Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi
Sekolah adalah suatu lembaga
pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha
dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan memerlukan adanya
organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diinginkan.
Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya
dalam kegiatannya mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi
masing-masing, tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada
pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan
dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses
pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar ( Depdiknas
Dirjen PMPTK, 2008 :21). Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Guru sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama itu
akan efektif apabila guru memiliki
derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, kecakapan atau keterampilan
yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Lebih jauh Wens Tanlain
dalam Syaiful Sagala (2009:13) menyebutkan ada beberapa poin yang menjadi
tanggung jawab seorang guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan,
menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh
hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap
perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain
termasuk kepada anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati
dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peran guru
yang ditampilkan demikian, akan membentuk karakteristik anak didik atau lulusan
yang beriman, berakhlak mulia, cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa dan
bangsa terutama untuk kehidupannya yang akan datang. Bila kita amati di
lapangan, bahwa guru sudah menunjukkan kinerja maksimal di dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi
barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik,
tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro. Berkaitan dengan
jabatan dan profesi tadi, fenomena sekarang terlihat di beberapa sekolah bahwa
masih terdapat guru yang memiliki keahlian yang ditunjukkan dengan sertifikasi
atau ijazah dan akta yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
Demikian juga untuk pembuatan rencana pembelajaran, mereka kurang maksimal. Hal
ini sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Guru sebagai
tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan dan sangat menentukan dalam
proses pembelajaran di kelas. Peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana
guru melaksanakan peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru
merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang
akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan
sekolah. Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling
banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan di sekolah.
Rendahnya tingkat kelulusan
sekolah tersebut, sehingga mendapat bantuan dari pemerintah untuk peningkatan
mutu. Padahal kepala sekolah sudah
berusaha memberikan berbagai macam strategi yang tepat untuk mendayagunakan
tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan untuk
meningkatkan profesi dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Ketidakdisplinan kepala sekolah yang
terlihat dari kurangnya frekwensi kehadiran di sekolah, mencerminkan rendahnya
komitmen kepala sekolah yang dapat mengakibatkan tidak adanya keteladanan dalam
diri kepala sekolah di mata bawahannya. Padahal kita ketahui bahwa sebagai
pimpinan yang bermutu faktor keteladanan menjadi amat penting karena
nilai-nilai dasar yang dianut pemimpin dalam hal ini kepala sekolah tercermin
dalam perilakunya. Keteladanan pemimpin juga akan dapat mempengaruhi,
membimbing, membina, mengarahkan dan menyosialisasikan serta menanamkan
nilai-nilai, aturan serta pola kerja dan pola pikir yang baru.
Guru yang memiliki
komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid,
demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru yang memiliki
komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja. Demikian pula waktu yang
disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Sedangkan
tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan
menentukan alternatif pemecahannya
Kinerja guru saat ini ditengarai
masih rendah, jika indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah prestasi
belajar siswa dalam ranah kognitif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian
Nasional. Sebagai salah satu anggota
organisasi sekolah, tenaga guru menduduki peran yang amat penting dalam proses
pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai
kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Stephen Stolp, dalam E. Kosasih ( 2010:23) mengemukakan bahwa
budaya organisasi di sekolah berkorelasi dengan pengembangan motivasi prestasi
belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas kerja. Budaya sekolah
memberi gambaran bagaimana seluruh warga sekolah bergaul, bertindak dan
menyelesaikan masalah dalam segala urusan di lingkungan sekolahnya. Kebiasaan
mengembangkan diri terutama bagaimana setiap anggota kelompok di sekolah
berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya, merupakan kultur
yang hidup sebagai suatu tradisi yang
tidak lagi dianggap sebagai suatu beban kerja ( Dadang Suhardan, 2010 : 121 )
Menurut Komang Ardana ( 2008: 169 ) suatu budaya organisasi yang kuat dan
telah beakar akan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi
anggota organisasi dalam hal pemahaman yang jelas dan lugas tentang suatu
persoalan diselesaikan. Budaya
memiliki pengaruh berarti pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi.
Budaya adalah
sumber keunggulan kompetitif utama berkelanjutan yang kemungkinan timbul
sebagai pemersatu dalam organisasi sistem, struktur dan karir. Budaya
sebagai semua temu hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan, kebendaan dan kebudayaan jasmaniah dalam
upaya menguasai alam sekitarnya. Rasa
meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan
dalam arti luas,
di dalamnya meliputi
ideologi, kebatinan, kesenian
serta segala pengetahuan
dan teknologi.
Menurut Edgar Schein dalam Hikmat (
2009:204) budaya organisasi mencakup observer
behavior, groups norms, espoused values, formal philosophy, rules of the game,
climate, embedded skills, habits of thinking, shared meaning of the group,
methaphors or symbols. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan serta
manajemen di sekolah perlu memberikan perhatian khusus pada pengelolaan faktor
budaya organisasi di sekolah yang dipimpinnya, terutama budaya belajar siswa
dari tergantung pada guru, berubah menjadi pembelajar yang mandiri, penuh
inisiatif, kreatif dan interaktif.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: