Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi

10.37 URAY ISKANDAR 0 Comments


Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diinginkan. Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya dalam kegiatannya mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar ( Depdiknas Dirjen PMPTK, 2008 :21). Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 
Guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama itu akan efektif apabila guru memiliki  derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan  atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Lebih jauh Wens Tanlain dalam Syaiful Sagala (2009:13) menyebutkan ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peran guru yang ditampilkan demikian, akan membentuk karakteristik anak didik atau lulusan yang beriman, berakhlak mulia, cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa terutama untuk kehidupannya yang akan datang. Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukkan kinerja maksimal di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro. Berkaitan dengan jabatan dan profesi tadi, fenomena sekarang terlihat di beberapa sekolah bahwa masih terdapat guru yang memiliki keahlian yang ditunjukkan dengan sertifikasi atau ijazah dan akta yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Demikian juga untuk pembuatan rencana pembelajaran, mereka kurang maksimal. Hal ini sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan dan sangat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas. Peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. Kinerja guru pada dasarnya merupakan  kinerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan di sekolah.
         Rendahnya tingkat kelulusan sekolah tersebut, sehingga mendapat bantuan dari pemerintah untuk peningkatan mutu. Padahal kepala sekolah sudah berusaha memberikan berbagai macam strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan untuk meningkatkan profesi dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Ketidakdisplinan kepala sekolah yang terlihat dari kurangnya frekwensi kehadiran di sekolah, mencerminkan rendahnya komitmen kepala sekolah yang dapat mengakibatkan tidak adanya keteladanan dalam diri kepala sekolah di mata bawahannya. Padahal kita ketahui bahwa sebagai pimpinan yang bermutu faktor keteladanan menjadi amat penting karena nilai-nilai dasar yang dianut pemimpin dalam hal ini kepala sekolah tercermin dalam perilakunya. Keteladanan pemimpin juga akan dapat mempengaruhi, membimbing, membina, mengarahkan dan menyosialisasikan serta menanamkan nilai-nilai, aturan serta pola kerja dan pola pikir yang baru.
Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja. Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya
Kinerja guru saat ini ditengarai masih rendah, jika indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional. Sebagai salah satu anggota organisasi sekolah, tenaga guru menduduki peran yang amat penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Stephen Stolp, dalam E. Kosasih ( 2010:23) mengemukakan bahwa budaya organisasi di sekolah berkorelasi dengan pengembangan motivasi prestasi belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas kerja. Budaya sekolah memberi gambaran bagaimana seluruh warga sekolah bergaul, bertindak dan menyelesaikan masalah dalam segala urusan di lingkungan sekolahnya. Kebiasaan mengembangkan diri terutama bagaimana setiap anggota kelompok di sekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya, merupakan kultur yang hidup  sebagai suatu tradisi yang tidak lagi dianggap sebagai suatu beban kerja ( Dadang Suhardan, 2010 : 121 )
Menurut Komang Ardana ( 2008: 169 ) suatu budaya organisasi yang kuat dan telah beakar akan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi anggota organisasi dalam hal pemahaman yang jelas dan lugas tentang suatu persoalan diselesaikan. Budaya memiliki pengaruh berarti pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi.
Budaya adalah sumber keunggulan kompetitif utama berkelanjutan yang kemungkinan timbul sebagai pemersatu dalam organisasi sistem, struktur dan karir. Budaya sebagai semua temu hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan, kebendaan dan kebudayaan jasmaniah dalam upaya menguasai alam sekitarnya. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan  dalam  arti  luas,  di  dalamnya  meliputi  ideologi,  kebatinan,  kesenian  serta  segala  pengetahuan  dan teknologi.
Menurut Edgar Schein dalam Hikmat ( 2009:204) budaya organisasi mencakup observer behavior, groups norms, espoused values, formal philosophy, rules of the game, climate, embedded skills, habits of thinking, shared meaning of the group, methaphors or symbols. Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan serta manajemen di sekolah perlu memberikan perhatian khusus pada pengelolaan faktor budaya organisasi di sekolah yang dipimpinnya, terutama budaya belajar siswa dari tergantung pada guru, berubah menjadi pembelajar yang mandiri, penuh inisiatif, kreatif dan interaktif.

You Might Also Like

0 Komentar Tog Bhe Maseh: