MENJADI GURU SEJATI
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Seorang guru sejati wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Standar
kompetensi guru tersebut dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Guru
sebagai pekerjaan profesi secara holistik berada pada tingkatan tertinggi dalam
sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugas ke
profesionalannya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru di sekolah
menurut Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd adalah : pertama, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, kedua : mengajar dan membimbing para
muridnya, ketiga : memberikan
penilaian hasil belajar peserta didiknya, keempat
: kegiatan lain yang berkaitan dengan pembalajaran. Disamping itu juga guru
haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi
bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun diluar jam kedinasan yang
terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar
sekolah. Selain itu dalam melaksanakan
tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku,
tindakan dan contoh-contoh.
Seperti
yang dikatakan Bobbi De Porter, (1999) ”Siswa sering mencari-cari alasan untuk
tidak tertarik, lubang-lubang dalam cerita kita, kontradiksi,ketidaksesuaian
antara kata-kata dan tindakan kita, tetapi semakin banyak kita memberi teladan,
semakin mereka tertarik dan mulai mencontoh kita”. Jadi dengan memberi teladan
adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan memahami orang lain.
Peran guru yang ditampilkan akan dapat membentuk karakteristik anak didik dan
lulusan yang beriman, berahlak mulia,
cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Sekarang
di dalam kenyataan bahwa mengajar lebih banyak menekankan kepada transfer ilmu
pengetahuannya. Kebanyakan guru
dan juga orang tua siswa sudah merasa puas apabila anak didik mendapatkan nilai
baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting dalam hal ini siswa dituntut
untuk mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya. Yang penting
adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik
jarang mendapatkan perhatian secara khusus dan serius. Cara evaluasi yang
dilakukan oleh para guru pun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan
ujian, ulangan ataupun tugas yang telah diberikannya. Hal ini semua mendukung
kepada pengertian mengajar dari segi kognitif dan kadang juga ditambah
ketrampilan dan masih jarang sampai pada unsur afektifnya.
Kasus
sederhana yang dapat kita simak adalah ada beberapa siswa yang sudah tamat dari
sekolah ketika sedang berpapasan dengan gurunya, ia tidak menunjukkan sikap dan
perilaku ketika ia sedang diajar oleh guru tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
kasus dan kejadian tersebut sebagai petunjuk atau akibat dari mengajar yang
hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan subjek belajar seolah-olah hanya
membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping
untuk mendapatkan pengetahuan juga ketrampilan dan untuk pembinaan sikap
mental. Dengan demikian tidaklah hanya cukup kalau dilakukan proses pengajaran
yang menstranfer ilmu pengetahuan, namun harus kita barengi dengan mendidik.
Guru
tidak boleh terisolasi dari perekembangan sosial masyarakatnya, tugas guru
sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada muridnya. Kemudian muridnya belajar memperoleh dan lebih besar juga dari
gurunya. Hal
tersebut mempunyai arti bahwa seorang guru adalah figur pemimpin yang dalam
batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek
yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik, disamping itu juga guru
memiliki peluang yang sangat menentukan untuk membangun sikap hidup atau
kepribadian anak didiknya sehigga dapat
berguna bagi diri dan keluarganya kelak di kemudian hari. Seorang guru bekerja
dalam melaksanakan tugas kepprofesionalannya tidak karena takut pada
pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas profesionalnya dan juga merupakan
ibadah.
Oleh
karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan
akhlak anak didik. Apabila kita bandingkan dengan pengertian mengajar maka
mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedar menstranfer ilmu pengetahuan
saja, tetapi juga menstranfer nilai-nilai yang harus kita tanamkan untuk bekal
mereka dikemudian hari. Menurut pendapat Sardiman AM (2000) bahwa mendidik
diartikan lebih komprehensif yakni membina diri anak didik secara utuh, baik
segi kognitif, psikomotorik maupun afektifnya agar tumbuh dan berkembang
sebagai manusia-manusia yang berpribadi.
Dengan
demikian berkaitan dengan soal pembentukan kepribadian anak didik maka mendidik
juga harus merupakan usaha memberikan tuntutan kepada anak didik untuk dapat
berdiri sendiri dengan norma-norma kemanusiaan yang sesuai dengan kepribadian
bangsa. Itulah sebabnya mendidik harus merupakan usaha untuk memberikan
motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada
dirinya yang akan melahirkan suatu sikap yang baik. Sedangkan mengajar harus
diartikan dalam kegiatan belajar mengajar secara konseptual, disinkronisasikan
dengan pengertian mendidik.
Seorang
guru sejati tentunya dapat mengabdikan dirinya untuk bersedia meluangkan waktu
dan menghabiskannya bersama para siswa. Guru sejati juga dapat membawa pengaruh
bagi para siswanya dengan cara melakukan pendekatan yang bersifat pribadi dan
individual dibandingkan dengan suasana belajar mengajar yang kaku. Jika
mengajar dan belajar adalah suatu proses yang saling mendukung satu dengan
lainnya, apabila guru sejati mengajar dengan cara belajar maka ia wajib
mengenal masing-masing dari peserta didik dalam hal ini menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
Mengingat peranan strategis guru sejati
tersebut dalam setiap upaya
peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan, maka pengembangan
profesionalisasi guru merupakan kebutuhan. Guru harus mampu
mengutarakan peserta didiknya mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dengan berpegang pada hirarki tujuan pendidikan, tercapainya tujuan
pembelajaran mengandung arti tercapainya tujuan kurikuler. Tercapainya tujuan
kurikuler mengandung arti tercapainya tujuan lembaga dan tercapainya tujuan lembaga
memiliki makna tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Melihat keadaan tersebut bahwa seorang guru
sejati juga merupakan komponen sekolah yang sangat penting, memiliki peran
utama dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya.
Oleh karena itu guru sejati juga harus memikirkan dan membuat perencanaan
secara matang dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya. Hal ini
menuntut guru sejati agar melakukan perubahan–perubahan kearah yang lebih maju
dalam pengorganisasian kelas, penggunaan
metode mengajar, pendekatan, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan
sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha
menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Jika guru mengajar sudah
efektif, maka akan berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau
outputnya.
Dalam mengajar guru sejati dapat mengorganisasi
lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Proses mengajar
menitikberatkan pada unsur antara lain: siswa, lingkungan dan proses belajar.
Berkaitan dengan itu tentunya diperlukan seorang guru sejati yang memiliki kompetensi
pedagogis yang tinggi agar mampu mengelola pembelajaran menjadi efektif
sehingga terjadi perubahan pada perilaku siswa kearah yang lebih baik dan maju.
Oleh : Uray
Iskandar, M.Pd
(Pengawas SMP pada
Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas)
0 Komentar Tog Bhe Maseh: