Manajemen Kesiswaan
MANAJEMEN KESISWAANOleh : Uray Iskandar
Abstrak
Dalam manajemen kesiswaan, siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka selain itu kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal. Dalam upaya mengembangkan diri siswa, ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-menarik dalam hal pemenuhan pemrioritasnnya. Di satu sisi, para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, di sisi lain, ia ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan sebayanya. Bahkan tidak itu saja, dalam hal mengejar keduanya, ia ingin senantiasa berada dalam keadaan sejahtera. Pilihan-pilihan yang tepat atas ketiga hal yang sama-sama menarik tersebut, tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta didik.
Kata Kunci : Manajemen, Kesiswaan
Pendahuluan
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka di suatu sekolah perlu dilakukan kegiatan mengatur urusan kesiswaan. Kita ketahui bersama bahwa keberhasilan lembaga pendidikan akan sangat tergantung kepada manajemen komponen-komponen pendukung pelaksanaan kegiatan seperti, kurikulum, kesiswaan,pembiayaan, tenaga pelaksana, Humas dan sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan, maksudnya satu komponen akan memberikan dukungan bagi komponen-komponen lainnya sehingga dapat memberikan kontribusi yang positip terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan tersebut.
Urusan kesiswaan sangat dibutuhkan di sebuah lembaga pendidikan, karena merupakan subyek sekaligus sebagai obyek dalam proses transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan urusan kesiswaan tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan suatu lembaga, melainkan harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar bermutu, maksudnya dapat dikeleola dengan maksimal sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dirinya, kecerdasannya serta sosial emosionalnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, dalam tujuan pendidikan mengamanatkan agar pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal diatas dapat dipahami karena salah satu misi pendidikan adalah bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan di sekolah. Dengan demikian kebutuhan siswa dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemrioritasan. Sebagai contoh bahwa seorang siswa ingin sukses dan berprestasi dalam hal nilai akademik, disisi lain ia juga ingin bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan ada juga yang ingin sukses dalam bidang non akademik, seperti olahraga, kesenian maupun yang lainnya.
Dengan demikian maka urusan kesiswaanlah yang harus melayani dan dapat mengkoordinir segala kegiatan siswa di suatu sekolah baik itu berupa kegiatan di sekolah maupun kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, bahkan baoleh dikatakan mulai dari siswa mendaftarkan diri sampai siswa tersebut menyelesaikan belajarnya.
Pengertian Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari dua kata yakni manajemen dan kesiswaan. Pengertian manajemen menurut Terry dalam TIM Dosen Administrasi Pendidikan UPI ( 2009:204 ) adalah sebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Sedangkan menurut Arifin Abdurahman dalam Ngalim Purwanto bahwa manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk untuk mencapai sasaran-sasaran dantujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Sedangkan menurut Mulyono, Manajemen Adminstrasi ( 2008: 18 ) bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluaasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Berikutnya menurut Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru & Tenaga Kependidikan ( 2008:51 ) bahwa manajemen adalah suatu aktivitas atau seni mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin dikerjakan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian diatas bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik yang memerlukan suatu perencanaan, pemikiran, pengarahan dan pengaturan serta mengikutsertakan semua potensi yang ada secara efektif dan efisien.
Kesiswaan di suatu lembaga pendidikan mempunyai sebutan yang berbeda-beda, ada yang istilah murid, pelajar dan siswa. Siswa adalah orang yagn emmpunyai suatu pilihan untuk menmpuh ilmu pengetahuan sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan adanya kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan adalah merupakan suatu uapaya untuk memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik semenjak dari proses penerimaan siswa baru sampai dengan meninggalkan lembaga pendidikan sekolah tersebut.
Tujuan Manajemen Kesiswaan
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan suatu masyarakat dalam skal kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perlu penataan urusan kesiswaan di sekolah secara baik, tertib dan teratur, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang akan mencari data serta informasi mengenai kesiswaan tersebut.
Adapun salah satu tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur segala kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan sautu kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujaun pendidikan pada umumnya.
Selain itu manajemen kesiswaan mempunyai fungsi sebagai wahana bagi siswa untuk dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan bidang sosial, aspirasi dan segi potensi lainnya. Untuk mencapai tujuan dan fungsi manajemen kesiswaan itu tercapai maka yang perlu diperhatikan adanya beberapa prinsi manajemen kesiswaan. Menurut Sukarti Nasihin dalam Manajemen Pendidikan TIM UPI bahwa prinsip-prinsip manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan
2. Sebagai bagian keseluruhan manajemen sekolah
3. Mengemban misi pendidikan dalam rangka mendidik peserta didik.
4. Diupayakan untuk mempersatukan peserta didik
5. Sebagai upaya untuk pengaturan peserta didik
6. Mendorong dan memacu kemandirian peserta didik.
Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
Lingkungan kedua yang penting bagi siswa adalah lingkungan sekolah, karena sekolah sebagai lembaga pendidikan dan tempat untuk untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupannya. Dengan demikian baik dirumah mapun sekolah peserta didik perlu mendapat bantuan belajar melalui suatu proses bimbingan untuk mengembangkan dirinya. Upaya tersebut akan optimal apabila siswa atau peserta didik itu secara sendiri mengembangkan dirinya sesuai dengan program-program yagn ada di sekolah. Dengan demikian manajemen kesiswaan bukan hanya sekedar bentuk pencatatan saja, melainkan meliputi segala aspek yang lebih luas secara operasional dapat digunakan untuk membantu proses pendidikan di sekolah. Adapun ruang lingkup manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan peserta didik, menetapkan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan baik dalam merencanakan jumlah siswa yang akan diterima maupun menyusun program kegaitan kesiswaan.
2. Penerimaan Siswa Baru, merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan tersebut. Dalam hal ini biasanya dibentuk sebuah panitia penerimaan siswa baru untuk melakukan tugas tersebut.
3. Seleksi, adalah suatu kegaitan pemilihan calon siswa untuk menentukan apakah diterima atau tidak untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan tersebut. Dalam hal ini seleksi, kadangkala dilakaukan bervariasi, karena ada yang melalui tes ataupu berdasarkan nilai UASBN.
4. Masa Orientasi, adalah suatu kegiatan pengenalan kepada siswa baru terhadapa lingkungan sekolahnya. Masa orientasi ini sangat penting karena sebagai jembatan penghubung dan pengantar siswa dari tingkat SD mau masuk ke SMP memerlukan pemahaman yang mendalam terutama yang perlu ditanamkan adalah sikap mental para siswa.
5. Pembagian Kelas, adalah pengelompokan siswa dalam kelompok belajarnya dan dibagai dengan menggunakan sistem kelas.
6. Pembinaan dan Pengembangan peserta didik, dilakukan untuk mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang yang biasanya disebut dengan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
7. Pencatatan dan Pelaporan, kegiatan yang dimulai sejak siswa itu di terima hinga ia tamat dan bahkan bila perlu adanya pelacakan terhadap siswa yang melanjutkan kes jenjang sekolah yang lebih tinggi.
8. Kelulusan dan Alumni, adalah kegiatan pencatatan terhadap siswa yang lulus dan melanjutkan ke lembaga pendidikan lainnya diharapakan hubungan antara siswa dan sekolah tetap terjalin, bahkan ada yang membentuk Ikatan Alumni.
Dari uraian diatas bahwa yang menjadi tugas urusan kesiswaan adalah secara rincinya sebagai berikut :
a. Bersama dengan Kepala Sekolah dan Wakasek merencanakan pelaksanaan PSB
b. Pembinaan terhadap OSIS
c. Melaksanakan kegiatan ektrakurikuler yang meliputi jenis kegiatan dan sekaligus menyusun program kegiatan administrasi serta pelaporan
d. Bersama Wali Kelas melakukan pembinaan terhadap siswa, serta melakukan pengawasan dalam hal kehadiran siswa.
e. Membimbing dan mengarahkan serta mengendalikan siswa/OSIS agar dapat menunjang pelaksanaan Kurikulum dan Tata Tertib sekolah
f. Membimbing dan mengarahkan proses pemilihan OSIS
g. Mengawasi kegiatan OSIS terutama Ekstrakurikuler
h. Setiap akhir bulan menyiapkan Rekapitulasi Persentasi kehadiran siswa dan menyerahkannya kepada wali Kelas untuk diisi dan kemudian dikumpulkan kembali
i. Bersama wali kelas melakukan tindak lanjut terhadap siswa yang sering absen
j. Mengusulkan beasiswa dan pelajar teladan
k. Melakukan pembinaan terhadap siswa dan bekerjasama dengan wali Kelas dan guru BK
l. Memonitor kegiatan UKS
m. Bersama-sama OSIS membuat program Kerja kegiatan OSIS
n. Buku-buku administrasinya :
(1) Pedoman Pengelolaan OSIS
(2) Struktur OSIS
(3) Kumpulan SK OSIS
(4) Buku catatan siswa berprestasi
(5) Buku catatan siswa penerima bea siswa
(6) Buku Induk siswa
(7) Buku Klapper
(8) Mutasi siswa
(9) Surat persetujuan Mutasi Masuk
(10) Dokumen Penyerahan STTB
(11) TataTertib siswa
(12) Buku Kelas
(13) Daftar Hadir siswa
(14) Daftar 8355 kelas I,II dan III ditanda tangani Kasek dan Pengawas
(15) Kumpulan Foto copy STTB
o. Memberikan laporan tentang pembinaan siswa kepada Kepala sekolah secara Periodik dan semua tugas ini dipertanggung jawabakan
Pelayanan
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan- kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena itu mempunyai kesamaan-kesamaan unsur kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya; dan tidak anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan- kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi samanya hak-hak yang mereka punyai. Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas kesamaan dibandingkan layanan atas perbedaan. Sungguhpun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Sungguhpun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan, bahwa di dunia ini tak ada dua anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun, misalnya saja si kembar, pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Ada dua tuntutan, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak itulah, yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. Manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun padaperbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai akibat dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada peserta didik yang cepat perkembangannya.
1. Layanan Bimbingan Konseling
Pengertian Bimbingan menurut PP No. 29 Tahun 1990 adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
2. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik dan guru dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah.
3. Layanan Kesehatan
Biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah untuk meningkatkan atau membina kesehatan murid dan lingkungan hidupnya.. Pendidikan kesehatan dimulai dengan cara memberikan informasi bahwa kebiasaan hidup sehat merupakan modal utama dalam kehidupan.
4. Layanan Kantin
Kantin sekolah sangat diperlukan agar peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Pengelola kantin sebaiknya dipegang oleh orang dalam atau keluarga karyawan sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan segala makanan yang dijual terjamin dan bermanfaat bagi peserta didik.
Demikian pelayanan sekolah yang secara umum, namun biasanya masih ada juga yang memberikan pelayanan berupa transportasi sekolah dan bahkan ada pelayanan asrama peserta didik. Maka manajemen kesiswaan tidak terlepas dari administrasi pendidikan yang merupakan suatu rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang di sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis.
Kesimpulan
Dalam manajemen kesiswaan siswa harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka. Mengingat kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya, maka diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
Sebagai suatu sistem bahwa manajemen kesiswaan haruslah dikelola secara tepat agar tujaun dapat tercapai secara efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Malang : Ar-ruz Media. 2008
Puerwanto, Ngalim. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Rosda. 1987
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Medan : Alfabera. 2008
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Pontianak. Alfabeta. 2009
TIM Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan.Bandung. Alfabeta.2009,
Undang-Undang N0.20 Tahun 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung. Citra Umbara. 2003
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Pontianak. Alfabeta. 2009
http://dian-manajemenpendidikan.blogspot.com/2009/05/manajemen-kesiswaan-peserta-didik.html. akses tanggal 20 Mei 2010
0 Komentar Tog Bhe Maseh: