Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS )
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) adalah keseluruhan proses pendayagunaan
komponen pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang diupayakan
sendiri oleh sekolah bersama pihak terkait dengan memperhatikan kondisi sekolah
dan menjunjung tinggi aturan nasional. Model manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah,
dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan,
pengusaha, dsb.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan kinerja
sekolah, terutama meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dalam pelaksanaannya
sering terjadi penyimpangan sehingga hasilnya melenceng dari tujuan utama.
Menurut Drury dan Levin (1994) dalam Mulyono mengatakan bahwa MBS belum bisa
secara langsung meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa, namun memiliki
potensi untuk meningkatkannya. MBS memberi kontribusi terhadap empat keluaran
pendidikan: pertama, meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya termasuk
personel, kedua, meningkatkan profesionalisme guru, ketiga, impelementasi
reformasi kurikulum, keempat, meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam
pendidikan.
Menurut Djam’an Satori bahwa tujuan MBS adalah untuk menjamin mutu
pembelajaran anak didik/para siswa yang berpijak pada student-driven services
Asas ini mengandung makna yang sangat mendasar karena kepentingan dan aspirasi
stakeholder ( orang tua ) adalah terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif
dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah untuk kepentingan prestasi hasil
belajar dan kualitas pengembangan pribadi putra-putrinya (Mulyono, 2008:243)
Pada intinya tujuan implementasi MBS ini mendorong sekolah melakukan
perubahan ke arah yang lebih bermutu dan kompetitif. Untuk ini perlu pembenahan
dukungan sumberdaya manusia seperti kepala sekolah, dewan pendidikan, konselor,
tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Seiring dengan pembenahan SDM juga
dibenahi sarana dan fasilitas yang mendukung penguatan terhadap layanan
belajar.
Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar biasa, melainkan
hanyalah upaya mengembalikan hakekat penyelenggaraan pendidikan di sekolah
kepada sifat alaminya, sifat yang masuk akal ( Syaiful Sagala, 2009:85)
Kapasitas sekolah untuk menghadapi tuntutan yang semakin meningkat dan lingkungan yang dinamis akan menjadi potensi penentu sekolah. Oleh sebab itu, kita harus yakin dan adanya kemauan pemerintah daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan dan sekolah memperbaharui diri sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik.
Kapasitas sekolah untuk menghadapi tuntutan yang semakin meningkat dan lingkungan yang dinamis akan menjadi potensi penentu sekolah. Oleh sebab itu, kita harus yakin dan adanya kemauan pemerintah daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan dan sekolah memperbaharui diri sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik.
Manajemen Berbasis Sekolah bukan menjadikan sekolah egois apalagi arogan,
tetapi menjadikan sekolah tersebut lebih mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan
kemandirian itu sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program
kurikuler dan ektrakurikuler yang lebih sesuai dengan kebutuhan mutu dan
mengoptimalkan potensi sekolah. Kemandirian dan otonomi sekolah menggambarkan
bahwa sekolah mengatur rumah tangganya sendiri mempunyai kendali dan
akuntabilitas terhadap lingkungannya. Sekolah yang berdaya akan mampu
memberikan respon kontekstual sesuai dengan orientasi pembangunan daerah,
aspirasi masyarakat dan para pengguna lulusan pendidikan.
Dengan demikian MBS bukan hanya semata-mata mengelola dan meningkatkan
nilai akhir ujian nasional tapi merupakan pengelolaan lembaga secara
keseluruhan sesuai dengan delapan standar nasional pendidikan.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: