ILMU PENGETAHUAN DAN KEBENARAN
1.
Setiap ilmu memiliki karakteristik
filsafat karena ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam
lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang
bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia itu (Jujun,
1990:104-105). Sedangkan sisi lain dari pengetahuan mencoba mendeskripsikan
sebuah gejala dengan sepenuh maknanya. ilmu berusaha memahami
alam sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan
sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha memberikan
makna sepenuhnya mengenai objek yang diungkapkannya. ilmu hanya
membatasi diri pada objeknya yang empiris dan terukur dari manusia dan alam
nyata (fisik). Ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai
dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang
terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Ilmu mencoba mencarikan
penjelasan mengenai alam yang bersifat umum dan impersonal.
filsafat
adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan dan prinsip-prinsip mencari kebenaran.
Berfilsafat berarti berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat
dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran.
Akan tetapi
lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian
memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat
pada zaman modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti oleh ilmu-ilmu
sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi dan seterusnya.
Pada
dasarnya filsafat merupakan dasar atau induk dari segala ilmu. Sebuah ilmu yang
akan dihasilkan biasanya dibicarakan terlebih dahulu dalam dunia atau kajian
filsafat. Filsafat mencoba membuat jawaban atas segala sesuatu secara mendasar.
Pada dasarnya filsafat adalah ilmu berpikir yang memenuhi syarat-syarat
tertentu.
2. Keterkaitan
ilmu dengan filsafat Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan
demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di
samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Objek kajian
filsafat meliputi objek material dan objek formal, fisik dan metafisik,
termasuk Tuhan, alam dan manusia, sedangkan objek formalnya adalah hakikat dari
segala sesuatu yang ada (yang wujud), baik yang fisik maupun yang metafisik.
Antara
filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran. Dari
aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang sama, yaitu akal atau
rasio. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu menjelajah wilayah yang
metafisik, maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap relatif, nisbi. Sementara
agama bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut, mutlak·. Dari aspek
objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika ilmu
hanya menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka filsafat menjangkau
wilayah bail fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan manusia). Tetapi
jangkauan wilayah metafisik filsafat (sesuai wataknya yang
rasional-spikulatif) membuatnya tidak bisa disebut absolut kebenarannya.
Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan ajaran-ajarannya yang terkandung
dalam kitab suci Tuhan, diyakini sebagai memiliki kebenaran mutlak. Agama
dimulai dari percaya (iman), sementara filsafat dan ilmu dimulai dari keraguan.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah
filsafat ilmu. Tujuannya mendakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan car untuk memperolehnya.
Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu),
metascience ( Adi – ilmu), dan science of science (ilmu tentang ilmu).
Contoh
salah satu bidang garapan administrasi pendidikan yang memiliki keterkaitan
dengan filsafat ilmu adalah kita harus mengerti pemahaman sebenar apa itu teknologi,
berikut ini beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan deminsi
pengetahuan. Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (
natural science ). Pengertian ini adalah pengertian teknologi yang paling
banyak digunakan dalam berbagai lingkup kehidupan. Pernyataan teknologi adalah
penerapan ilmu dengan mudah dapat ditemukan pada mimbar kuliah maupun pada
pengerjaan proyek fisika. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang di tandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat
diperlukan. Sebab dalam mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari
keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual.
Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri dikalangan ilmuwan,
sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuwan
yang dimiliknya untuk kepentingan umat manusia.
3. Ilmu
Pengetahuan adalah bangunan yang tidak pernah selesai (never ending proses)
karena ilmu adalah rangkaian aktivitas penelahan yang mencari penjelasan suatu
metode untuk meproleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini
dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan
berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Ilmu pengetahuan
adalah
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata
lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi ( filsafat pengetahuan )
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Ilmu pengetahuan sebagai
aktivitas ilmiah dapat berwujud penelahan (study), penyelidikan (inquiry),
usaha menemukan (attempt to find ) atau pencaharian (search ) oleh karena itu,
pencarian biasanya dilakukan berulang kali maka dalam dunia ilmu kini
dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot
guna menggunakan pengetahuan baru.
Sedangkan dengan
administrasi pendidikan bahwa suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik
alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu
menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan
perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh. Selain itu juga dapat mendalami
unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu. Fungsi ilmu adalah menjelaskan,
memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan.
Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau
probalistik.Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,
postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila
mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan,
prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh
secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4.
Kajian Utama dari disiplin filsafat ilmu
obyek penyelidikannya seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana
hubungan kenyataan satu sama lain dan obyek pembahasannya menjawab apa ia sebenarnya, dari mana
asalnya, dan hendak ke mana perginya.
Filsafat
ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum
mengandung manfaat sebagai seorang ilmuan :
a.
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegitaan ilmiah.
b.
Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi
, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
c.
Filsafat ilmu memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara logis – rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
d. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga
secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan
ilmu.
e. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,
dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang
proses ilmu kontemporer secara histories.
f. Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang alamia dan non-alamiah.
g. Mendorong pada calon ilmuan dan
iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkanya.
h. Mempertegas bahwa dalam persoalan
sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
5. Subtansi filsafat ilmu dalam bidang
administrasi pendidikan Telaah
tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun ( 2001 ) memaparkannya dalam
empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan :
a. Fakta atau kenyataan, fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam,
bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
1) Positivistik berpandangan bahwa sesuatu
yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual
lainnya.
2) Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan
mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori
korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena.Kedua,
menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem
nilai.
3) Rasionalistik
menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema
rasional, dan
4) Realisme-metafisik
berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan
obyektif.
5) Pragmatisme
memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau
bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.
Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam
kesadaran manusia.Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam
bahasa tertentu.Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis.Tanpa
fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil.Fakta ilmiah tidak terpisahkan
dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah
membentuk suatu deskripsi ilmiah.
b. Kebenaran ( truth )
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan
kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu
koherensi, korespondensi dan pragmatik. Sementara, Michel
William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran
koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik
dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi
yaitu kebenaran paradigmatik. ( Ismaun; 2001 )
1) Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau
keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang
lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun
nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran
transendental.
2) Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang
terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan
dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan
fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya
spesifik
3) Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam
tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis
yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan
aktual.Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
4) Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan
yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
5) Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak
konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang
obyektif.Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya
benar.Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan
persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa
proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari
benar materialnya.
6) Kebenaran struktural
paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini
merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi.Sampai sekarang analisis
regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai
pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan
struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi
eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
c. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan
produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik.Menampilkan konfirmasi
absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah
dipastikan benar.Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan
postulatnya.Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk
mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif,
ataupun reflektif.
d. Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat
akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme.Positivistik
menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta.Fenomenologi Russel
menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta.Belief pada Russel
memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang
jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau
kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan
kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio,
Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan
skema moral.Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural
paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme
metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral
transensden. (Ismaun,200:9). Di lain pihak, Jujun Suriasumantri(
1982 : 46 – 49 ) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih
kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni
berdasarkan logika.
6.
Implementasi filsafat ilmu dalam pegembangan kepedidikan khususnya bidang
administrasi pendidikan adalah setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu
diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup
lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui
pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan
diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah
pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang
didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan
filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas,
pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas. Jadi, aliran
filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan
yang maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme
(berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas
bisa saling melengkapi. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari
filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat
pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak
aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didsari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didsari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: