ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Administrasi Pendidikan
Pergeseran paradigma yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai
lembaga sosial dan kini menjadi suatu lahan bisnis mengindikasikan perlunya
perubahan pengelolaan. Perubahan pengelolaan ini seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi, kondisi dan tuntutan pada era reformasi membawa konsekwensi kepada
pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di masa depan. Maka
merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah
antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada zamannya. Mempertahankan
diri dengan tetap mengacu pada mutu pendidikan berkaitan erat dengan manajemen
pendidikan. Manajemen pendidikan pada era reformasi merupakan pembenahan
manajemen yang serius dengan menekanakan pembenahan secara global.
Di dalam lembaga pendidikan khususnya sekolah administrasi sering di sebut
juga dengan istilah ketatausahaan yang diartikan dengan kegiatan penyusunan
keterangan-keterangan secara sistematis dan pencatatan-pencatatan secara
tertulis mengenai semua kegiatan yang diperlukan dengan maksud memperoleh suatu
ikhtisar mengenai keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam
hubungannya satu sama lainnya.
Administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu/melayani, mengarahkan dan mengatur semua kegiatan organisasi di dalam mencapai tujuan secara tertib, efisien dan efektif.
Administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu/melayani, mengarahkan dan mengatur semua kegiatan organisasi di dalam mencapai tujuan secara tertib, efisien dan efektif.
Menurut Sondang P. Siagian dalam Mulyono (2008:42) mengatakan bahwa
administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan yang
telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia
atrau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala ( 2009:46 ) bahwa adminstrasi adalah kegiatan memberi bantuan dalam mengelola informasi, mengelola manusia, mengelola harta benda kearah pada suatu tujuan yang terhimpun dalam organisasi.
Jadi administrasi pendidikan adalah kegiatan orang banyak yang menuju kepada suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan itu dimulai.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala ( 2009:46 ) bahwa adminstrasi adalah kegiatan memberi bantuan dalam mengelola informasi, mengelola manusia, mengelola harta benda kearah pada suatu tujuan yang terhimpun dalam organisasi.
Jadi administrasi pendidikan adalah kegiatan orang banyak yang menuju kepada suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan itu dimulai.
1. Tujuan Administrasi Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bermaksud mengembangkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi warga negara yang memiliki
kualitas sesuai dengan cita-cita bangsa berdasarkan falsafah dan dasar negara
Pancasila. Tujuan administrasi pendidikan tentunya sangat berkaitan erat dengan
tujuan pendidikan secara umum, karena administrasi pendidikan merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Menurut Mulyono dalam bukunya Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan (2008:54) bahwa tujaun administrasi pendidikan adalah meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Sergiovanni dan Carver dalam Mulyono ( 2008:55)
menyebutkan ada empat tujuan administrasi, yaitu :
a.
Efektivitas produksi
b.
Efisiensi
c.
Kemampuan menyesuaikan diri
d.
Kepuasaan Kerja.
Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dengan tujuan
administrasi pendidikan segala usaha kerjasama dalam mendayagunakan berbagai sumber
dapat berjalan secara teratur, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Fungsi Administrasi Pendidikan
Administrasi Pendidikan mempunyai fungsi yang integral dalam proses
pendidikan, terutama dalam pengelolaan pelaksanaan belajar mengajar di sekolah.
Fungsi-fungsi pengelolaan proses belajar mengajar antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan, menyangkut berbagai
kegiatan seperti menentukan kebutuhan, penentuan
strategi pencapaian tujuan dan penentuan program guna melaksanakan strategi
pencapaian tersebut.
b. Organisasi, meliputi personel, sarana
dan prasarana, distribusi pengelolaan personel, distribusi tugas dan tanggung
jawab yang terwujud sebagai suatu badan pengelolaan yang integral.
c. Koordinasi, stabilisator antar
berbagai tugas dan tanggung jawab dan wewenang untuk menjamin tercapainya
relevansi dan efektivitas program kerja yang dilaksanakan.
d. Motivasi, meningkatkan efisiensi
proses dan efektivitas hasil kerja.
e Pengawasan, meliputi pengamatan proses
pengelolaan secara menyeluruh, sehingga tercapai hasil sesuai dengan program
kerja
3. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
Ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi dua bidang kegiatan, yaitu :
a.
Management of administrative function,
yakni kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi /
kelompok kerjasama dalam mengerjakan hal-hak yang tepat sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
b.
Management of operative function, yakni
kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar dalam mengerjakan
pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing, setiap orang melaksanakannya
dengan tepat dan benar.
Namun di lingkungan lembaga pendidikan, khususnya sekolah secara umum bahwa
ruang lingkup adminstrasi pendidikan meliputi :
a)
Administrasi kurikulum
b)
Adminstrasi ketenagaan
c)
Administrasi kesiswaan
d)
Administrasi sarana prasarana
e)
Administrasi keuangan
f)
Administrasi perkantoran
g)
Adminstrasi penunjang pendidikan
h)
Administrasi layanan khusus pendidikan
i)
Administrasi tata lingkungan dan
keamanan sekolah
j)
Administrasi Humas
Namun perlu digaris bawahi bahwa semakin besar dan maju suatu lembaga
pendidikan, maka semakin banyak ruang lingkup administrasi yang harus
dilaksanakan dan ditangani oleh pihak sekolah. Demikian juga sebaliknya semakin
kecilnya sekolah semakin sedikit ruang lingkup administrasi yang ditanganinya.
4. Prinsip Adminstrasi Pendidikan
4. Prinsip Adminstrasi Pendidikan
Administrasi Pendidikan lebih mengarah kepada komponen manusia, dimana
demokrasi dalam administrasi pendidikan di junjung tinggi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menurut Mulyono ( 2008:60 ) bahwa prinsip administrasi
pendidikan adalah sebagai berikut :
a.
Pelibatan tanggung jawab
individu-individu untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan dan penciptaan
situasi dan prosedur dimana individu-individu dalam berbagai kelompok dapat
bekerjasama dalam perencanaan pendidikan.
b.
Usaha menempatkan kepemimpinan dan
mendorong pelaksanaannya sesuaidengan abilitas, kapasitas, latar belakang,
pengalaman, minat dan kebutuhan setiap pribadi yang terlibat.
c.
Adanya fleksibilitas organisasi yang
memungkinkan penyesuaian yang dilakukan secara kontinyu dan menyangkut human
relationshif sehingga terjadi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
d.
Penghargaan terhadap usaha dan aktivitas
kreatif sesuai dengan hakaikat manusia yang diekspresikan dalam perencanaan dan
pelaskanaan program pendidikan.
B. Manajemen Pendidikan
Pengelolaan atau manajemen bermakna penggunaan sumber daya organisasi
secara efektif untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan disiplin ilmu
pengetahuan yang mempelajari secara mendalam strategi atau cara-cara mencapai
tujuan secara sistematis.
Menurut Luther Gulick dalam Syaiful Sagala ( 2009:50 ) bahwa manajemen
sebagai ilmu karena manajemen sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Manajemen merupakan
proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber daya lainnya.
Bertitik tolak dari pengertian diatas bahwa manajemen adalah cara-cara
efektif dan efisien menggerakkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan sasaran manajemen itu sendiri lebih mengarah kepada pencapaian tujuan
dan memiliki inti dasar dari producting, marketing, financial, personal, human
relation, serta adinistratif manajemen.
Manajemen dalam mengelola pendidikan tidak dapat dilepaskan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukti dari pertalian erat tersebut adalah
perubahan yang terjadi pada hampir semua aspek kehidupan manusia dengan
berbagai permasalahan yang ditimbulkannya dapat dipecahkan melalui upaya
penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi demikian
membawa dampak kepada perlunya seseorang mengikuti perkembangan dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan berubah.
Perkembangan dan perubahan yang terus bergulir ini pun membawa manusia ke
era persaingan global yang ketat. Oleh karena itu kalau tidak ingin kalah
bersaing dalam era globalisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,
efektif dan efisien. Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang berdaya
saing international dan mempunyai kompetensi untuk bertahan pada perkembangan
zaman menjadi suatu perhatian penting dalam manajemen pendidikan.
Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan.
Menurut Reigeluth dan Garfinkle (1994) dalam Suryadi, kebutuhan terhadap
paradigma baru pendidikan di dasarkan atas perubahan besar-besaran dalam
kondisi dan kebutuhankebutuhan pendidikan dalam masyarakat informasi. Untuk
melakukan perubahan tersebut maka peranan manajemen pendidikan yasangat
signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah yang bermutu yang menghasilkan SDM
terandalkan dan tangguh yang dibutuhkan masyarakat.
Kualitas pendidikan yang diserap pada sekolah yang bermutu sudah seharusnya
dipersiapkan seirama dengan perkembangan zaman.
Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnaikehidupan pendidikan. Guru mengatur, murid diatur. Peluang apa yang Muncul Saat Ini? Salah satu perubahan mendasar yang telah digulirkan oleh pemerintah untuk menanggapi era globalisasi dan informasi dan membawa dampak pada manajemen pendidikan adalah berubahnya manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah.
Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnaikehidupan pendidikan. Guru mengatur, murid diatur. Peluang apa yang Muncul Saat Ini? Salah satu perubahan mendasar yang telah digulirkan oleh pemerintah untuk menanggapi era globalisasi dan informasi dan membawa dampak pada manajemen pendidikan adalah berubahnya manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah.
Secara resmi, perubahan manajemen ini telah diwujudkan dalam bentuk
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah” yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa “Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.
Konsekuensi logis dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi. Karena itu, manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dipraktikkan perlu diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah yang sudah berhasil mengangkat kondisi pendidikan dan memecahkan masalah pendidikan di beberapa negara maju seperti Australia dan Amerika tentunya harus ditangkap menjadi satu peluang untuk menyajikan pendidikan yang berkualitas dalam pembentukan SDM.
Konsekuensi logis dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi. Karena itu, manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dipraktikkan perlu diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah yang sudah berhasil mengangkat kondisi pendidikan dan memecahkan masalah pendidikan di beberapa negara maju seperti Australia dan Amerika tentunya harus ditangkap menjadi satu peluang untuk menyajikan pendidikan yang berkualitas dalam pembentukan SDM.
Manajemen pendidikan harus mampu menerjemahkan perubahan itu ke dalam
kebijakan-kebijakan strategis bagi lembaganya. Komponen manajemen pendidikan
antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, siswa,
stakeholder, fasilitas, pembiayaan, school public relation. Ada beberapa teori
manajemen yang dapat menjadi panduan pembenahan manajemen pendidikan. Jika kita
berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu industri, maka langkah selanjutnya
berpikir bagaimana mengembangkan industri itu untuk terus bertumbuh. Maka dalam
bingkai pemikiran ini kita memerlukan panduan yang sesuai. Manajemen Mutu
Terpadu atau lebih dikenal dengan Total Quality Management dapat dijadikan
“guiding philosophy” yang tentunya ditarik ke dunia pendidikan.
1. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan
1. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan
a.
Perencanaan, dimana kegiatan yang di
mulai dari perumusan, dipilih dan ditetapkannya seluruh aktivitas sumber daya
yang akan dilaksanakan dan digunakan dimasa yang akan datang untuk mencapai
tujuan.
b.
Pengorganisasian, adalah pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok, penentuan
hubungan pekerjaan diantara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang
sepatutnya.
c.
Penggerakan, merupakan aktivitas seorang
manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan dan menuntun
karyawan atau personel organisasiuntuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
d.
Pengkoordinasian, mempersatukan
sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dan sumber lain ke arah tercapainya
maksud yang telah ditetapkan.
e.
Pengarahan, difokuskan pada aktivitas
masing-masing orang pada tiap-tiap unit agar terhindar kekliruan dan bahkan
kerugian.
f.
Pengawasan dan pemantauan, melakukan
penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan
tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan juga untuk
mengukur tingkat keefektifan program layanan belajar dan manjemen satuan
pendidikan.
2. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS )
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) adalah keseluruhan proses pendayagunaan
komponen pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang diupayakan
sendiri oleh sekolah bersama pihak terkait dengan memperhatikan kondisi sekolah
dan menjunjung tinggi aturan nasional. Model manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah,
dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan,
pengusaha, dsb.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan kinerja
sekolah, terutama meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dalam pelaksanaannya
sering terjadi penyimpangan sehingga hasilnya melenceng dari tujuan utama.
Menurut Drury dan Levin (1994) dalam Mulyono mengatakan bahwa MBS belum bisa
secara langsung meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa, namun memiliki
potensi untuk meningkatkannya. MBS memberi kontribusi terhadap empat keluaran
pendidikan: pertama, meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya termasuk
personel, kedua, meningkatkan profesionalisme guru, ketiga, impelementasi
reformasi kurikulum, keempat, meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam
pendidikan.
Menurut Djam’an Satori bahwa tujuan MBS adalah untuk menjamin mutu
pembelajaran anak didik/para siswa yang berpijak pada student-driven services
Asas ini mengandung makna yang sangat mendasar karena kepentingan dan aspirasi
stakeholder ( orang tua ) adalah terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif
dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah untuk kepentingan prestasi hasil
belajar dan kualitas pengembangan pribadi putra-putrinya (Mulyono, 2008:243)
Pada intinya tujuan implementasi MBS ini mendorong sekolah melakukan
perubahan ke arah yang lebih bermutu dan kompetitif. Untuk ini perlu pembenahan
dukungan sumberdaya manusia seperti kepala sekolah, dewan pendidikan, konselor,
tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Seiring dengan pembenahan SDM juga
dibenahi sarana dan fasilitas yang mendukung penguatan terhadap layanan
belajar.
Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar biasa, melainkan
hanyalah upaya mengembalikan hakekat penyelenggaraan pendidikan di sekolah
kepada sifat alaminya, sifat yang masuk akal ( Syaiful Sagala, 2009:85)
Kapasitas sekolah untuk menghadapi tuntutan yang semakin meningkat dan lingkungan yang dinamis akan menjadi potensi penentu sekolah. Oleh sebab itu, kita harus yakin dan adanya kemauan pemerintah daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan dan sekolah memperbaharui diri sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik.
Kapasitas sekolah untuk menghadapi tuntutan yang semakin meningkat dan lingkungan yang dinamis akan menjadi potensi penentu sekolah. Oleh sebab itu, kita harus yakin dan adanya kemauan pemerintah daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan dan sekolah memperbaharui diri sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik.
Manajemen Berbasis Sekolah bukan menjadikan sekolah egois apalagi arogan,
tetapi menjadikan sekolah tersebut lebih mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan
kemandirian itu sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program
kurikuler dan ektrakurikuler yang lebih sesuai dengan kebutuhan mutu dan
mengoptimalkan potensi sekolah. Kemandirian dan otonomi sekolah menggambarkan
bahwa sekolah mengatur rumah tangganya sendiri mempunyai kendali dan
akuntabilitas terhadap lingkungannya. Sekolah yang berdaya akan mampu
memberikan respon kontekstual sesuai dengan orientasi pembangunan daerah,
aspirasi masyarakat dan para pengguna lulusan pendidikan.
Dengan demikian MBS bukan hanya semata-mata mengelola dan meningkatkan
nilai akhir ujian nasional tapi merupakan pengelolaan lembaga secara
keseluruhan sesuai dengan delapan standar nasional pendidikan.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: