KETERAMPILAN MANAJERIAL DAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
A. Keterampilan Manajerial
1. Pengertian Manajer
Istilah manejer adalah siapa saja yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan aktivitas utama dalam sebuah manejemen. Apa aktivitas utama tersebut ?
Pada beberapa literatur, aktivitas utama dibagi menjadi empat bagian, yang
memang merupakan tugas-tugas pokok seorang manejer, yakni:
- Merencanakan
- Mengorganisasikan
- Memimpin
- Mengendalikan
Selain empat tugas utama tersebut, masih banyak tugas-tugas dan
fungsi lain sesuai dengan klasisfikasi yang lebih detail. Hal ini berhubungan dengan perbedaan tingkat dan
cakupan kegiatan organisasi. Jadi konsep manajemen adalah aktivitas atau seni
mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin dikerjakan melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam klasifikasi dasar, manejer mempunyai tiga
tingkat peran, yakni:
a. Manejer lini pertama, adalah tingkat paling rendah dalam sebuah organisasi dimana manejer bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Manejer ini bertugas mengarahkan karyawan non-menejemen; manejer tersebut tidak mengawasi menejer yang lain. Contoh dari manejer lini pertama adalah foreman atau supervisor produksi dalam sebuah pabrik.
b. Manejer Menengah, pada tingkat ini, manejemen mencakup lebih dari satu tingkat dalam sebuah organisasi. Manejer menengah mengarahkan kegiatan menejer dari tingkat yang lebih rendah bahkan kadang-kadang langsung pada karyawan operasional. Tanggung jawab dan prinsip kerja manejer menengah adalah mengarahkan aktivitas yang mengimplementasikan kebijakan organisasi dan menyeimbangkan permintaan dari manejer mereka dengan kapasitas karyawan. Sebagai contoh, Pak Agus adalah manejer menengah, dia mendapatkan laporan dari Pak Suto yang seorang foreman, namun Pak Agus juga bertanggung jawab untuk melaporkan kepada Pak Budi atasannya.
c. Manejer Puncak, mereka bertanggung jawab untuk manejemen keseluruhan dari sebuah organisasi. Bahasa kerennya sekarang adalah para eksekutif. Mereka menetapkan kebijakan operasional sebuah organisasi dan pedoman interaksi organisasi. Biasanya mempunyai jabatan chief executive officer.
Tingkatan-tingkatan manajemen dalam suatu
organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 : Tingkatan Manajemen
Seorang
kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang
merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus
menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.
Wayan Koster mengemukakan bahwa dalam konteks
MPMBS, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan: (1) menjabarkan sumber
daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, (2) kepala
administrasi, (3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan (4)
mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan di sekolah.
Dikemukakan pula bahwa sebagai kepala
administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun manajemen sekolah serta
bertanggungjawab dalam pelaksanaan keputusan manajemen dan kebijakan sekolah.
Sebuah organisasi yang makin membesar harus ada
orang yang mengkondisikan aktifitas-aktifitas pada tingkatan operasi maupun
mengambil keputusan tentang produk-produk atau jasa-jasa yang akan dihasilkan,
maka orang yang mengkoordinasikan aktifitas-aktifitas organisasi itulah yang
disebut manajer (Winardi, 1990 dalam Wahyudi). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
manajer adalah orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan sumber daya
organisasi yang mana ia dapat mengkoordinasikan aktifitas organisasi dalam
rangka mencapai tujuan.
Hal serupa dikemukakan oleh Kantz dalam Segiovanni
(Sudarwan Danim, 1995 dalam Wahyudi ) bahwa dalam keseluruhan mekanisme kerja
manajemen sekolah sebagai proses sosial, mengemukan tiga jenis keterampilan
yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1) keterampilan teknis,
yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan
teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu; (2)
keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang
manajer di dalam bekerja dengan orang lain secara efektif dan efisien; (3)
keterampilan konseptual yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala
sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan
dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara
keseluruhan.
Dengan demikian pengertian manajer adalah
seseorang yang memiliki strategi untuk mendayagunakan orang lain melalui
kerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Evolusi Teori Manajemen
a.
Teori Manajeman Klasik
Tujuan dari scientific
Managemen (1870) menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan suatu pendekatan
manajemen yang sistematik. Pada masa manajemen secara ilmiah manusia dianggap
sebagai tenaga kerja rasional dan ekonomi dimana manusia disamakan dengan
mesin. Pelopor teory organisasi klasik
Hendry Fayol (Prancis) dalam bukunya : Administration Industrielle et geneelle (Administrasi industri dan
umum). Dalam bukunya tersebut mengemukakan teory dan teknik administrasi
sebagai pedoman pengelolaan administrasi yang kompleks
b.
Teori Perilaku
Prinsip dasar perilaku
organisasi disimpulkan oleh beberapa tokoh manajemen moderen sebagai berikut :
a. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai
suatu proses teknis secara ketat (peranan, prosedur, prinsip)
b. Manajemen harus secara sistematik, dan
pendekatan yang digunakan harus dengan mempertimbangkan secara hati-hati
c. Organisasi sebagau suatu keseluruhan dan
pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
d. Pendekatan motivasional yang menghasilkan
komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan
c.
Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan Ilmu
Manajemen)
Ditandai dengan perkembangan
tim-tim riset operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri, sejalan dengan
perkembangan dunia teknologi, prosedur-prosedur riset operasional kemudian
diformulasikan dan disebut dengan aliran Management Science.
d.
Evolusi Teori Manajemen
Perkembangan teori manajemen
untuk masa datang adalah :
a.
Dominan, salah satu dari aliran
utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
b. Divergence, setiap aliran melalui jalur
sendiri
c. Convergence, aliran-aliran dapat
menjadi sepaham dengan batasan-batasan diantara mereka cenderung kabur
d.
Sintesa, masing-masing aliran
berintegrasi
e. Proliferation, adanya kemungkinan muncul
lebih banyak aliran lagi
3. Keterampilan Manajerial
Kepala Sekolah merupakan
jabatan karir yang diperoleh oleh seseorang guru setelah sekian lama menjabat
sebagai guru. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan untuk meningkatkan
profesi dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah. Dalam mencapai suatu tujuan organisasi
bahwa seorang manajer harus memiliki ketrampilan manajerial agar dapat
menjalankan fungsi-fungsi daripada manajemen.
Fred Luthans (1995) mengemukakan lima
jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang manajer, yang mencakup : (1) Cultural
flexibility; (2) Communication skills (3) Human Resources
Development skills ; (4) Creativity ; dan (5) Self Management
of learning. ( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/02/kemampuan-manajerial-kepala-sekolah/Akses tanggal 17 Desember 2010 ). Kelima
keterampilan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Cultural flexibility merupakan keterampilan yang merujuk
kepada kesadaran dan kepekaan budaya, di mana seorang manajer dituntut untuk
dapat menghargai nilai keberagaman kultur yang ada di dalam organisasinya.
Kepala sekolah selaku manajer di sekolah sangat mungkin akan dihadapkan dengan
warga sekolah, dengan latar kultur yang beragam, baik guru, tenaga administrasi
maupun siswa. Oleh karenanya,
kepala sekolah dituntut untuk dapat menghargai keberagaman kultur ini.
Communication skill merupakan keterampilan manajer yang
berkenaan dengan kemampuan untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan,
tulisan maupun non verbal. Keterampilan komunikasi amat penting bagi seorang
kepala sekolah, karena hampir sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala sekolah
senantiasa melibatkan dan berhubungan orang lain. Komunikasi yang efektif akan
sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Human Resources Development skills merupakan keterampilan manajer yang
berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning climate),
mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan pengalaman kerja,
penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan perubahan
organisasi, dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Dalam perspektif
persekolahan, kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam
mengembangkan sumber daya manusia yang tersedia di sekolahnya, sehingga mereka
benar-benar dapat diberdayakan dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah
Creativity merupakan keterampilan manajer yang tidak hanya
berkenaan dengan pengembangan kreativitas dirinya sendiri, akan tetapi juga
keterampilan untuk menyediakan iklim yang mendorong semua orang untuk menjadi
kreatif. Sehubungan dengan hal ini, seorang kepala sekolah dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam menciptakan iklim kreativitas di lingkungan sekolah
yang mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Self- management of learning merupakan keterampilan manajer yang
merujuk kepada kebutuhan akan belajar yang berkesinambungan untuk mendapatkan
berbagai pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam hal ini, kepala sekolah
dituntut untuk senantiasa berusaha memperbaharui pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya.
4. Kepala Sekolah sebagai manajer
Sekolah yang sehat memiliki kultur
organisasi sekolah yang baik. Sekolah dikatakan sehat bila terdapat dorongan
dan semangat yang tinggi. Moral kerja yang tinggi jika kepala sekolah, guru dan
staf selalu bekerja dengan semangat yang tinggi, sangat antusias, bergairah,
dan sebagainya. Selanjutnya sekolah sehat bila sekolah itu terhindar dari
tekanan-tekanan berbagai pihak.
Manajemen adalah suatu
aktifitas atau seni dalam mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin
dikerjakan melaui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasandalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan peran dan
tugasnya sebagi manajer bahwa kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan
kepasa tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya bahwakn mendorong
adanya suatu keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan
yang menunjang program sekolah.
Kemampuan memberdayakan tugas,
peran tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam pemberian arahan secar dinamis dan
terus menerus. Pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan pemberian
hadiah.
Menurut Wahyudi ( 2009:65 ) Kepala Sekolah harus berusahan untuk
mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di
sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada :
a. Asas tujuan, bahwa kebutuhan tenga kependidikan
akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan
yang lebih tinggi. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan tujuan merupakan
seni yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya.
b. Asas keunggulan, bahwa setiap tenaga kependidikan
membutuhkan kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan memperoleh
penghargaan pribadi.
c. Asas mufakat, kepala sekolah harus mampu
menghimpun gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan untuk
berpikir kreatif dalam melaksanakan
tugasnya.
d. Asas kesatuan, kepala sekolah harus bverusaha
untuk menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan
sekolah. Hal ini untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga kependidikan
terhadap sekolah.
e. Asas persatuan, kepala sekolah harus mendorong
untuk meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
f. Asas empirisme,
kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas nilai dan
angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan, karena data
yang memuat komponen sekolah memegang
peranan yang sangat penting.
g. Asas keakraban, kepala sekolah harus berupaya
menjaga keakraban agar tugas dapat
dilaksanakan dengan lancar,
h. Asas integritas, kekuasaan untuk menciptakan dan
memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kepala sekolah dituntut
memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan Peraturan di dalam Permen Diknas
Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah yang disahkan pada 17 April
tahun 2007 dijelaskan bahwa kepala sekolah mempunyai 5 kompetensi utama yaitu:
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial. Namun,
dalam penulisan ini, penulis fokuskan hanya pada peran kepala sekolah /
Madrasah sebagai manajer yang mempunyai tanggung jawab manajerial, yang
meliputi beberapa aspek, yaitu:
a. Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah
sesuai dengan kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangansekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan
prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan
sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber
belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola
peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola
pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan
sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan,
dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
m. Mengelola unit
layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah
dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak anjutnya.( http://rifqiemaulana.wordpress.com/2009/07/11/kepimpinan-manajerial-kepala-sekolah/
akses tanggal 17 Desember 2010 )
Beberapa hal di atas merupakan satu
kompetensi dari 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Namun,
bagaimana kenyataan di lapangan? Masih banyak peran serta semua pihak baik itu
pemerintah, guru, masyarakat, dan lainnya untuk dapat menjalankan peran dan
kompetensi mereka sampai pada batas minimal sebagaimana diamanatkan oleh Permen
No. 13 thn 2007 tersebut.
B. Efektivitas Kepemimpinan
1.
Pengertian Kepemimpinan
Seorang pemimpin mendesain pekerjaan beserta mekanismenya, didukung staf
yang melaksanakan tugas sesuai kemampuan dan keahliannya. Pemimpin menggunakan
pengaruh atas dasar wewenang atu kekuasaannya dalam menggerakkan sistem sosial guna mencapai tujuan. Jadi
kepemimpinan sebagai menciptakan visi,
mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebaginya
dari pengikut. Senada dengan itu Martin J. Canon ( 1982 ) dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi perilaku bawahan maupun
perilaku kelompok dalam organisasi.
Menurut
Ngalim Purwanto ( 2009: 26 ) bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dn dapat melaksanakan tugas-tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ad kegembiraan bathin serta merasa
tidak terpaksa.
Sedangkan
menurut Sudarwan Danim ( 2010: 6 ) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah setiap
perbuatan yang dilakukan oleh individu
atau kelompok untuk mengkoordinasikan dan memberi arah kepada individu
atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya
menurut Wahyudi ( 2009 :120 ) bahwa pengertian kepemimpinan adalah sebagai
kemampuan seseorang dalam menggerakkah, mengarahkan sekaligus mempengaruhi pola
pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama
dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu aktivitas
yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mengkoordinasikan segala kegiatan
serta memberi arahan kepada individu atau kelompok kerja dalam rangka mencapai
tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
2. TEORI
KEPEMIMPINAN
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan kepribadian
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan kepribadian
b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kea rah dua hal
a.
Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
b.
Struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang
akan dicapai.Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi
dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
c. Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu
sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya.
Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada
sistem ini mempunyai beberapa ciri:
- Substansinya adalah manusia bukan tugas.
- Kurang menekankan hirarki
- Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok
- Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan
- Norma Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama\
d. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada
pemahaman tentang pekerja – lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku. Beberapa tokohnya, antara lain:
- Maslow
Individu
mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs,
esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan
suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan
tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
b.
Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori
X dan teori Y. Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya
mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards & punishment
untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi
optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan,
menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong
kinerja.
e. Teori Humanistik
Teori
ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya
dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori
Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan
Douglas McGregor. Teori ini
secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”.
Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu
yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik,
terdapat tiga variabel pokok, yaitu;
(1) kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota
dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya
(2) organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan
kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan.
(3) interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota
untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.
Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu
yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan
bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
Seorang pemimpin diharapkan memiliki kecakapan teknis maupun manajerial yang profesional. Kecakapan teknis sesuai dengan bidangnya sedang kecakapan manajerial menuntut perannya dalam memimpin orang lain. Keterampilan tersebut terpancar dalam tindakannya seperti menyeleksi, mendidik, memotivasi, mengembangkan sampai memutuskan hubungan kerja.
Oleh karena itu kepemimpinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan yang efektif dapat
menggerakkan, mengarahkan dan mendorong orang untuk lebih berusaha mengerahkan
segenap kemampuannya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan salah satu
elemen penting dalam mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kinerja
organisasi. Koseptualisasi teoriteori kepemimpinan, telah menarik perhatian dan
diskusi panjang para peneliti dan para praktisi. Menurut Pawar dan Eastman
(1997), penelitian tentang kepemimpinan lebih ditekankan pada kepemimpinan
transformasional.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan
akan berhasil dengan baik, jika diiringi pemberdayaan pola kepemimpinan kepala
sekolah yang optimal. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara
fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer
dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua
potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika
kepala sekolah mampu
melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin
perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang
ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional
dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan,
dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar
sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada
di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan sebagainya)
bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan
ideal sekolah.
Pertama, kepala sekolah adalah pelaksana suatu
tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia
pendidikan kita secara tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah.
Optimisme orang tua yangterkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan putera-puterinya
pada sekolah tertentu tidak lain berupa fenomen menggantungkan cita-citanya
pada kepala sekolah. Peserta didik dapat belajar dan membelajarkan dirinya
hanya karena fasilitasi kepala sekolah. Seonggokan aturan dan kurikulum yang
selanjutnya direalisasiakan oleh para pendidik sudah pasti atas koordinasi dan
otokrasi dari kepala sekolah. Singkatnya, kepala sekolah merupakan tokoh
sentral pendidikan.
Kedua, sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan
membutuhkan seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang
ada dalam sekolah untuk suatu visi dan misi sekolah. Pada level ini, kepala
sekolah sering dianggap satu atau identik, bahkan
secara begitu saja dikatakan bahwa wajah sekolah ada pada kepala sekolahnya. Di
sini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang
mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru, karyawan dan peserta
didik; melainkan konseptor managerial yang bertanggungjawab pada kontribusi
masing-masingnya demi efektivitas dan efiseiensi kelangsungan pendidikan.
Akhirnya, kepala sekolah berperanan sebagai manager yang mengelola sekolah.
Sayang sekali kalau kedua peran itu yakni sebagai tokoh sentral dan manajer
dalam sekolah diharubirukan oleh ketakmampuan mengatasi aneka krisis yang ada
dalam sekolah (Xaviery, 2007. Jurnal Benarkah Wajah Sekolah Ada Pada Kepala Sekolah,
www.tikkysuwantikno.wordpress.com. )
Ada beberapa pendapat tentang
kepemimpinan. Menurut (Mulyasa, 2002:107) kepemimpinan adalah suatu kegiatan
untuk mempengaruhi orangorang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan (Dharma, 2000: 42) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai
tujuan dalam situasi tertentu.
Pendapat Siagian menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakankemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain
terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sehingga melalui perilaku yang
positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi
(Anwar, 2003: 66).
Disimpulkan bahwa seorang pemimpinan adalah
motor penggerak yang senantiasa mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan
orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan
kepercayaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu
pemimpin seharusnya dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun
motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang
lebih baik, sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang
direncanakan. Menurut Kartono dalam (Anwar, 2003: 67) menyatakan bahwa pada
setiap kepemimpinan minimal mencakup tiga unsur, yakni: 1) ada seorang pemimpin
yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan, 2) ada bawahan yang
dikendalikan, 3) ada tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam
Moeljono.2003:54) menyatakan bahwa konsep kepemimpinan sebagai berikut: ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Maksudnya,
seorang pemimpin hendaknya dapat membentuk, memperhatikan, memelihara, dan
menjaga kehendak dan keperluan atasan kepada bawahan dengan baik, mampu bekerja
sama, mencapai tujuan bersama (keberhasilan tim). Jadi kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan merupakan proses mengubah sikap dan perilaku seseorang
atau sekelompok orang baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
terjadi peningkatan dan produktivitas kerjanya lebih baik dan ada peningkatan.
Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di
suatu sekolah. Setiap pemimpin mempunyai pola yang berbeda-beda dalam
menerapkan kepemimpinannya. Cara mempengaruhi, mengarahkan, dan mendorong
pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpinnya berbeda-beda. Perbedaan pola
kepemimpinan itulah yang sering disebut sebagai tipe kepemimpinan.
Pada dasarnya kepemimpinan dapat dibagi menjadi
lima tipe, yaitu 1) otokratik, 2) paternalistik, 3) kharismatik, 4) Laissez
Faire, dan 5) demokratik (Djatmiko, 2002: 52-54)
a. Tipe otokratik, pengambilan
keputusan dilakukan sendiri oleh pimpinan; hubungannya dengan bawahan
menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan, dan status; berorientasi
pada kekuasaan.
b. Tipe paternalistic, pengambilan
keputusan dilakukan sendiri oleh pimpinan; hubungannya dengan bawahan lebih
banyak bersifat bapak dan anak. Pemimpin menganggap bawahan sebagai orang yang
belum dewasa sehingga pemimpin bersikap terlalu melindungi bawahan
c. Tipe kharimatik, menekankan pada dua hal,
yakni pemimpin berusaha agar
tugas-tugas dapat terselenggara dengan
sebaik-baiknya dan memberikan kesan bahwa hubungan dengan bawahan didasarkan
pada relasional, bukan kekuasaan. Pemimpin yang kharismatik meiliki kekuatan
dan daya tarik yang luar biasa sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
banyak dan pengawal-pengawal yang dapat dipercaya, terutama dalam menjalankan
amanat dan kepentingan pemimpin dan dapat dinikmati juga oleh bawahan.
d. Tipe laissez faire, semua pekerjaan dan
tanggung jawab dilakukan sendiri oleh bawahan. Pemimpin hanya merupakan simbol
dan tidak memiliki keterampilan teknis. Situasi kerja bawahan tidak terpimpin,
tidak terkontrol, dan tanpa disiplin kerja.
e. Tipe demokratik, tipe ini dipandang paling
ideal. Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin mengikut sertakan bawahan.
Pemimpin cenderung memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja, menjaga
keseimbangan antara hubungan formal dan informal, juga menjaga keseimbangan
antara orientasi penyelesaian tugas dan orientasi hubungan yang bersifat
relasional.
3. Empat faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan fenomena yang unik, meski kehadirannya tidak pernah di area yang
kosong sudah diterima secara universal. Kepemimpinansering diberi makna sebagai
derajat keberpengaruhan, sedangkan pemimpin adalah orang yang paling potensial
memberi pengaruh. Kehadiran seseorang sebagai pemimpin bisa karena diangkat,
dipilih, atas dasar klaim pribadi bahkan melalui kudeta. Pemimpin merujuk pada
status, sedangkan kepemimpinan merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan. Status pemimpin akan
bermakna jika dengan status itu,
karakter kepemimpinannya jelas dan berdampak baik bagi anggota. Namun, untuk
bisa menampilkan pengaruh, faktor pemimpin hanya salah satu saja. Selebihnya
ada faktor pengikut, situasi dan komunikasi antar subjek yang terlibat. Menurut
Sudarwan Danim (2010: 11 ) ada empat faktor utama dalam kepemimpinan yaitu,
pemimpin pengikut, situasi dan komunikasi.
Keempat faktor utama kepemimpinan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2 : Empat faktor kepemimpinan
4. Ciri-ciri kepemimpinan
Kepemimpinan
mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan tertentu sebagai indikator
keberhasilan seesorang pemimpin. Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh
situasi kerja atau keadaan anggota/bawahan dn sumber daya pendukung organisasi.
Kepemimpinan dalam bidang pendidikan lebih mengarah kepada pemberdayaan seluruh
potensi organisasi dan menmpatkan bawahan sebagai penentu keberhasilan
pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat
menimbulkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi perhatian utama.
Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
bidang tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap keluhan, kebutuhan, saran dan
pendapat bawahan merupakan pra syarat bagi terciptanya iklim kerja yang
kondusif.
Kepemimpinan
merupakan fenomena universal dan unik. Siapapun akan menampakkan perilaku
kepemimpinan ketika berinteraksi dalam format memberi pengaruh kepada orang
lain. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang kompleks,
maka sangat sukar untuk membuat rumusan yang menyeluruh tentang arti ciri-ciri
kepemimpinan.
Menurut
Sudarwan Danim ( 2010:13 ) ciri-ciri kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a. adaftif terhadap situasi
b. Waspada terhadap lingkungan sosial
c. Ambisius dan berorientasi pada pencapaian
d. Tegas
e. Kerjasama
f. Menentukan
g. Diandalkan
h. Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan
i. Energik
j. Percaya diri.
5. Pemimpin efektif
Menjadi
seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang untuk
berhenti berusaha menjadi orang lain atau beberapa kombinasi dari orang lain.
Tentu saja pemimpin yang efektif mulai dengan menjadi diri sendiri. Menurut
Gayla Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim bahwa karakteristik pemimpin yang
efektif adalah sebagai berikut :
a. Memiliki Visi, pemimpin dapat melihat kemana
organisasi harus pergi sebelum orang lain melakukannya.
b. Memiliki fokus untuk mencapai tujuan,
pemimpin melakukan apa yang masuk akal dan bekerja dengan basis keunggulan
c.
Memenangi dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk
mereka sebagai individu.
d. Secara alami lebih terfokus untuk menjadi
daripada melakukannya, pemimpin mengambil waktu untuk benar-benar tahu diri
mereka sendiri.
e.
Tahu bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan dan
kegagalan, mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman, keteranpilan,
kompetensi dan kesadaran dirinya.
f. Secara
alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
g.
Tidak mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami bahwa bekerja untuk
diri sendiri hanya seketika berada pada posisi terbaiknya.
h. Mencari orang-orang dengan berbagai ciri
efektivitas alam, pemimpin tidak hanya menghargai orang lain, melainkan juga
bergantung pada orang lain untuk mengisi kekosongan.
i. Menarik orang lain, pemimpin dari orang-orang
ingin bekerja untuk dengan mereka.
j. Mengembangkan kekuatan, dimana pemimpin
membangun kekuatan diri sendiri sambil berusaha untuk memperbaiki kelemahannya.
C. Kinerja
guru
1. Pengertian
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem
pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum,
sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila
esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak
berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila
dilaksanakan oleh guru. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan
input-input pendidikan, sampai-sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah
tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan
kualitas guru.
Bernardin dan Russel (dalam Ruky,
2002:15) memberikan pengertian atau kinerja sebagai berikut :
“performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job
function or activity during time period. Prestasi atau kinerja adalah
catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu
tertentu.
Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah
hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan
kinerja kefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99), kinerja
adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi.
Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan
fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di
dalam organisasi.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak
(2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil
dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi,
termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan
tersebut.
Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance)
adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika
kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan
tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja
organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai. Dessler (2000:87) berpendapat :
Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan
dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan
adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat
kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang
dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap
karyawan lainnya.
Berdasarkan
beberapa pendapat tentang kinerja disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan
erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh
lembaga/organisasi tempat mereka bekerja.
Dengan demikian bahwa kinerja merupakan
cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja
perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional
performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance)
terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual
performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate
performance) juga baik.
Adapun ukuran
kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
1. Quality of work – kualitas
hasil kerja
2. Promptness – ketepatan waktu
menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa dalam
menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan
menyelesaikan pekerjaan
5. Comunication – kemampuan
membina kerjasama dengan pihak lain.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan
dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa
yang diharapkan. Standar
kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap
apa yang telah dilaksanakan. Menurut Ivancevich (1996), dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/manajemen-kinerja-guru/akses
tanggal 20 desember 2010 ) patokan tersebut meliputi:
(1) hasil,
mengacu pada ukuran output utama organisasi;
(2)
efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi;
(3) kepuasan, mengacu pada keberhasilan
organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya;
(4) keadaptasian,
mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.
2. Indikator Kinerja Guru
Indikator penilaian terhadap kinerja guru
dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu:
a.
Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap
perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan
dengan
kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara
atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP).
b.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh
adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan
penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tugas tersebut merupakan
tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut
kemampuan guru.
c.
Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau
cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran
dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru
dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
3.Unsur Kinerja
Berdasarkan pengertian diatas kinerja
mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:
a. Unsur waktu, dalam arti
hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu, dinilai dalam satu putaran
waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode dapat menggunakan satuan jam,
hari, bulan maupun tahun.
b. Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut
merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti
mutlak setengah periode harus memberikan hasil setengah dari keseluruhan.
c. Unsur metode, dalam arti
seorang pegawai harus menguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah
ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan efisien, ditambahkan pula dalam
bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta
bukan berarti harus bekerja berlebihan.
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja
Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari
luar. Menurut SyafriMangkuprawira dan Aida Vitayala (2007:155) dalam Martinis
Yamin menyatakan ada 2 (dua) macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang yaitu faktor intrinsik Guru dan ekstrinsik. Uraian rincian
faktor-faktor tersebut adalah sebagi berikut :
a. Faktor Individual, meliputi
insur pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan
komitmen
b. Faktor Kepemimpinan, meliputi aspek kualitas
manajer dan tim leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan
kerja pada guru
c. Faktor Tim, meliputi
kualitas dukungan dans emangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim.
d. Faktor sistem, meliputi
sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses
organisasi dan kulter kerja dalam organisasi.
e. Faktor Kontektual, meliputi
tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Sebagaimana gambar
pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi dibawah ini
:
|
5. Penilaian Kinerja
Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap
guru salah satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini
mutlak dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah
kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini
penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.
Penilaian kinerja menurut Simamora
(1997: 415) adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja
dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan
karyawan. Sejalan dengan pendapat Hasibuan (2000: 87) penilaian prestasi adalah
kegiatan manajer untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya.
Sehubungan dengan hal diatas maka
penilaian kinerja guru berdasarkan Standar Kompetensi Guru. Dalam bukunya
Suparlan yang berjudul Guru sebagai Profesi, standar kompetensi guru dapat
diartikan sebagai ”suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan”. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan
atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan
bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai
dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan. Berdasarkan pengertian
tersebut, standar kompetensi guru dibagi dalam tiga komponen yang saling
mengait, yakni: 1.) pengelolaan pembelajaran, 2.) pengembangan profesi, dan 3.)
penguasaan akademik.
Ketiga komponen SKG tersebut,
masing-masing terdiri atas beberapa kompetensi, komponen pertama terdiri atas
empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga
terdiri atas dua kompetensi. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara
keseluruhan meliputi 7 (tujuh) kompetensi dasar, yaitu:
a.
Penyusunan
rencana pembelajaran
b.
Pelaksanaan
interaksi belajar- mengajar
c.
Penilaian
prestasi belajar peserta didik
d.
Pelaksanaan
tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
e. Pengembangan profesi
f.
Pemahaman
wawasan kependidikan
g.
Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. (Standar Kompetensi Guru
Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)
6. Kinerja Guru
Kinerja guru
mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai
hasil belajar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Sistem Nasional pendidikan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi
pedagogik, merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi
pemahaman wawasan guru akan ladasan dan filsafat pendidikan, pemahaman potensi
dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan
belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik, mampu mengembangkan
kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk
pengalaman belajar, mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi, mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dengan suasana dialogis dan interaktif, mampu melakukan evaluasi hasil belajar,
mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Dengan demikian untuk
menghadapi tantangan tersebut guru perlu berpikir secara antisipatif dan
proaktif. Guru secara terus menerus belajar sebagfai upaya melakukan
pembaharuan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Caranya sering melakukan penelitian
baik melalui kajian pustaka, maupun melakukan penelitian tindakan kelas.
b. Kompetensi kepribadian, guru sebagai teladan
bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat
dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Oleh karena itu
guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar
dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya terutama di depan
murid-muridnya. Kompetensi kepribadian
menurut Usman ( 2004 ) dalam Syaiful Sagala meliputi: kemampuan mengembangkan
kepribadian, kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan melaksanakan
bimbingan penyuluhan. Kompetensi ini terkait dengan penampilan sosok guru
sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggung
jawab, memiliki komitmen dan menjadi teladan.
c. Kompetensi profesional, tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki
kompetensi keguruan yang cukup. Hal ini tampak pada kemampuannya menerapkan
sejumlah konsep, asas kerja sebagi guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah
strategi maupunmpendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin,
jujur dan konsisten. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Secara ringkas kompetensi profesional guru
dapat digambarkan sebagai berikut : konsep struktur dan metode keilmuan koheren
dengan materi ajar, hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan tetap melastarikan nilai dan budaya nasional.
d. Kompetensi sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Sebagai mahluk sosial guru berperilaku santun, mampu
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik
mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kondisi objektif ini menggambarkan
bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan interaksi
sebagai profesi maupun sebagai masyarakat dan kemampuan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Slamet PH ( 2006 ) dalam Syaiful Sagala
meliputi : memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola
konflik dan benturan, melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan
sejawat, Kepala Sekolah dan Wakil serta pihak terkait lainnya, membangun kerja
tim yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah, melaksanakan komunikasi secara
efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orang tua peserta didik,
kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan lingkungan yang
berpengaruh terhadap tugasnya, kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai
yang berlaku dimasyarakat, melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alkin, Marvin C. Encyclopedia Of Educational Research.Macmillan Publishing Company. Newyork.1992
Azis A.W.
Anatomi Organisasi dan kepemimpinan Pendidikan. Telaah Terhadap
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 2008
http://lilisulastri.wordpress.com/category/perilaku-organisasi-organizatonal-behavior/Akses Tanggal 10 Desember 2010
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-kinerja.
Akses tanggal 10 Desember 2010
Martinis, Y dkk. Standarisasi Kinerja Guru. Gaung
Persada. Jakarta. 2010.
Mulyono. Manajemen Adminstrasi & Organisasi
Pendidikan. Arruzzmedia. Malang. 2008
Purwanto, N. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Remaja Rosada Karya. Bandung. 2009.
Racmawati, I.K. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi.
Yokyakarta. 2007
Robbins P. S. Perilaku
Organisasi , Edisi Bahasa Indonesia. Prehallindo. Jakarta.1996
Sagala, S. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependikan.Alfabeta. Bandung.2009
Sagala, S. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi
Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 2010.
Sergiovanni, J.Thomas. The Principalship A Replactive Practice Prespective; Allyn and Bacon.Inc.San Antonio Texas. 1987.
Teori-teori Kepemimpinan http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/teori-teori-kepemimpinan.html.Akses tanggal 10 Desember 2010
Tim
Dosen AP UPI. Manajemen Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 2009
Umam Khaerul. Perilaku
Organisasi. Bandung. Pustaka Setia. Bandung. 2010
Usman, H. Manajemen Teori, Praktik dan Riset
Pendidikan. Bumi Aksara. Yokyakarta. 2006
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Organisasi Pembelajar. Alfabeta. Bandung.
2009
Wibowo. Manajemen Perubahan. Rajagrafindo Persada.
Jakarta. 2005
Bogdant Robert, A.
Khozin Afandi. Kualitatif Dasar-Dasar
Penelitian. Surabaya. Usaha Nasional. 1993
Danim,
Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif.
Bengkulu. Setia. 2002
Sugiyono.
Metode Penelitian Kuantitatif dan R &
D. Bandung. Alfabeta.2009
Sugiyono.
Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung. Alfabeta. 2008
Singarimbun.
Metode Penelitian Survai.Jakarta. LP3S. 2006
0 Komentar Tog Bhe Maseh: