Manajerial Kepala Sekolah

10.38 URAY ISKANDAR 0 Comments

a. Mintzberg mengemukan peran manajerial pemimpin memiliki peranan peranan yang sangat strategis yang meliputi : (1) informational roles menempatkan manager sebagai monitor, disseminator dan spokes person, (2) decisional roles yang melibatkan manager sebagai entrepreneur, disturbance handler, allocator dan negotiator (3) interpersomal roles melibatkan manager sebagai figurhead, liason dan leader. (4) Pemanfaatan teknologi seperti disebutkan di atas akan lebih besar kemungkinannya dalam pengelolaan pendidikan yang berbasis sekolah School – based Management (SBM), salah satu bentuk pengelolaan yang kelak akan dilakukan oleh sekolah-sekolah dalam kerangka desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan.(5) Kemungkinan keberhasilan bentuk pengelolaan pendidikan di sekolah seperti itu akan lebih besar jika didukung oleh pendidikan yang berbasis masyarakat Community – based Education (CBE) sehingga terjadi hubungan yang sinergi antar sekolah, orang tua, pemerintah dan masyarakat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah.
b. Siagian (1989 ) mendefinisikan tentang Manajerial adalah kemampuan dan ketrampilan untuk memproleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan yang dilakukan oleh orang lain . Sedangkan Blanchard yang dikutip oleh Agus Dharma (1992) menyatakan bahwa manajerial adalah suatu prses kerja sama melalui orang orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi
c. Kats & Dill ( 1984 ), mengutip pendapat Goston (1976), membagi kemampuan manajerial dalam tiga jenis ketrampilan manajerial yang perlu dikuasai oleh pemimpin pendidikan khususnya Kepala Sekolah yang terdiri dari : (1) Ketrampilan konseptual ,artinya kemampuan/ketrampilan yang diperlukan seorang pemimpuin untuk memahami dan mengoprasikan organisasi. (2) Ketrampilan hubungan manusiawi , dapat diartikan sebagai ketrampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin organisasi. (3).Ketrampilan teknik artinya ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode , strategi, teknik tertentu dalam organisasi.
d. Kats (dalam Stoner 1992 ) mengungkapkan bahwa manajemen pada umumnya ada tiga tingkatan antara lain : (1) manajemen tingkat atas (top management) (2). Manajemen tingkat menengah ( Middle Management) (3). Manajemen tingkat bawah ( Lower Management ) . Selanjutnya Indriyo Gito Sudarmo (1988) bahwa manajemen tingkat bawah dituntut adanya penguasaan ketrampilan yang lebih banyak pada tingkatan yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkatan seorang pimpinan makin banyak memerlukan ketrampilan konseptualnya. Seorang pemimpin harus memiliki ketrampilan dalam hubungannya dengan manusia . Usaha manajerial dengan menggunakan ketrampilan ini dapat disebut sebagai ketrampilan manusiawi untuk itu semakin rendah tingkatannya dituntut ketrampilan tekniknya.
e. Terry GR dalam bukunya “ The principle of Management” mengutip definisi management dari orang lain sebagai berikut : a) Management is the force that runs an enterprise and is responsible for its success or failure ( manajemen adalah kekuasaan yang mengatur suatu usaha dan tanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan dari padanya ) b) Management is the performance of conceiving and achieving of utilizing human talents and resources ( manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan bakat bakat dan sumber sumber manusia ) c) Management is the simply getting things done through people ( manajemen secara sederhana adalah melaksanakan perbuatan perbuatan tertentu dengan tenaga orang lain Dan selanjutnya ia menyatakan tentang fungsi fungsi manajemen yang meliputi empat peristiwa antara lain :
a) Perencanaan (Planning ) : Merupakan kegiatan yang ditentukan sebelumnya akan sasaran yang ingin dicapai dan memikirkan sarana sarana pencapaiannya. Perencanaan adalah kegiatan menentukan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya dan siapa yang harus melaksanakan semua kegiatan . perencanaan dimaksud meliputi segi segi teknik, ekonomi, sosial dan layanan atau service. Jadi perencanaan mengandung pengertian : rencana dalam menjembatani status sekarang dengan sasaran yang ingin dicapai pada masa mendatang, sasaran yang ingin dicapai sebagai parameter (ukuran perbandingan) bagi setiap pemimpin untuk menentukan sederetan aktivitas yang harus dilakukan agar setiap pengikut dan atau bawahan dapat memberikan kontribusi maksimal serta positif. Ia lebih jauh menyatakan bahwa Perencanaan meliputi : perkiraan masa mendatang, dan perkiraan perkiraan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi dengan jalan memperhitungkan semua sumber yang tersedia, menentukan tujuan (sasaran atau objective) , menetapkan kebijakan, menetapkan prosedur dan metode metode yang tepat , logis dansestimatis untuk pendayagunaan semua energi serta kegiatan secara maksimal.
b) Pengorganisasian ( Organizing ) adalah pengurusan semua sumber dan tenaga yang ada dengan landasan konsepsi perencanaan yang tepat dan penentuan masing masing fungsi yang menyangkut ( persyaratan tuga, tatakerja, penanggungjawab, dan antar relasi dari fungsi fungsi ) pada bagian lainnya. Pengorganisasian dapat diartikan : (a) membagi tugas kerja (b) menentukan kelompok kelompok unit kerja (c) menentukan tingkatan otoritas yaitu kewibawaan dan kekuasaan untuk bertindak secara bertanggung jawab.
c) Aktualisasi/pengarahan ( Actuating ) merupakan kegiatan penggerakan, pengendalian semua sumber dalam usaha pencapaian sasaran sehingga tujuan dapat dicapai dengan lancer dan lebih efisien.
d) Pengawasan/supervise (supervision) merupakan pengontrolan dengan melaksanakan supervisi agar para pengikut dapat bekerja samadengan baik kearah pencapaian sasaran sasaran dan tujuan umum organisasi . Pengawasan dilakukan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghimpun penyimpangan penyimpangan , bila perlu segera melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan tersebut. Pengawasan juga termasuk penilaian atau evaluasi mengandung arti bahwa peninjauan kembali, pengontrolan tugas, agar semua tugas berlangsung dengan tepat , sesuai dengan norma norma dan standar yangsudah digariskan dalam perencanaan. Setiap prestasi kerja dinilai dan diukur , dipertimbangkan standar standar untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan untuk segera dilakukan koreksi revisi . Apabila control evaluasi lemah biasanya mengakibatkan gagalnya menemukan kesalahan.
f. Kartini Kartono ( 1983 : 114 – 115 ) selanjutnya lebih jauh mengungkapkan bahwa manajemen dapat disebut pula sebagai suatu pengendalian usaha yang merupakan : (1) proses pendelegasian, pelimpahan suatu usaha wewenang kepada beberapa penanggung jawab dengan tugas tugas kepemimpinan. (2) proses penggerakan serta bimbingan pengendalian semua sumberdaya manusia dan sumberdaya b materiil dalam kegitan pencapaian tujuan organisasi, menciptakan kerjasama yang baik demi kelancaran dan efektifitas kerja untuk mempertinggi daya guna semua sumber dan mempertinggi hasil guna
g. Ssejalan dengan uraian pendapat diatas, maka dapatlah dijadikan acuan untuk mengetahui secara teoritis kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai top manajer di sekolah , namun secara operasional sangat bergantung dan dipengaruhi oleh : (a) factor pribadi, sejauh mana seorang pemimpin memiliki intelegensi, inisiatif, kemampuan melaksankan manajerial, kemampuan mengambil keputusan yang tepat pada waktu dan kondisi yang tepat. (b). factor posisi, hal ini dimaksudkan adalah dimana seorang pemimpin memiliki satu posisi kedudukan sesuia dengan fungsi dan tugas atau pekerjaannya , secara pribadi memiliki berbagai karakteristik dan atau citra, gambaran mengenai prilaku pribadinya (c) factor situasi/ tempat : dimaksudkan adalah tempat seorang pemimpin melaksanakan manajerial yang khusus membutuhkan tipe kepemimpinan dan tempat manajerialnya sangat tergantung pada lingkungan tempat kerjanya ( Kartini Kartono mengutip pendapat CF. John R.P. French Bertran Reven dalam “The Bases of Social Power Group Dinamies 1960, pp: 607 – 621 )
h. O Jeff Haris , John Willey & Son ( dalam people of work 1976 , inc USA) menjelqaskan bahwa dalam usaha bersama yang bertujuan secara sistematis , memerlukan seorang pemimpin dalam suatu organisasi yang dilandasi leh kemampuan manajerial sebagai berikut : (1) Kemauan untuk memikul tanggung jawab (2) Kemampuan menjadi perseptif (3) Kemampuan menanggapi secara obyektif (4) Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat (5 ) kemampuan untuk berkomunikasi ,
i. Kartini Kartono (1983 : 150 – 152 dalam Pemimpin dan Kepemimpinan ) lebih jauh menjelaskan tentang hal hal tersebut diatas bahwa : (a) Kemauan untuk memikul tanggung jawab artinya seorang yang diserahi sebagai pemimpin berani memikul tanggungjawab bagi setiap tingkah lakunya sehubungan dengan tugas tugas dan peranan yang harus dilakukannya, mau menerima tanggung jawab, sanksi sanksi tertentu apabila ia tidak mampu mencapai hasil yang diharapkan, sebab peranan seorang pemmpin memiliki persyaratan yangcukup berat , mau tidak mau suka tidak suka harus mempertanggung jawabkan apa yang tela dilakukan dalam mencapai sasaran manajerial dengan segala ( keleluasaannya, kewibawaannya, mendapatkan status posisi penghargaan tertentu, motivasi pribadi, mampu membawa pengikutnya pada pencapaian tujuan organisasi ) (b).Kemampuan untuk menjadi perseptif , dimaksudkan bahwa persepsi merupakan kemampuan untuk melihat dan menanggapi realita yang benar benar nyata, artinya seorang pemimpin harus memiliki daya persepsi terhadap semua situasi organisasi yang dibawahinya dengan cara mengamati segi segi kekuatan dan kelemahan (strenghteness and weakness ), kemudian mampu mengadakan intrspeksi melihat kedalam diri sendiri ia mengenali segi segi kekuatan dan kelemahan sendiri dikaitkan dengan beratnya tugas tugas dan besarnya tanggungjawab yang harus dipikulnya. (c) Kemampuan untuk menanggapi secara obyektif dimaksudkan adalah obyektifitas merupakan kemampuan untuk melihat masalah masalah secara rasional, impersonal dan tanpa prasangka yang merupakan kelanjutan dari perseptivitas dengan cara mengabaikan factor factor pribadi dan emusional yang mengakibatkan kaburnya kenyataan. Obyektivitas merupakan juga unsure penting dalam pengambilan keputusan secara analisis. Pengambilan keputusan yang bijaksana dan melakukan satu seni tindakan yang konsisten . (d) Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat, hal ini dimaksudkan bahwa kemampuan, kemahiran, pandai memilah dan memilih mana bagian yang penting dan harus dilakukan dan dimana bagian yang kurang penting sehingga dapat ditunda pelaksanaannya dalam artian bahwa kemampuan memilih keputusan dari kesekian banyak alternative dengan tepat (e). Kemampuan untuk berkomunikasi dimaksudkan adalah kemampuan untuk memberikan informasi dengan cermat, cepat dan jelas dan juga kemampuan menerima informasi dengan kepekaan tinggi, kemampuan mengatakan bahasa policy apabila terjadi komunikasi tidak lancar akan menimbulkan perasaan terisolasi dan dipisahkan dari organisasi akibat dari kecemasan, ketegangan bathin, individu menjadi terdampar, peka (oversensitive) dan mudah berkonflik dengan orang orang disekitarnya, disebabkan juga oleh kesulitan dan kesalahfahaman akibat dari tidak dapat dipecahkan dan didiskusikan permasalahannya yang akhirnya anak buah atau pengikutnya menjadi frustasi , menambah beban psikologis terhadap dirinya sebagai pemimpin.
j. Owen ( 1981 ) menjelaskan tentang kebermaknaan perencanaan pemimpin, dimaksudkan apabila didukung dan dijalankan secara harmonis bersama sama dengan fungsi manajerial lainnya seperti pengelolaan sebuah organisasi yang selalu ada pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui fungsi fungsi manajerial yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, motivasi dan evaluasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan bersama yang merupakan perencanaan manajerial. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin diharapkan dapat memikirkan menerapkan dan menilai kembali kontibusi sosial masing masing kehidupan bersama, karena semua kegiatan organisasinya akan selalu dimunculkan oleh dorongan vital dan dorongan aktualisasi diri yang dimiliki setiap pemimpin. Tuntutan seorang pemimpin harus memiliki inisiatif dan bekerja sama secara kooperatif karena pemimpinlah letak jaminan kesejahtraan lahir bathin dari suatu masyarakat yang masuk ke dalam organissasi dipimpinnya dalam rangka mempertinggi produktiv\itas dan efektivitas usaha bersama. Sebagaiu seorang pemimpin juga memilki perencanaan yang matang dalam melaksanakan manajerial kepemimpinannya mengingat begitu pentingnya sebuah perencanaan sebagai langkah awal dari pelaksanaan dari suatu kegiatan, merencanakan suatu program kegaiatan yang sistematis sebagai upaya pencapaian tujuan secaralebih efektif dan efisiien sehingga memilki kebermaknaan dari suatu perencanaan yang telah disusunnya.
5. Keberhasilan Manajerial Kepala sekolah
1. Peter F. Drucker, judul bukunya “ the practice of management, Harper and Row, New York 1954, halaman 157- 158 yang dikutip oleh kartini Kartono (1983; 157-158) memaparkan tentang kriteria keberhasilan kemampuan manajeial antara lain: (1) Meningkatkan hasil- hasil produksi dan layanana yang dicapai organisasi dalam bentuk aspek ekonomis dan teknis (2). Semakin rapinya system administrasi dan semakin efektifnya manajerial. Manajerial yang efektif dimaksud adalah: (a). penelitian sumber daya manusia, alam, dana, sarana, dan waktu yang makin ekonomis dan efisien. (b) The right in the right place dengan deliegation of authority/ pendelegasian wewenang yang luas. (c) Struktur organisasi sesuai denga kebutuhan organisasi dan integrasi dari semua bagian (d) target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi sesuai dengan penentuan jadwal waktu. (e) organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi ( masyarakat, situasi dan kondisi sosial, politik dan ekonomi (3). Semakin meningkatnya aktifitas- aktifitas manusiawi atau aspek sosial yang sifatnya lebih manusiawi dimaksudkan adalah: (a) Iklim psikis yang mantap sehinga orang merasa aman dan senang bekerja. (b) Adanya disiplin kerja, disiplin diri, tanggung jawab dan moral yang tinggi dalam organisasi (c0 Terdapat suasana saling mempercayai, kerja sama, kooperatif, etnik, dan etos kerja yang tinggi (d) Komunikasi formal dan informal yang lancar serta akrab (e) Adanya kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi (f) Tidak banyak terdapat penyelewengan dalam organisasi (g) adanya jaminan jaminan sosial tertentu. Persaingan dunia dalam segala hal yang begitu kompleks dengan kondisi sumber daya manusia yang memprihatinkan, menghawatirkan kita akan pergolakan-pergolakan kondisi yang terjadi. Keprihatinan kondisi ini memicu terciptanya suasana etos keja organsasi apapun menjadi menurun terutama bagi pelaksana organissi itu sendiri yang tidak memiliki kesiapan sama sekali dan atau tidak memilki pengembangan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaannya.
2. Departemen Pndidkan Nasional (1989) berupaya meningkatkan kualitas suber daya manusia, diman pendidikan secara terus menerus melakukan perubahan dan inovasi termasuk melalui perubahan kurikulum. Depdiknas (2000) dengan UU no. 25 tshun 2000 telah berupaya pula melakukan program pembangunan nasional dalm pembinaan sekolah dengan menyelenggarakan program pningkatan mutu berbasis sekolah dan mayarakat ( school and community based Education)
3. Jadi dapat diperoleh suatu pengertian bahwa Kepala sekolah dengan kemampuan manapjerialnya menyusun perencanaan yang matang sebagaimana dimaksudkan dalam pemaparan sebelumnya memilki hal-hal pokok sebagai berikut: (1) Jalannya pendidikan dan pengajaran (2). Penyusunan dan implementasi program pendidikan dan pengajaran di sekolah (3) persiapan dan penerpan administrasi sekolah yang rapi teratur dan berkesinambungan (4). Menciptakan kewibawaan, keperibadian tinggi, tanggung jawab, etos kerja, bersih, transparan, dan akuntabilitas terhadap keleluasaan yang dimilkinya serta bersikap demokratis. (5). Menciptakan kerjasama yang baik antara sekolahnya dan sekolah lainnya serta instansi terkait lainnya (60. mengatur, mengorganisasikan suatu kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (7). Menciptakan kerja sama dalam suasana kondusif dengan semua komponen-komponen warga sekolah (guru, orang tua murid, siswa, dewan sekolah dan masyarakat lingkungan sekitarnya) sebagaimana dinyatakan oleh Qodri Azizy, 2003 ( dalam kendali mutu pendidikan ).
4. Berbeda dengan perundang- undangan berlaku sebelumnya, kepala sekolah tidak lagi memiliki jabatan structural namun kepala sekolah hanya memilki jabatan tugas tambahan sebagai kepala sekolah sedangkan tugas pokoknya adalah sebagi guru yang merupakan jabatan fungsional guru. Tugas jabatan tambahan tersebut, kepala sekolah tetap perfungsi sebagai top manager di sekolah di mana kepala sekolah dituntut memilki profesinalisme yangtinggi sebagai pimpinan/penanggung jawab utama sekolah, maka berdasarkan hal ini tergambarlah dengan jelas bahwa setiap kepala sekolah selaku top manager sekolah kendati mengemban tugas tambahan dimaksud merupakan tulang punggung pelaksanaan kependidikan di sekolah dengan tunutan agar tugas dan tanggung jawab serta wewenangnya dapat melakukan kegiatan managerial pada satuan unit pendidikan. Dan dapat diperoleh suatu pandangan bahwa Tuntutan kemampuan professional managerial sebagai mana diuraikan diatas dapat diartikan menjadi suatu tuntutan kemampuan professional di bidang teknis kependidikan (educative technique) dan teknik administrative ( administration technique). Kepala sekolah yang mengemban jabatan guru terlihat berperan utama sebagai pimpinan tertinggi di sekolah untuk melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan dan pencapaian sasaran akademik serta yang menjadi subyeknya adalah siswa, guru, karyawan. Tingkat kemampuan kinerja guru, prestasi belajar siswa dan kinerja pegawai sekolah memilki peranan penting dalam tugas akademik yang sesuai dengan disiplin serta kualifikasi pendidikan keprofesionalannya. Fokus perhatian setiap upaya peningkatan mutu akademik terletak pada karakteristik dan potensi siswa, karakteristik dan kemampuan guru serta interaksi antara keduanya (guru dengan siswa), ligkungan yang kondusif..
5. Craig (1987) menguraikan tentang kemampuan kepala sekolah dapat berhasil melaksanakan tugasnya sebagaimana tugas seorang pengawas dan berfungsi sebagai seorang supervisor yang dikutif oleh Yusuf A. Hasan dan Muhammad Idrus (dalm Pedoman Pengawasan untuk madarasah dan sekolah umum, 2003) adalah sebagai berikut: (1). Membuat perencanaan kerja (2). Memecahkan masalah (3). Mengendalikan pekerjaan (4). Mengumpulkan dan memanfaatkan masukan umpan balik ( performance feedback) (5). Melatih dan membimbing (6). Memotivasi (7). Mengatur waktu (8). Komunikasi lisan maupun tulis. (9). Mengembangkan kemampuan diri (10). Mewakili lembaga (11). Menghadiri dan menyelenggarakan rapat-rapat (halaman 9).
6. Abdul Aziz Drs, MA. (2003) menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai pemegang policy dalam menentukan kebijakan di lingkungan sekolah, diharapkan mampu mendorong kegiatan layanan kependidikan antara lain (a). Menjadi pioneer menegakkan prilaku dan sikap yang dilandasi oleh nilai-nilai moral dan akhlak yang mulia, (b). Menyediakan berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana pendidikan (c). Melakukan monitoring baik langsung atau tidak langsung terhadap berbagai bentuk kegiatan pendidikan di sekolah (d). Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan kegiatan pendidikan yang selanjutnya menjadi bahan laporan kepada instaansi atasan.
7. Atembun (1975) memaparkan tentang fungsi kepala sekolah sebagai supervisor bertanggung jawab melaksanakana pembinaan kearaha perbaikan situasi pendidikan dan peningklatan mutu belajar mengajar. Kepal sekolah harus menyadari betul bahwa pengembangan dan pembinaan pendidikan yang merupakabn bidang operasional dalam melaksanakan supervise untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab kewenangannya. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor terbatas dilingkungan sekolah dengan tugas dan tanggung jawabnya serta ruang lingkup garapannya yang sangat luas dan kompleks.
8. Qodri A. Azizy (2003): 17-19 mengungkapkan tentang ruang lingkup tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor antara lain : (1) Ruang lingkup administrasi tata laksana sekolah seperti (a) Organisasi dan struktur pegawai tata usaha (b). Otorisasi dan anggaran belanja sekolah (APBS) (c). masalah kesejahteraan personalia sekolah (d). masalah perlengkapan dan perbekalan sekolah (e). Keuangan dan pembukuannya (f). Korespondensi surat menyurat dan kearsipan (g) Masalah kepegawaian (h) Laporan (i) Pengangkatan, pemindahan, penempatan , pemberhentian pegawai guru honorer, (j) Pengisian buku pokok klapper dan raport serta lainnya. (2). Ruang lingkup administrasi guru dan pegawai sekolah. Seperti (a) Seleksi guru dan pegawai sekolah (b). rencana orientasi bagi guru baru. (c). Penilaian atas kondite guru atau pegawai (d). Pelatihan dan penataran guru-guru (e) Kesejahteraan guru pegawai sekolah (3) Ruang lingkup supervisi seperti (a) Menilai dan membina guru serta seluruh staf sekolah dalam bidang teknik edukatif, administratif. (b) uasaha uasaha dengan cara mencari dan mengembangkan serta menggunakan berbagai metode untuk peningkatan belajar mengajar yang lebih baik dengan mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psicomtorik siswa (c). Kerja sama antara semua komponen warga sekolah (d) Pengembangan kerja sama sekolah melaluli KKG, MGMP, dan atau K3S (e). Peningkaan kualitas guru melalui pelatihan dan penataran lainnya (4) Ruang lingkup pembinaan kurikulum, seperti: (a) Mempedomani dan menjabarkan apa yang tercantum pada kurikulum dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (b). Organisasi kurikulum beserta materi, sumber-sumber dan metode yang disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan kurikulkum tersebut. (c). Implementasi kurikulum yang tidak begitu saja dijiplak secara mutlak akan tetapi untuk dipedomani agar guru dapat melaksanakan program pengajaan dengan baik. (5) Ruang lingkup prilaku individu kepala sekolah di lingkungan kerjanya yang selama ini sulit untuk dipecahkan karena adanya kompleksitas dari komponen waga sekolah yang dapat menyatu dengan individu kepala sekolah sendiri dalam hal hal yang menyangkut: (a) Rintangan (b) Keterbatasan (c) Semangat / etos kerja (d) tekanan pada hasil (e) Kesenjangan (f) Pertimbangan yang kurang tepat (g) Kurangnya motivasi dan dorongan (h). Disiplin dan ketidakdisiplinan (i) keakraban dan ketidakakraban.
9. Pherson, Crowson dan Pinter (1986) menyatakan bahwa manajerial kepala sekolah sangat tergantung pada tenaga guru yang professional dengan memilki tingkat berfikir yang abstrak, dan memilki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya, disamping itu kepala sekolah hendaknya mengetahui guru yang memilki kinerja professional dan tidak akan pernah melihat pertanggung jawaban publik sebagi suatu ancaman yang dapat melunturkan semangat untuk bekerja dengan baik, kendati sorotan masyarakat dimaksud harus dijadikan sebagai suatu motivasi untuk dapat mengembangkan peluang dalam hal yang menyangkut tentang pengembangan citra profesi guru, anmun keterbatasan terkadang menjadikan sorotan yang berlebihan dan dapat mempengaruhi stabilitas diri sehingga tidak jarang kepala sekolah yang memiliki persepsi bahwa ada sebagian guru yang disoroti masyarakat dapat dijadikan acuan untuk menjadi cambuk dalam meningkatkan kinerja keprofesionalannya. Komitmen lembaga pendidikan baik dari tingkat pusat sampai tingkat daerah sudah lama mengupayakan peningkatan kinerja penyelenggara pendidikan, namun sampai sekarang masing jauh dari harapan dan tujuannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor nyata antara lain terjadinya krisis multidimensional yang berkepanjangan, adanya keterbatasan sarana prasarana yang mendukung keprofesionalan penyelenggaraan kependidikan
10. Fungsi kepala sekolah sebagai top manager sebagai mana diuraikan oleh Krtini Kartono,1983 (dalam Pemimpin dan Kepemimpinan) menyatakan bahwa sebagai pemimpin dan juga berfungsi sebagi su[pervisor dimana tugas pokoknya melakukan pengawasan dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut : (a) Meningkatkan semangat kerja guru dan staff sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan kewenagannnya. (b) mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil sekolah (c). Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan sekolah. (d) Menampung melayani dan mengkoordinir segala mmacam keluhan kompnen warga sekolah (e) Membantu dan mengembangkan kegiatan intrakurikulerseta ekstrakurikuler disekolah (f) menampilkan sikap keteladanan sebagi top manaje sekolah dan atau fungsinya sebagi supervisor.



Berdasarkan beberapa pemamaparan penjelasan tentang kemampuan manajerial kepala sekolah sebagaimana diuraikan diatas tergambarlah bahwa kepala sekolah sebagai top manajer berfungsi pula sebagin supervisor di man dituntut memilki suatu kemampuan yang ditunjukkan oleh diri kepala sekolah itu dan dengan keperibadiannya akan mencerminkan kemampuan manajerial dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diimbannya. Kemampuan manajerial yang dimaksud dapat diamti melalui prilaku dan kepribadian kepala sekolah yang ditampilkan melalui kontribusi perbagai aktifitas melekat pada dirinya. Keberhasilan mengelola, memimpin da atau mensupervisi seluruh kompnen warga sekolah bergantung pada sejauh man ia melaksanakan ketentuan , karakteristik kepribadiannya serta etos kerjanya dalanm melaksanakan manajerial yang ditunjukkan oleh sejauhman keprofesionalannya. Kepala sekolah sebagai top manajer dapat diukur keberhasilannya apabila memilki kemampuan memimpin, merencanakan, mengaktualisasikan, mengkoordinasikan, mengorganisasikan, mengontrol, dan mengawasi serta mengevaluasi dengan cara memberi penilaian sesuai dengan prencaanaan yang telah ditentukan yang dilakukan leh para guru, pegawai tata usaha menggunakan teknik-teknik yang dipakai dalam memproses pesaerta diddik sejak dilakukan proses belajar mengajar sampai selesai menggunakan keterampilan teknik seperti keterampilan proses belajar mengajar serta keterampilan ketatausahaan (Pidata, 1988). Selanjutnya PIdata lebih jauh mengungkapkan bahwa kepala sekolah sebagai top manajer dapat melasnakan tugas-tugasnya dalam rangka mewujudkan hubungan manusiawi untuk membina dan mengembangkan kemampuan mengajar guru, komunikasi antara kepala sekolah dan para guru serta dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan pengajaran. Pidarta memandang dari sisi laintentang kemampuan kepala sekolah dalam membina guru diharapkan dapat menggunakan berbagai cara: (a) Mempersiapkan kebutuhan guru yang diperlukan leh peserta didik sebelum proses belajr dimulai (b) Membina guru dalam rangka mengarajhkan siswa mematuhi tat tertib dan cara belajar. (c). Mempersiapkan alokasi mengajar guru dengan menyusun jadwal pelajaran (d). Menunjang kesejahteraan guru berupa pemberian transportasi guru ke lokasi belajar (e) menyusun dam membuat forma presensi kehadiran guru (f) Memmpersiapkan guru untuk membuat format catatan pelajaran yang sudah dipelajari (g) Mengarahkan guru untuk menggunakan metode penilaian yang baik. (h). menyedioakan format hasil belajar. Disamping kegiatan operasional dimaksud, kepala sekolah juga harus menitikberatkan kepada bimbingan guru dalam proses KBM, bimbingan guru melaksanakan bimbingan konseling terhadap sisiwa dan bimbingan guru melaksanakn administrasi sekolah

You Might Also Like

0 Komentar Tog Bhe Maseh: