BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH
Menurut Hikmat (2009)
bahwa budaya organisasi yang strategis secara eksplisit menyatakan bahwa arah
budaya harus menyelaraskan dan memotivasi anggota jika ingin meningkatkan
kinerja organisasi tersebut. Budaya organisasi akan menentukan kerangka
visitasi organisasi karena budaya organisasi merupakan potret perilaku anggota
organisasi.
Selain itu menurut Syafri
Mangkuprawira dan Aida Vitayala, dalam Martinis Yamin (2010:129) kinerja
merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya, antar lain faktor personil/individual, kepemimpinan, faktor
tim dan faktor situasional.
Selanjutnya
berdasarkan hasil survey yang dilakukan Leslie J. Fyans dan Martin L Maehr,
dalam E. Kosasih (2010:23) bahwa para siswa lebih termotivasi dalam belajarnya
dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat.
Budaya organisasi dibentuk oleh semua orang yang
terlibat dengan organisasi yang mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja
dan tipe struktur organisasi. Budaya organisasi melalui struktur organisasi
membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan anggota organisasi. (Hadari
Nawawi, 2006). Lebih lanjut dikemukan oleh Wirawan (2007) bahwa budaya
organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi yang kemudian
menentukan kinerja anggota organisasi.
Sedangkan
menurut Dadang Suhardan (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi sekolah
menumbuh suburkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh para anggotanya.
Bagaimana kebiasaan bekerja memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari
kehidupannya.
Faktor
utama yang mendorong perilaku manusia serta membentuk budaya organisasi adalah
umpan balik secara umum dan imbalan spesifik sebagai perwujudan apakah mereka
bekerja dengan baik atau buruk (Asri Laksmi Riani, 2011). Berikutnya menurut
Uhar Suharsaputra (2011) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan bentuk
kontrol sosial yang tertanam secara mendalam yang berpengaruh pada pegawai/anggota
organisasi dalam membuat keputusan dan berperilaku.Hal senada juga diperkuat
oleh Komang Ardana, dkk (2008) bahwa budaya organisasi akan berdampak pada
perilaku anggota organisasi, dari level yang paling tinggi sampai level
terendah. Dapak tersebut terutama pada kinerja dan kepuasan kerja.
Menurut Lunenburg dan Omstein, dalam Uhar Suharsaputra (2010:100)
budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai, kefektifan organisasi, proses
struktural organisasi serta banyak proses manajemen.
Budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan dan
mempertahankan kinerja tinggi, kepuasan kerja, etos kerja dan motivasi kerja
karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari
karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi yang tinggi pula (Wirawan,
2008:37).
Stephen Stolp, dalam E. Kosasih (2010:23) mengemukakan bahwa budaya
organisasi sekolah berkorelasi dengan pengembangan motivasi dan prestasi
belaajr siswa serta kepuasan kerja dan
produktivitas guru.
Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki rasa tanggung
jawab yang besar dalam meningkatkan kinerja guru melalui budaya organisasi sekolah yang merupakan nilai-nilai yang menjadi
identitas untuk dipergunakan
dan disepakati secara bersama oleh anggota organisasi termasuk di dalamnya adalah unsur pimpinan dalam hal ini kepala
sekolah, guru dan staf administrasi juga termasuk siswa.
Mereka semua mematuhi dan menyepakati bahwa budaya
organisasi harus
dijunjung tinggi untuk diterapkan sebagai budaya yang berlaku di dalam organisasi sekolah.
Dengan demikian budaya organisasi yang di dalamnya memuat norma-norma
dan nilai-nilai dasar mengenai hidup manusia, diyakini dapat memberikan
pengaruh yang signifikan bagi pembentukan perilaku kepala sekolah dan guru-guru
dalam melakukan aktivitas sesuai fungsinya masing-masing serta membantu mereka
memahami nilai dan makna dari pekerjaan yang ditangani di sekolah.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: