang akan dijalankan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
implementasi manajemen berbasis sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang
telah ditetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap
mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara
efektif dan efesien, selain memahami konsep implementasi dengan baik, harus
juga didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan professional.
Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan
dalam implementasi MBS antara lain yaitu kategori sekolah yang sudah maju,
sedang dan masih tertinggal. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat
kemampuan sekolah dalam mengimplementasikan MBS berbeda-beda antara satu
sekolah dengan sekolah lainnya. Keragaman kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing sekolah menuntut perlakuan yang berbeda dalam melaksanakan MBS.
Untuk
mengimplementasikan MBS secara efektif dan efesien kepala sekolah sebagai
manajer perlu memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan, perencanaan, pandangan
yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh
kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin
kerja, keteladanan, dan hubungan manusiawi sebagai modal untuk menciptakan
iklim yang kondusif.
MBS
merupakan kunci suatu keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Oleh karena itu tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai
seluruh potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan
tujuan sekolah. Implementasi MBS harus memiliki visi, misi dan tujuan serta wawasan
yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam
mewujudkannya. Selain itu juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis
dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan program pendidikan di sekolah.
Simpulan
Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan ingin
berubah karena perubahan yang terjadi tersebut secara rasional, dan bukan atas
dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Namun lebih pada kesadaran bahwa
perubahan tersebut memang perlu dilakukan serta membawa ke arah kebaikan.
Kepala sekolah sebagai
pemimpin perubahan harus bisa mempengaruhi serta meyakinkan warga sekolah bahwa
kondisi yang ada pada saat ini perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini,
diperlukan lebih dari sekadar kecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk
menjadi pelopor perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari
pihak yang sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap
perubahan. Sebuah kasus di sekolah yang mana kepala sekolah tidak pernah
melakukan supervisi akademik, namun begitu ada pergantian kepala sekolah yang
baru secara perlahan melakukan perubahan tersebut, akhirnya kegiatan supervisi
akademik yang dulunya ditakuti guru-guru malahan sekolarang menjadi hal yang
sudah biasa dan terbiasa bagi guru-guru.
Peningkatan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu
menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas dan demokrasi
pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan
keuangan. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah
kebersamaan untuk meningkatkan mutu sekolah. Kerjasama sekolah yang baik
ditunjukkan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan
masyarakat erat dan adanya kesadaran bersama.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: