BUDAYA KERJA GURU
Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing
dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru
adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Guru juga sebagai seorang pengemban nilai-nilai moral,
adanya akal dan budi yang menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang
berdimensi ganda, yakni kehidupan yang
bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat
berperan dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk
menciptakan kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu
berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya.
Setiap sekolah
mempunyai budaya kerja yang mempengaruhi aspek organisasi dan
perilaku anggotanya secara individual dan kelompok. Budaya kerja mempengaruhi sikap dan perilaku
anggota yang kemudian menentukan kinerja
anggota dan organisasi.
Pengaruh tersebut akan bergantung pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat
perilaku anggota yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi
tersebut. Perubahan pola
pikir yang menunjukkan tren reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin
lama makin baik. Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan
sikap yang positif.
Budaya
kerja guru tentunya selalu menghindari datang terlambat ke sekolah dan selalu
tepat waktu masuk dalam kelas. Begitu juga dengan beban kerja yang disebutkan
diatas, bahwa bukan hanya sekedar mencukupi jam mengajar saja, lantas setelah
mengajar langsung pulang. Dengan demikian budaya kerja guru perlu menjadi
perhatian yang sungguh-sungguh untuk mengubah pola pikir. Perubahan hanya bisa
terjadi setelah guru mengubah cara berfikirnya. Misalnya di sekolahan biasa
kita temukan tulisan untuk meggugah warga sekolah supaya tidak datang ke
sekolah terlambat dengan sebuah tulisan “ Saya malu datang tetlambat “. Dengan
adanya perubahan pola pikir diharapkan guru mampu mengembangkan pola pikir yang
positif dan meminimalisasi pola pikir dirinya yang negatif.
Pola pikir positif akan membentuk perilaku
positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku
yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan
sebagai guru yang berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur dan beradab.
Budaya kerja dapat menumbuhkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh seorang guru yang berada dalam
satuan unit organisasi kerja. Bagaimana
kebiasaan bekerja untuk memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari
kehidupannya. Budaya ini dalam kaitannya dengan penciptaan kepuasaan pihak yang
dilayani sangat penting, sebab setiap guru akan dapat merasakan peningkatan diri dan memperbaiki diri bukan
lagi suatu paksaan yang datang dari seorang pemimpin sebagai suatu pembinaan, melainkan dirasakan
sebagai suatu bagian yang integral dari keharusan diri seseorang dalam memecahkan masalah kerja
dalam hal ini mengajar.
Budaya
kerja guru adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan
dalam suatu lembaga pendidikan dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku,
cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku
yang menjadi kebiasaannya. Budaya kerja guru merupakan sekumpulan
pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam
sebuah sekolah yang tentunya dapat berimplikasi pada siswanya. Membangun budaya
berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya
membiasakan pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih
baik.
Untuk memperbaiki
budaya kerja guru yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merubahnya,
maka itu perlu adanya pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku
pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali
tingkat kesadaran pemimpin yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara
pemimpin dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa
yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja.
Pada prinsipnya
fungsi budaya kerja guru bertujuan untuk membangun keyakinan sumberdaya manusia
atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan
perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di
lingkungan sekolah tempat ia bertugas.
Dengan adanya suatu
keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya
membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekspektasi
organisasi, efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental budaya kerja
guru adalah untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap guru
sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok
dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan.
Budaya kerja guru berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku
manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang
tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan
kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja tertentu, sehingga
hasilnya sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah tentang jam
kerja. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya dalam diri
seorang guru, sehingga guru tersebut menjadi tenaga guru yang bernilai ekonomis,
atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan lembaga pedidikan.
Selain itu, jika
pekerjaan yang dilakukan guru dapat dilakukan dengan benar sesuai prosedur atau
ketentuan yang berlaku, berarti guru tersebut dapat bekerja efektif dan
efisien. Melaksanakan budaya kerja guru mempunyai arti yang sangat mendalam,
karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia terutama peserta
didik untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan
kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan
fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus
ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi lembaga pendidikan dimana guru
tersebut bertugas. Semoga !
Oleh : Uray
Iskandar, S.Pd.M.Pd
(Ketua Asosiasi Pengawas
Sekolah Indonesia Kabupaten Sambas)
0 Komentar Tog Bhe Maseh: