Konsep Dasar Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

22.29 URAY ISKANDAR 1 Comments

Hersey Blanchard menyatakan “…studi-studi empiik cenderung menunjukkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan normative atau terbaik. Pemimpin yang efektif mengadaptasi perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan pengikut mereka dan lingkungan. Apabila para pengikut mereka berbeda, maka mereka harus diperlakukan secara berbeda pula. Oleh karena itu, efektivitas bergantung pada pemimpin, pengikut, dan variable situasi lainnya : E = f (p, p, s). dengan demikian setiap orang yang berkepentingan atas keberhasilannya sendiri sebagai seorang pemimpin, maka ia harus mencurhkan pikiran serius terhadap pertimbangan-pertimbangan perilaku dan lingkungan ini. (Hersey : 1995 h:123).
Paragraf ini akan menjelaskan apa yang dimaksud situasi di atas. Dalam membagi gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard membagi gaya kepemimpinan ke dalam empat gaya. Berturut-turut adalah Gaya 1 disebut dengan direktif, gaya 2 diistilahkan dengan melatih, gaya 3 disebut dinamakan suportif dan gaya 4 disebut dengan mendelegasikan. Sementara di pihak pengikut, Hersey membaginya ke dalam empat tingkatan kematangan yakni, matang 1, matang 2, matang 3, dan matang 4, criteria masing-masing gya pemimpin serta karakteristik masing-masing tingkat kematangan bawahan akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
Menentukan Gaya Kepemimpinan yang efektif
Kepemimpinan disebut efektif bila seorang pemimpin memakai gaya yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anggota. Kedewasaan anggota meliputi dua hal yakni kedewasaan dalam bekerja dan kedewasaan psikologis (kemauan dan motivasi). Dalam tulisannya yang terbaru ada sedikit perubahan yang dilakukan Blanchard yang mana ia menyebutkan; kematangan pengikut yang harus diketahui pada diri pengikut meliputi : Pertama, kecakapan artinya : fungsi pengetahuan dan keahlian yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan, atau pengalaman. Kedua, komitmen artinya perpaduan antara keyakinan dan motivasi. Keyakinan dan motivasi. Keyakinan maksudnya ukuran kepercayaan diri seseorang yang menyebabkan mampu melakukan tugas dengan baik tanpa perlu banyak pengawasan. Motivasi lebih dapat dikatakan sebagai perhatian dan antusiasme seseorang untuk bertugas dengan baik. (Blanchard : 57).
Apabila pemimpin sudah memahami kecakapan dan kommitmen masing-masing rekannya, barulah mereka dapat dipimpin sesuai dengan tingakt kematangan mereka yang terdiri dari empat tingkat juga, yakni :
P1 (Perkembangan 1/matang tkt. 1) : kecakapan rendah, komitmen rendah.
P2 (Perkembangan 2/matang tkt. 2) : kecakapan sedikit, komitmen sedikit.
P3 (Perkembangan 3/matang tkt. 3) : kecakapan tinggi, komitmen tinggi.
P4 (Perkembangan 4/matang tkt. 4) : kecakapan tinggi, komitmen tinggi.
Dalam menghadapi tingkat perkembangan yang tidak sama pada setiap orang di organisasi perlu dibedakan perlakuan terhadap pengikut yang berbeda-beda tingkat kematangan itu. Gaya yang dipakai untuk menyelaraskan tingkat perkembangan bawahan antara lain :
G2 (Gaa 1) disebut direktif, artinya : pemimpin banyak memberi pengarahan dan sedikit memberi dukungan
G2 (Gaya 2) disebut melatih, artinya : pemimpin banyak mengarahkan dan banyak juga mendukung
G3 (Gaya 3) suportif, maksudnya : pemimpin banyak mendukung tapi kurang memberikan pengarahan
G4 (Gaya 4) mendelegasikan, maksudnya : pemimpin kurang memberikan dukungan dan juga kurang dalam hal memberikan pengerahan.
Dengan memahami terlebih dahulu tingkat kecakapan dan motivasi rekan terhadap tugas-tugas organisasi, maka pemimpin dapat dengan mudah menentukan gaya yang efektif.
Sebagai contoh apabila dalam suatu organisasi pemimpin menemukan seorang pengikut yang memiliki semangat kerja yang rendah dalam pelaksanaan tugas membuat notulensi rapat minggunan yang ditugaskan kepadanya, pengikut adalah orang yang juga baru bergabung dengan perusahaan tersebut. Maka kematangan pengikut tersebut dikategorikan ke tingkat matang 1. Untuk itu menurut Hersey dan Blachartd pemimpin harus memberlakukan gaya 1 (direktif), yakni pemimpin lebih banyak mengajarkan pengikut tersebut teknik pembuatan notulensi tersebut dengan haya sedikit melakukan “sambaran-sambaran psikologis”, seperti hanya sedikit membukan komunikasi yang bersifat sosio-emosional.
Untuk contoh pemakaian gaya 2 (melatih; pemimpin banyak mengarahkan dan banyak juga mendukung), hal ini bias digunakan saat pemimpin mengetahui bahwa pengikut hanya memiliki kecakapan yang rendah tapi komitmen tinggi. Dengan demikian pemimpin hanya diminta menonjolkan pengarahan dalam mengawasi kinerja pengikutnya dengan membuka sedikit lebih lebar komunikasi yang bersifat sosio-emosional, dengan demikian pengikut tetap merasa nyaman.
Adapun jika pemimpin menemukan kondisi kematangan pengikutnya berada pada tingkat kematangan 3 (kecakapan tinggi, komitmen bervariasi), maka agar kepemimpinan pemimpin efektif ia harus memakai gaya 3 untuk hal ini. Dimana gaya 3 tersebut pemimpin membuka pintu komunikasi sosio-emosional yang selebar-lebarnya sehingga dia banyak memberikan dukungan yang membangun kekuatan komitmen pengikut yang sempat goyah, sementara dalam hal memberikannya latihan bahkan arahan tidak terlalu dominan untuk diperlihatkan oleh pemimpin kepada pengikut yang matang 3 ini.
Untuk gaya digunakan pada saat si pemimpin menjumpai pengikutnya sedang berada pada situasi matang 4 (kecakapan tinggi, komitmen juga tinggi). Dari situasi pengikut seperti tidak ada masalah, sehingga pilihan gaya yang efektif yang akan dipakai pemimpin untuk menghadapi si pengikut yang pandai ini adalah mendelegasikan tugas. pemimpin ibarat menjalin kerja sama dengan banyanganya, artinya tidak ada masalah dalam diri pengikut.
Demikianlah deskripsi bagaimana Hersey Blachard menganjurkan pemakaian gaya yang efektif. Dengan kondisi yang demikian, maka ada satu hal yang perlu diperhatikan sebelum memberlakukan satu gaya terhadap kematangan pengikut pada satu macam pekerjaan, yakni pemimpin harus benar-benar tahu seberapa dewasakah pengikutnya. Dimana kedewasaan disini adalah kedewasaan dalam hal kecakapan dan komitmen. Apabila salah mendiagnosa, di tingkat kematangan berapakah pengiktu maka pemimpin akan salah juga dalam memilihkan gaya yang tepat pada pengikut tersebut, akhirnya akan menyebabkan kepemimpinannya tidak efektif.

You Might Also Like

1 komentar: