Peran kepala sekolah sebagai pemimpin

1:22 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


Kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo sebagai berikut :
a.       Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personiality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya,atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu,suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat kelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
b.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab daripada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap mental /fisik daripada kelompok orang-orang , baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
c.       Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan ( ability) atau teknik ( technique) untuk membuat kelelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias dan bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.
d.      Kepemipinan dapat pula dipandangi sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “ Human Relations”  dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
e.       Kepemimpinan dapat pula dipandangi sebagai, suatu sarana, suatu instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerjasama  dan berdaya upaya mentaati segala peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini,  kepemimpinan  sebagai dinamika suatu organisasi yang memuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “ kesatuan organisasi “ untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Berdasarkan pandangan diatas kepemimpinan  dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah Sekumpulan dari serangkaian kemampuan atau sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegemiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
            Hoy dan Misk mengemukakan bahwa kepemipinan hampir sebanyak orang yang meneliti dan mendefisinisikannya. Sebagai contoh dikutifnya beberapa definisi kepemimpinan dari berbagai buku  seperti berikut :
a.       Kepemimpinan adalah kekuatan ( Power) yang didasarkan atas tabiat / watak seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif ( Amitai Etzioni)
b.      Pemimpin adalah Individu di alam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok ( Fred E, Fiedler)
c.       Kepemimpinan dalam organisasi – organisasi bearti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin)
d.      Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengaruh (infuential increment) terhadap dan diatas pelaksanaan mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi (Daniel Katz And Robert L. Kahn)
e.       Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru utnuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi ( James Lipham).
f.       Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi untuk menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan ( Ralph M. Stogdill)
g.      Kepemimpinan terjadi didalam kelompok dua orang atau lebih, dan pada umumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan – tujuan kelompok ( Robert J. House dan Mary L. Baetz)     
h.      Kepemimpinan Pelayan adalah Suatu kepeimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani.(Greenleaf dalam bukunya yang berjudul Servant Leadership)         
Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko bahwa pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif, Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti being a leader power of leading ì atau the qualities of leader. Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.
Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian , pengawasan dan evaluasi.
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam pembentukan perilaku bawahan. menurut Handoko kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran.
            Jabatan Kepala Sekolah diduduki oleh seorang yang menyandang profesi guru. Karena itu, ia harus professional sebagai guru sekaligus  sebagai kepala sekolah dengan derajat profesionalitaqs tertentu. Kepala sekolah memiliki fungsi dimensi luas. Kepala sekolah dapat memerankan banyak fungsi, yang orangnya sama, tetapi topinya yang berbeda.
            Dilingkungan Departemen Pendidikan  Nasional ( yang sekarang berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan Nasional, Kemendiknas) telah cukup lama dikembangkan paradigm baru administrasi atau manajemen pendidikan, dimana kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai, educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator, disingkat EMASLIM.
                Jika merujuk pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia  Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah juga harus berjiwa wirausaha atau entrepreneur. Atas dasar itu,dalam kerangka menjalankan fungsinya, kepala sekolah harus memerankan diri dalam tatanan perilaku yang disinkat  EMASLIME, sebagai singkatan dari   educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator dan entrepreneur.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Kepemimpinan Transformasional

1:17 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata utama, yaitu kata kepemimpinan (leadership), yang mengandung arti seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu “setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain dalam memilih, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” Sedangkan kata transformasional berasal dari kata transformator/alat listrik yang  berfungsi mengubah tegangan/voltage.    Permadi & Arifin(2010:87). Jadi transformasional adalah mengubah sesuatu menjadi lebih baik dengan berlandaskan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal atau mengubah visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi aktual.
Menurut Husaini Usman (2009:335) kepemimpinan transformasional adalah” kepemimpinan yang mampu menciptakan perubahan yang mendasar dan dilandasi   oleh nilai-nilai agama, sistem dan budaya untuk  menciptakan inovasi dan kreativitas pengikutnya dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan.” Esensi dari kepemimpinan transformasional adalah sharing of power dengan melibatkan bawahan secara bersama-sama untuk melakukan perubahan. Dalam merumuskan perubahan biasanya digunakan pendekatan transformasional yang  manusiawi, di mana lingkungan kerja yang partisifatif dengan model manajemen yang kolegial yang penuh keterbukaan dan keputusan diambil secara bersama-sama.
Menurut Bass dalam Husaini Usman (2009:334) kepemimpinan transformasional adalah “kepemimpinan yang memiliki visi kedepan dan mampu mengidentifikasi  perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi; memolopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada indiividu-individu karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid; membawa pembaharuan dalam etos kerja dan kinerja manajemen; berani dan bertangggungjawab memimpin dan mengendalikan organisasi.”
Menurut Burns dalam Husaini Usman (2009:333) kepemimpinan transformasional adalah ”suatu proses di mana para pemimpin dan pengikut sama-sama meningkatkan moralitas dan motivasi ke tingkat yang lebih tinggi”. Dengan gaya kepemimpinan seperti ini, akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide yang produktif, hubungan yang sinergis, memiliki tangggungjawab yang tinggi, kepedulian educational dan cita-cita bersama.
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah”pimpinan yang mampu membangun perubahan dalam tubuh organisasi sekolah sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan dengan memberdayakan seluruh komunitas sekolah melalui komunikasi  yang terarah, agar para pengikut dapat bekerja lebih energik dan terfokus, sehingga  pengajaran dan pembelajaran menjadi bersifat transformatif bagi setiap orang.” Danim&Suparno (2009:62)
Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya di sekolah, yang merupakan tumpuan harapan dari pengikut yang ada di sekolah seperti guru, siswa, tenaga administratif dan komite sekolah untuk mewujudkan ketercapaian tujuan pendidikan. Kemudian timbul pertanyaan kepemimpinan kepala sekolah seperti apa yang dapat mewujudkan sekolah yang berkualitas?.
Kepala sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai subjek yang harus melakukan transformasi kepemimpinan di sekolah, melalui pemberian bimbingan, tuntunan atau anjuran kepada seluruh komponen yang ada di sekolah agar           tujuan sekolah dapat tercapai. “Penerapan pola kepemimpinan transformasional             dapat menunjang terwujudnya perubahan sistem persekolahan”                                   Danim &Suparno (2009:48)
Kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh kepala sekolah merupakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan dan memotivasi semua unsur yang ada di sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang luhur sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, staf TU, komite sekolah orang tua siswa, masyarakat ) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal, dan berbuat lebih dari apa yang sesungguhnya diharapkan dalam rangka mencapai tujuan sekolah.

Dalam proses transformasional, keberhasilan seorang pemimpin sebagian akan tergantung kepada sikap, nilai dan keterampilannya. Menurut Yukl dalam Danim dan Suparno (2009:55), seorang pemimpin transformasional yang efektif memiliki atribut sebagai berikut: (1) mereka melihat diri mereka sebagai agen perubahan, (2) mereka adalah pengambil resiko yang berhati-hati, (3) mereka yakin pada orang-orang dan sangat peka terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka, (4) mereka mampu mengartikulasikan sejumlah nilai inti yang membimbing perilaku mereka, (5). mereka fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dan pengalaman, (6) mereka adalah orang-orang yang mempunyai visi yang mempercayai intuisi mereka. 

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Supervisi Akademik

1:15 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


            Kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk (1) menyusun rencana supervisi, (2) mampu melaksanakan supervisi dan (3) melakukan tindak lanjut hasil supervisi terhadap guru dalam rangka membantu guru meningkatkan mutu pembelajaran.
Purwanto (2009:76) menyatakan “supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk  membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif” Pidarta (2010:2) menyatakan supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran, termasuk  segala unsur penunjangnya.” Lebih lanjut Suhardan (2010:36) menyatakan supervisi  adalah pengawasan  professional, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa.
Istilah supervisi akademik diadopsi dari Permendiknas No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Didalam lima kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah antara lain kompetensi Supervisi, dalam hal ini kepala sekolah merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Namun dalam berbagai literatur supervisi tidak dikenal sebutan “academic supervision” namun yang dimaksud adalah “instructional supervision” atau “education supervision”. Supervisi akademik merupakan  istilah yang dimunculkan untuk mereorientasi aktifitas kepengawasan pendidikan kita yang dianggap keliru karena lebih peduli pada penampilan fisik sekolah, pengelolan dana, dan administrasi kepegawaian guru, bukan pada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “supervisi akademik “ adalah bagian dari supervisi pendidikan (educational supervision), yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga aktivitasnya berupa supervisi pengajaran (instructional supervision) yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Berada pada level sekolah namun bukan supervisi terhadap aspek-aspek keseluruhan sekolah (supervisi lembaga) atau supervisi manajerial. Dengan demikian supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, dengan cara itu guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya
Secara umum tujuan supervisi akademik menurut Sagala (2010:105) yaitu untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran. Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru agar lebih berkualitas dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat, untuk itu seorang kepala sekolah selaku supervisor dapat menggunakan teknik yang sesuai dengan karakter seorang guru.
Menurut Sahertian (2008:52) teknik supervisi umumnya dibedakan menjadi dua bagian yaitu: Teknik yang bersifat Individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk melayani seorang guru secara individual. Dan Teknik yang bersifat Kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani guru lebih dari satu orang guru. Namum dalam pembahasan disini  dibatasi hanya pada teknik yang bersifat Individual.
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, maka secara teoritis pelaku supervisi akademik bisa oleh siapa saja yang merupakan unsus yang ada di sekolah. Dengan demikian pelakunya bisa pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru senior dan semua unsur sekolah yang memiliki kompetensi untuk itu. Bahkan jika dilihat dari teori pembelajaran, justru guru itulah yang paling tepat distatuskan sebagai pelaku utama supervisi karena mereka berada di ujung tombak, yang langsung berhubungan dengan siswa yang menjadi  subjek garapan supervisi. Namun demikian pelaku utamanya adalah pengawas dan kepala sekolah, karena yang lainnya difungsikan untuk memperkaya data yang diperlukan oleh keduanya.

Mengenai supervisi akademik yang merupakan tugas dari kepala sekolah dan pengawas sekolah, Arikunto memandang bahwa supervisi akademik lebih baik dilakukan  oleh kepala sekolah ketimbang dilakukan oleh pengawas sekolah, mengingat “… kepala sekolah yang lebih dekat dengan sekolah justru melekat pada kehidupan sekolah …, sedangkan pengawas yang relatif lebih jarang datang ke sekolah karena jumlah sekolah yang menjadi binaannya cukup banyak, ..” (Arikunto,2006:7) 

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Motivasi Kerja Guru

1:14 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan.  Dorongan tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkahlaku,dimana dalam perbuatannya tersebut mempunyai tujuan tertentu. Dalam organisasi, motivasi merupakan masalah komplek, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan lainnya. Menurut Khaerul Umam (2010), motivasi adalah sekelompok pendorong yang mempunyai ciri-ciri : berasal dari dalam atau dari luar individu, dapat menimbulkan perilaku bekerja, dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan lamanya perilaku bekerja.
            Stephen P Robbin (2006:198) mendefenisikan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Defenisi tersebut mengandung tiga unsur kunci yaitu : upaya/effort, tujuan organisasi (organizational goals), dan kebutuhan/need. Unsur effort merupakan ukuran intensitas, bila seseorang termotivasi maka ia akan mencoba sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.Upaya yang tinggi dalam bekerja jika disalurkan pada arah yang benar dan bermanfaat akan membawa keuntunggan bagi organisasi. Dengan mempertimbangkan kualitas dan upaya (effort) maupun intensitasnya, dan tetap konsisten dengan arah dan tujuan organisasi (organizational goals) maka motivasi menjadi sangat penting posisinya sebagai sebuah proses pemenuhan kebutuhan.
            Kebutuhan (needs) adalah suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan akan menciptakan tegangan-tegangan yang merangsang dorongan didalam diri tiap individu. Dorongan itu menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu, yang jika tercapai tujuan tersebut, maka akan terjadi pengurangan tegangan.
            Motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya didasarkan pada kebutuhan yang berbeda. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin terdidik dan semakin independen secara ekonomi,maka sumber motivasinya akan berbeda. Tidak hanya didasarkan pada formal authority and financial incentives, tetapi juga dipengaruhi faktor lain seperti kebutuhan yang berkembang (growth and achievement). Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi yaitu, pertama : faktor individual,terdiri dari kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude) dan kemampuan (ability), kedua faktor organisasional, sementara semua organisasional meliputi : pembayaran gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), hubungan sesama pekerja (coworkers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self).
Oleh karena itu, ketika kita melihat para karyawan bekerja keras melaksanakan aktivitasnya, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka di dorong keinginan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Motivasi adalah suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai tujuan. Intensitas adalah seberapa kerasnya seseorang berusaha, namun intensitas yang tinggi saja tidak akan membawa ke hasil yang diinginkan kecuali disertai dengan upaya/arah. Sedangkan ketekunan adalah ukuran seberapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Sehubungan  motivasi kerja yang dimiliki sesorang, Pinder (1998:11) menyatakan : “Work motivation is a set of energetic forces that originate both within as well as beyond an individual’s being,to initiate workrealted behavior,and to determine it’s form, direction,intensity, and duration.  Motivasi kerja adalah sesuatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku terkait dengan penentuan arah, intensitas, dan jangka waktu kerja.
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Memberikan motivasi terhadap guru dapat terdiri atas pemberian penghargaan yang dapat menimbulkan inisiatif, kemampuan-kemampuan kreatif, dan semangat berkompetisi yang sehat. Pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau dalam bentuk barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah im-material.
Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan mutu kinerja tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan kinerjanya secara positif dan produktif. Pelaksanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk meraihnya. Kepala sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan ini secara tepat, untuk menghindari dampak negatif yang  ditimbulkannya.

Pemberian perhatian yang cukup terhadap guru dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi dalam mengajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Para kepala sekolah yang memberikan perhatian yang tepat pada kebutuhan guru, akan memerlukan waktu untuk menjelaskan bahwa program pengajaran yang berkualitas tidak hanya akan menguntungkan sekolah, tetapi juga akan memberikan sumbangan pada kesejahteraan fisik, jaminan pekerjaan, kerja tim, maupun kepuasan kerja dari setiap guru/karyawan.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

1:12 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah yang efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu membahu bekerja sama dengan penuh kekompakan.
Boloz dan Forter (1980) mengatakan bahwa : “ Leadership is Compused Of Four Dimensions : (1). Goal attainment of the school , (2). Human processes with in school , (3). The Socio-political contect within which the school operates , (4). self understanding.  kepemimpinan disusun dari empat dimensi, yaitu : (1). Pencapaian tujuan sekolah, (2).Proses humanisasi disekolah. (3). kontek sosial-politik dalam penyelenggaraan sekolah, dan (4). Pemahaman diri.
Sementara kepemimpinan yang berhubungan dengan tugas kepala sekolah menurut G. Owen (1991) didefenisikan sebagai : “Leadership involves intentionally exercising influence on the behavior of other people” Kepemimpinan mencakup pengaruh sikap dan tingkah laku orang lain.
Modal utama kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan kepemimpinan , baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan suatu program sekolah dan pendidikan secara luas.  Selain itu, kepala sekolah harus menunjukan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan, dan hubungan manusiawi dalam rangka perwujudan iklim kerja yang sejuk dan kondusif.
Kepala sekolah efektif adalah kepala sekolah yang dalam kinerjanya selalu membuka diri kepada guru dan karyawan lainya dalam membahas persoalan penting. Lewis dalam Deni Koswara dan Halimah (2008) menjelaskan, kepemimpinan yang efektif ialah mereka yang dapat beradaptasi dengan situasi bervariasi yang akan menentukan keberhasilan pimpinan. Kepemimpinan yang berorientasi kepuasan personal lebih disukai bawahan.
Kepemimpinan kepala sekolah efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala sekolah dapat menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun hubungan yang harmonis dengan guru dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Prinsip kebersamaan dan bekerja dengan tim   jangan dilupakan. Dengan perilaku kepala sekolah yang demikian, sangat diyakini akan berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Sallis dalam Deni Koswara dan Halimah (2008) menjelaskan, ada beberapa peran utama kepala sekolah dalam mengembangkan budaya mutu mengelola institusi pendidikan yang efektif, diantaranya : memiliki visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagi organisasinya, memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu,mengkomunikasikan pesan mutu,menjamin bahan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organisasi, memimpin mengembangkan staff,  bersikap hati-hati untuk tidak menyalahkan orang lain ketika masalah muncul tanpa melihat bukti, karena banyak problem muncul dari kebijakan lembaga, bukan dari kesalahan staff, mengarahkan inovasi dalam organisasi, menjamin bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggungjawab dan memberikan pendelegasiaan yang cocok dan maksimal, memiliki sikap teguh untuk mengeluarkan penyimpangan dari budaya organisasi, membangun kelompok kerja aktif, membangun mekenisme yang sesuai untuk memantau atau mengevaluasi keberhasilan.
Ringkasnya, untuk menjadi kepala sekolah yang efektif memerlukan prasarat yang tidak ringan. Selain berpengetahuan luas, mampu memberi keteladanan dan beretos kerja tinggi, yang tidak boleh dilupakan kepala sekolah selaku manajer disatuan pendidikan (sekolah) harus mampu membangun kekompakan kerja secara internal dan mampu membangun kerjasama dengan fihak luar sekolah yang terkait. Melalui pendekatan kerja yang harmonis dengan membuka diri dan selalu tanggap akan perubahan merupakan modal pokok dalam mewujudkan sekolah yang efektif.
Untuk membentuk iklim kerja kondusif serta harmonis, perlu dibangun keterbukaan, objektifitas evaluasi dan tentunya upaya mewujudkan kesejahteraan anggota perlu diagendakan. Berilah reward yang pas untuk guru dan karyawan yang benar-benar pantas untuk menerimanya.
Satu hal yang menarik dalam kajian teori atribusi tentang kepemimpinan ialah persepsi pemimpin-pemimpin yang efektif itu lazimnya konsisten atau tegar dalam keputusan-keputusan mereka. Seorang pemimpin efektif penuh dengan komitmen,teguh dan konsisten terhadap keputusan-keputusan yang telah diambil serta gigih dalam mencapai tujuan yang ditentukan.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH

1:08 PM URAY ISKANDAR 0 Comments

Menurut Hikmat (2009) bahwa budaya organisasi yang strategis secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya harus menyelaraskan dan memotivasi anggota jika ingin meningkatkan kinerja organisasi tersebut. Budaya organisasi akan menentukan kerangka visitasi organisasi karena budaya organisasi merupakan potret perilaku anggota organisasi.
Selain itu menurut  Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala, dalam Martinis Yamin (2010:129) kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, antar lain faktor personil/individual, kepemimpinan, faktor tim dan faktor situasional.
Selanjutnya berdasarkan hasil survey yang dilakukan Leslie J. Fyans dan Martin L Maehr, dalam E. Kosasih (2010:23) bahwa para siswa lebih termotivasi dalam belajarnya dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat.
            Budaya organisasi dibentuk oleh semua orang yang terlibat dengan organisasi yang mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja dan tipe struktur organisasi. Budaya organisasi melalui struktur organisasi membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan anggota organisasi. (Hadari Nawawi, 2006). Lebih lanjut dikemukan oleh Wirawan (2007) bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja anggota organisasi.
            Sedangkan menurut Dadang Suhardan (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi sekolah menumbuh suburkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh para anggotanya. Bagaimana kebiasaan bekerja memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari kehidupannya.
            Faktor utama yang mendorong perilaku manusia serta membentuk budaya organisasi adalah umpan balik secara umum dan imbalan spesifik sebagai perwujudan apakah mereka bekerja dengan baik atau buruk (Asri Laksmi Riani, 2011). Berikutnya menurut Uhar Suharsaputra (2011) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan bentuk kontrol sosial yang tertanam secara mendalam yang berpengaruh pada pegawai/anggota organisasi dalam membuat keputusan dan berperilaku.Hal senada juga diperkuat oleh Komang Ardana, dkk (2008) bahwa budaya organisasi akan berdampak pada perilaku anggota organisasi, dari level yang paling tinggi sampai level terendah. Dapak tersebut terutama pada kinerja dan kepuasan kerja.
Menurut Lunenburg dan Omstein, dalam Uhar Suharsaputra (2010:100) budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai, kefektifan organisasi, proses struktural organisasi serta banyak proses manajemen.
Budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan dan mempertahankan kinerja tinggi, kepuasan kerja, etos kerja dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi yang tinggi pula (Wirawan, 2008:37).
Stephen Stolp, dalam E. Kosasih (2010:23) mengemukakan bahwa budaya organisasi sekolah berkorelasi dengan pengembangan motivasi dan prestasi belaajr siswa  serta kepuasan kerja dan produktivitas guru.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kinerja guru  melalui budaya organisasi sekolah yang merupakan nilai-nilai yang menjadi identitas untuk dipergunakan dan disepakati secara bersama oleh anggota organisasi termasuk di dalamnya adalah unsur pimpinan dalam hal ini kepala sekolah, guru dan staf  administrasi juga termasuk siswa. Mereka semua  mematuhi dan menyepakati bahwa budaya organisasi harus dijunjung tinggi untuk diterapkan sebagai budaya yang berlaku di dalam organisasi sekolah.
Dengan demikian budaya organisasi yang di dalamnya memuat norma-norma dan nilai-nilai dasar mengenai hidup manusia, diyakini dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi pembentukan perilaku kepala sekolah dan guru-guru dalam melakukan aktivitas sesuai fungsinya masing-masing serta membantu mereka memahami nilai dan makna dari pekerjaan yang ditangani di sekolah. 

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

Kepemimpinan Kepala Sekolah

1:06 PM URAY ISKANDAR 0 Comments


            Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas.
                           Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan untuk menggerakkan tenaga kependidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewuudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Dalam mengarahkan visi dan misi pemimpin harus tnenetapkan tujuan ke arah kegiatan yang tepat dan memerintahkan untuk bergerak.
Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan pada tingkat sekolah, sehingga ia juga harus menghindarkan diri dari wacana retorika dan perlu membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan kerja secara profesional serta menghindarkan diri dari aktivitas yang dapat menyebabkan pekerjaan yang ada disekolah menjadi sangat membosankan.
Kepala sekolah merupakan orang atau personil kependidikan yang memiliki peran besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan suatu sekolah, sedangkan guru berada posisi lain yang berperan besar dalam keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas disamping peran siswa, karyawan sekolah dan juga orang tua siswa. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang didalamnya terdapat juga kepribadian, ketrampilan dalam mengelola sekolah termasuk dalam menangani masalah yang timbul disekolah, gaya kepemimpinan serta kemampuan menjalin hubungan antar manusia sangat menentukan atau memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas proses belajar dan mengajar di sekolah.
Dalam hal ini keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah akan tampak dari apa yang dikerjakannya. Hal ini penting untuk dikedepankan karena apa yang telah dikerjakan kepala sekolah melalui kebijakan yang telah ditetapkan akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis para guru, siswa dan karyawan sekolah. Guru akan dapat melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab apabila ia merasa puas terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Oleh sebab itu seorang kepala sekolah dalam memimpin agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik ia juga harus memperhatikan secara kultural, baik bagi guru, siswa, karyawan sekolah, orang tua siswa serta lingkungan masyarakat.
Menurut Mulyasa, dalam Deni Koswara (2008:57) kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan keperibadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat yang jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emoso yang stabil dan teladan.
Selanjutnya menurut Mulyono ( 2008:143) kepemipinan kepala sekolah merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak organisasi untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif.  Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin  dan seorang pengendali. Keberadaan seorang kepala sekolah diperlukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dimana di dalam organisasi yang di pimpinnya berkembang berbagai macam pengetahuan serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir sumber daya manusia.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.  Kepala sekolah dapat menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun hubungan yang harmonis dengan guru dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
Menurut Wahjosumidjo ( 2008:102 ) bahwa kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari :
a.      kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (struktur initiang) yang meliputi : mengutamakan pencapaian tujuan, menilai pelaksanaan tugas bawahan, menetapkan batas-batas waktu pelaksanaan tugas, menetapkan standar tertentu terhadap tugas bawahan, memberi petunjuk-petunjuk kepada bawahan, melakukan pengawasan secara ketat terhadap tugas.
b.     kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia yang meliputi : melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, bersikap bersahabat, membina hubungan kerjasama dengan baik, membeerikan dukungan terhadap bawahan, menghargai ide atau gagasan, memberi kepercayaan terhadap bawahan.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu Kepala Sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru dan staf TU.
Guru memerlukan motivasi yang berasal dari luar dirinya yang tentu saja sangat perlu diperhatikan oleh manajer atau Kepala Sekolah. Namun demikian dalam motivasi dimulai dari dalam diri guru itu sendiri. Dorongan dari dalam diri sendiri akan lebih berhasil daripada dorongan dari luar. Motivasi kerja kepala sekolah adalah mengarahkan, dan mendorong seorang guru untuk melakukan tindakan dan mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya.        
            Menurut Wahjosumidjo (2010:81) kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawan untuk memimpin sekolah.

            Selanjutnya menurut Tim Dosen AP UPI  ( 2008:126) kepemipinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut pendapat Dadi Permadi ( 2009: 24) bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan proses belajar di sekolah.

0 Komentar Tog Bhe Maseh:

KOMPETENSI PEDAGOGIS GURU

10:27 AM URAY ISKANDAR 0 Comments



Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
          Seorang  guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Standar kompetensi guru tersebut dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
            Guru sebagai pekerjaan profesi secara holistik berada pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugas ke profesionalannya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru di sekolah menurut Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd adalah : pertama, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, kedua : mengajar dan membimbing para muridnya, ketiga : memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, keempat : kegiatan lain yang berkaitan dengan pembalajaran. Disamping itu juga guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun diluar jam kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah. Selain itu  dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh.
            Seperti yang dikatakan Bobbi De Porter, (1999) ”Siswa sering mencari-cari alasan untuk tidak tertarik, lubang-lubang dalam cerita kita, kontradiksi,ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan kita, tetapi semakin banyak kita memberi teladan, semakin mereka tertarik dan mulai mencontoh kita”. Jadi dengan memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan memahami orang lain. Peran guru yang ditampilkan akan dapat membentuk karakteristik anak didik dan lulusan yang beriman, berahlak  mulia, cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
            Sekarang di dalam kenyataan bahwa mengajar lebih banyak menekankan kepada transfer ilmu pengetahuannya. Kebanyakan guru dan juga orang tua siswa sudah merasa puas apabila anak didik mendapatkan nilai baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting dalam hal ini siswa dituntut untuk mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya. Yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik jarang mendapatkan perhatian secara khusus dan serius. Cara evaluasi yang dilakukan oleh para guru pun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujian, ulangan ataupun tugas yang telah diberikannya. Hal ini semua mendukung kepada pengertian mengajar dari segi kognitif dan kadang juga ditambah ketrampilan dan masih jarang sampai pada unsur afektifnya.
            Kasus sederhana yang dapat kita simak adalah ada beberapa siswa yang sudah tamat dari sekolah ketika sedang berpapasan dengan gurunya, ia tidak menunjukkan sikap dan perilaku ketika ia sedang diajar oleh guru tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kasus dan kejadian tersebut sebagai petunjuk atau akibat dari mengajar yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan subjek belajar seolah-olah hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan juga ketrampilan dan untuk pembinaan sikap mental. Dengan demikian tidaklah hanya cukup kalau dilakukan proses pengajaran yang menstranfer ilmu pengetahuan, namun harus kita barengi dengan mendidik.
            Guru tidak boleh terisolasi dari perekembangan sosial masyarakatnya, tugas guru sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada muridnya. Kemudian muridnya belajar memperoleh dan lebih besar juga dari gurunya.         Hal tersebut mempunyai arti bahwa seorang guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik, disamping itu juga guru memiliki peluang yang sangat menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya  sehigga dapat berguna bagi diri dan keluarganya kelak di kemudian hari. Seorang  guru bekerja  dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya tidak karena takut pada pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas profesionalnya dan juga merupakan ibadah.
            Oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Apabila kita bandingkan dengan pengertian mengajar maka mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedar menstranfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menstranfer nilai-nilai yang harus kita tanamkan untuk bekal mereka dikemudian hari. Menurut pendapat Sardiman AM (2000) bahwa mendidik diartikan lebih komprehensif yakni membina diri anak didik secara utuh, baik segi kognitif, psikomotorik maupun afektifnya agar tumbuh dan berkembang sebagai manusia-manusia yang berpribadi.
            Dengan demikian berkaitan dengan soal pembentukan kepribadian anak didik maka mendidik juga harus merupakan usaha memberikan tuntutan kepada anak didik untuk dapat berdiri sendiri dengan norma-norma kemanusiaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Itulah sebabnya mendidik harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada dirinya yang akan melahirkan suatu sikap yang baik. Sedangkan mengajar harus diartikan dalam kegiatan belajar mengajar secara konseptual, disinkronisasikan dengan pengertian mendidik.
            Seorang guru tentunya dapat mengabdikan dirinya untuk bersedia meluangkan waktu dan menghabiskannya bersama para siswa. Guru juga dapat membawa pengaruh bagi para siswanya dengan cara melakukan pendekatan yang bersifat pribadi dan individual dibandingkan dengan suasana belajar mengajar yang kaku. Jika mengajar dan belajar adalah suatu proses yang saling mendukung satu dengan lainnya, apabila guru mengajar dengan cara belajar maka ia wajib mengenal masing-masing dari peserta didik dalam hal ini menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
            Mengingat peranan strategis guru tersebut dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan, maka pengembangan profesionalisasi guru merupakan kebutuhan. Guru harus mampu mengutarakan peserta didiknya mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan berpegang pada hirarki tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pembelajaran mengandung arti tercapainya tujuan kurikuler. Tercapainya tujuan kurikuler mengandung arti tercapainya tujuan lembaga dan tercapainya tujuan lembaga memiliki makna tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Melihat keadaan tersebut bahwa seorang guru juga merupakan komponen sekolah yang sangat penting, memiliki peran utama dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh karena itu guru juga harus memikirkan dan membuat perencanaan secara matang dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya. Hal ini menuntut guru agar melakukan perubahan–perubahan kearah yang lebih maju dalam pengorganisasian kelas, penggunaan  metode mengajar, pendekatan, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Jika guru mengajar sudah efektif, maka akan berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya.
Dalam mengajar guru dapat mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Proses mengajar menitik beratkan pada unsur antara lain: siswa, lingkungan dan proses belajar. Berkaitan dengan itu tentunya diperlukan  seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogis yang tinggi agar mampu mengelola pembelajaran menjadi efektif sehingga terjadi perubahan pada perilaku siswa kearah yang lebih baik dan maju.

Oleh : Uray Iskandar, M.Pd
(Pengawas SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas)
Copy of Scan10027






0 Komentar Tog Bhe Maseh:

KEKUASAAN DAN PENGARUH KEPEMIMPINAN

10:16 AM URAY ISKANDAR 0 Comments



Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan, motivasi dan dan tindakan kepada orang lain. Seorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari orang lain, ia dapat mempengaruhi orang lain bahkan ia memiliki kekuasaan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Kelebihan itu ada yang berasal dari dalam dirinya ada juga yang berasal dari luar dirinya. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus, sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama. Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau anggota kelompoknya  untuk mencapai tujuan bersama dalam wadah organisasi resmi maupun tidak resmi. Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi. Kepemimpinan adalah sebuah proses pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk melakukan berbagai aktivitas-aktivitas di dalam sebuah kelompok atau organisasi. Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
Seorang pemimpin memiliki kemampuan individu untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk saling bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki di dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya siapa yang menggunakan pengaruh, sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh tersebut, cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan, serta hasil dari usaha menggunakan pengaruh tersebut. Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan.  Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi, memiliki kekuasaan dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di bawahnya. Bagaimana ia menjalankan pengaruh kekuasaannya dalam mencapai suatu tujuan sehingga apa yang menjadi sebuah cita-cita bersama dapat tercapai.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu : pertama : Reward power, kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.
Kedua, Coercive power yaitu sebuah kekuasaan yang bertipe paksaan yang lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai pengaruh untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit. Apabila kekuasaan ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Ketiga, Referent power adalah kekuasaan yang didasarkan pada satu hubungan kesukaan, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
Keempat,  Expert power yaitu sebuah kekuasaan yang berdasar pada keahlian, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki kekuasaan keahlian tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan.
Kelima, Legitimate power adalah sebuah kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya, ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini bersandar pada struktur sosial suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Dari lima tipe kekuasaan yang harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan atau paksaan guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan rangsangan  dan paksaan. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara memberikan rangsangan ataupun insentif serta paksaan ini selalu lebih mahal, dibanding jika karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah.
Dengan demikian bahwa kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan seseorang mempunyai kekuasaan atas orang lain, jika ia dapat menyebabkan orang lain untuk melakukan sesuatu di mana ia tidak ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain.
Pemimpin adalah orang yang berada di barisan paling depan yang diharapkan para pengikutnya untuk mengarahkan mereka, sehingga tidaklah mengherankan apabila pemimpin yang efektif atau pemimpin yang baik pada umumnya sangat pandai untuk memotivasi diri sendiri dan memotivasi para pengikutnya. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar bermutu atau unggul. Kepemimpinan sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas seorang pemimpin  yang akhirnya akan berpengaruh juga pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Selain itu dengan motivasi kerja seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi peningkatan kinerja dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan, sehingga tujuan orgnisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan  merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong suatu kelembagaan organisasi untuk mewuudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Dalam mengarahkan visi dan misi pemimpin harus menetapkan tujuan ke arah kegiatan yang tepat dan memerintahkan untuk dapat bergerak.
Pemimpin juga harus menghindarkan diri dari wacana retorika dan perlu membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan kerja secara profesional serta menghindarkan diri dari aktivitas yang dapat menyebabkan pekerjaan yang ada menjadi sangat membosankan. Seorang pemimpin memiliki peran yang sangat besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan suatu organisasi.  Kualitas kepemimpinan seorang dapat dilihat dari kepribadiannya, ketrampilannya dalam mengelola orgnisasi termasuk dalam menangani masalah yang timbul, gaya kepemimpinannya serta kemampuan menjalin hubungan antar manusia. Dengan demikian kekuasaan akan melekat pada diri seseorang pemimpin dan merupakan sebuah variabel yang dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Besar kecilnya pengaruh kepemimpinan seseorang sangat tergantung pada seberapa banyak jenis kekuasaan yang ia miliki dan seberapa tepat ia menerapkannya.

Oleh : Uray Iskandar, S.Pd,M.Pd ( Alumni S2 AP FKIP Untan Pontianak)

0 Komentar Tog Bhe Maseh: