KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH ,BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH dan KINERJA GURU
HUBUNGAN KETERAMPILAN MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH
DAN BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH DENGAN
KINERJA GURU
Oleh :
Uray Iskandar
Pendahuluan
Seorang Kepala Sekolah dapat
menanggulangi permasalahan dan mengendalikan perilaku guru-guru serta mengikat
perhatian mereka secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah
adalah hal yang perlu dilaksanakan. Salah satu fungsi manajerial yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah adalah fungsi pengawasan atau disebut juga fungsi
pengendalian. Dan kegiatan pengawasan patut dilaksanakan oleh Kepala Sekolah
karena hal itu merupakan salah satu fungsi atau proses manajemen yang wajib
diimplentasikan secara nyata di sekolah. Sesuai dengan hakekatnya, kegiatan
pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah merupakan kegiatan balikan
untuk mengidentifikasi secara jelas apakah hasil yang dicapai konsisten atau
tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan dalam rencana serta penyimpangan
yang terjadi di dalam pelaksanaan suatu program sekolah. Nampak di sini bahwa
ada kegiatan operasional yang terkandung dalam hakekat pengawasan tersebut
yaitu terdapat upaya peningkatan dan perbaikan kinerja.
Sekolah merupakan suatu organisasi, dan budaya
yang ada di tingkat sekolah merupakan budaya organisasi. Resep utama budaya
organisasi adalah interpretasi kolektif yang dilakukan oleh anggota-anggota
organisasi berikut hasil aktivitasnya.
Budaya organisasi yang
dimaksudkan disini ini adalah aspek-aspek non fisik, misalnya komitmen kerja,
pola komunikasi, sikap terhadap pekerjaan, semangat kerja, sikap terhadap
sesama, harapan, kepercayaan dan norma-norma serta nilainilai kejujuran,
keadilan dan kebenaran yang dirasakan oleh guru ekonomi selaku anggota
organisasi sekolah. Keterampilan manajerial Kepala Sekolah adalah kemampuan
yang nyata dalam hal menguasai pengetahuan dan menggunakan teknik atau strategi
tertentu dalam mengaplikasikan, menjabarkan, dan menterjemahkan konsep-konsep
manajemen kedalam
pekerjaan praktis di sekolah, mampu mendistribusikan
pekerjaan kepada guru-guru dan pegawai dan mengarahkan serta mengendalikannya
secara efektif.
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan
dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam
proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar (Depdiknas Dirjen
PMPTK, 2008 :21).
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.
Guru sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama itu
akan efektif apabila guru memiliki
derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran,
kecakapan atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Lebih jauh Wens Tanlain dalam
Syaiful Sagala (2009:13) menyebutkan ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab
seorang guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas
mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari
benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar
dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak
didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati dan sebagai orang
beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Guru sebagai
tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan dan sangat menentukan dalam
proses pembelajaran di kelas. Peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana
guru melaksanakan peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru
merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang
akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan
sekolah. Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling
banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan di sekolah.
Ketidakdisplinan kepala sekolah yang
terlihat dari kurangnya frekwensi kehadiran di sekolah, mencerminkan rendahnya
komitmen kepala sekolah yang dapat mengakibatkan tidak adanya keteladanan dalam
diri kepala sekolah di mata bawahannya. Padahal kita ketahui bahwa sebagai
pimpinan yang bermutu faktor keteladanan menjadi amat penting karena
nilai-nilai dasar yang dianut pemimpin dalam hal ini kepala sekolah tercermin
dalam perilakunya. Keteladanan pemimpin juga akan dapat mempengaruhi,
membimbing, membina, mengarahkan dan menyosialisasikan serta menanamkan
nilai-nilai, aturan serta pola kerja dan pola pikir yang baru.
Kinerja guru saat ini ditengarai
masih rendah, jika indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah prestasi
belajar siswa dalam ranah kognitif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian
Nasional. Sebagai salah satu anggota
organisasi sekolah, tenaga guru menduduki peran yang amat penting dalam proses
pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai
kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Komang Ardana (2008: 169) suatu budaya organisasi yang kuat dan
telah beakar akan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi anggota
organisasi dalam hal pemahaman yang jelas dan lugas tentang suatu persoalan
diselesaikan. Budaya memiliki
pengaruh berarti pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi.
Budaya adalah
sumber keunggulan kompetitif utama berkelanjutan yang kemungkinan timbul
sebagai pemersatu dalam organisasi sistem, struktur dan karir. Budaya
sebagai semua temu hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan, kebendaan dan kebudayaan jasmaniah dalam
upaya menguasai alam sekitarnya. Rasa
meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan
dalam arti luas,
di dalamnya meliputi
ideologi, kebatinan, kesenian
serta segala pengetahuan
dan teknologi.
Kepala sekolah sebagai manajer juga diharapkan dapat menjadikan perubahan
ke arah yang lebih baik yaitu perubahan pada budaya kerja sebuah organisasi.
Perubahan budaya kerja yang rendah diharapkan dapat diubah dengan budaya yang
produktif karena pengaruh kepemimpinan atasan yang lebih mengutamakan pada
otonomi atau kemandirian para anggota. Apa yang dilakukan pemimpin akan
mempengaruhi secara langsung budaya dalam organisasi yang dipimpinnya (Asri
Laksmi Riani, 2011: 17)
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, bahwa
keterampilam manajerial kepala sekolah sangat penting dan akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap
pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu dengan budaya organisasi dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi yang kemudian menentukan
kinerja anggota dan organisasi. Rendahnya kinerja guru harus diidentifikasi
penyebabnya.
Keterampilan
Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru
Menurut Wahjosumijo (2008:81) kepala sekolah
yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi
yang komplek dan unik, serta mampu melaksanakan peranan sebagai seseorang yang
diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.
Keberhasilan dan kegagalan bawahan
adalah suatu pencerminan langsung keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin
(Wahjosumidjo, 2008). Dengan demikian kepala sekolah bertanggung jawab atas
segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan
guru, tidak dapat dilepaskan dari
tanggung jawab kepala sekolah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hikmat (2009)
kepemimpinan manajer harus memahami potensi yang dimiliki para guru sehingga
komunikasi dengan para pendidik dan seluruh bawahannya akan membantu
kinerjanya, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh lembaga
pendidikan yang dipimpinnya.
Pendapat yang senada juga dikemukakan
oleh Suryadi (2009) kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan yang
signifikan dengan upaya-upaya yang terbaik yang dilakukan untuk sekolah, guru
dan anggota sekolah lainnya. Dengan menepatkan berbagai kepentingan dan
kebutuhan yang menyangkut pengembangan dan peningkatan mutu sekolah menjadi
prioritas utama dalam perilakunya.
Hal tersebut diatas juga didukung
menurut pendapat Rohiat (2010) bahwa melakukan manajemen secara efektif dapat
dimungkinkan jika manajer itu memiliki keterampilan manajemen dengan baik.
Keterampilan dimaksudkan tersebut agar dapat mengelola sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi baik sumber daya menusia maupun sumber daya lain
secara efisien dan efektif.
Temuan penelitian Suwarni (2009) di Kota Blitar menyimpulkan bahwa keterampilan
manajerial kepala sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelaksanaan
pengawasan maupun kinerja guru ekonomi dalam mengajar, baik langsung maupun
tidak langsung. Tingkat kontribusi dimaksud diindikasikan dengan hasil
sumbangan efektif keterampilan manajerial kepala sekolah.
Mulyono (2008) juga menegaskan bahwa perilaku kepala sekolah harus dapat
mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh
pertimbangan sebagai kelompok. Dengan demikian kesempatan untuk meningkatkan
kinerja guru perlu adanya kreativitas kepemimpinan yang memadai dalam
mengembangkan sebuah sekolah yang efektif. Keterampilan manajerial kepala
sekolah diperlukan untuk melaksanakan tugas kepala sekolah secara efektif dan
untuk mendayagunakan sumber daya sekolah.
Seorang kepala sekolah dapat menanggulangi permasalahan dan mengendalikan
perilaku guru-guru serta mengikat perhatian mereka secara efektif dalam
melaksanakan tugas-tugas di sekolah adalah hal yang perlu dilaksanakan. Salah
satu fungsi manajerial yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah fungsi
pengawasan atau disebut juga fungsi pengendalian. Dan kegiatan pengawasan patut
dilaksanakan oleh kepala sekolah karena hal itu merupakan salah satu fungsi
atau proses manajemen yang wajib diimplentasikan secara nyata di sekolah.
Sesuai dengan hakekatnya, kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
merupakan kegiatan balikan untuk mengidentifikasi secara jelas apakah hasil
yang dicapai konsisten atau tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan dalam
rencana serta penyimpangan yang terjadi di dalam pelaksanaan suatu program
sekolah. Nampak di sini bahwa ada kegiatan operasional yang terkandung dalam
hakekat pengawasan tersebut yaitu terdapat upaya peningkatan dan perbaikan
kinerja
Budaya
Organisasi dan Kinerja Guru
Menurut Hikmat (2009) bahwa budaya
organisasi yang strategis secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya harus
menyelaraskan dan memotivasi anggota jika ingin meningkatkan kinerja organisasi
tersebut. Budaya organisasi akan menentukan kerangka visitasi organisasi karena
budaya organisasi merupakan potret perilaku anggota organisasi.
Selain itu menurut Syafri
Mangkuprawira dan Aida Vitayala, dalam Martinis Yamin (2010:129) kinerja
merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya, antar lain faktor personil/individual, kepemimpinan, faktor
tim dan faktor situasional.
Selanjutnya
berdasarkan hasil survey yang dilakukan Leslie J. Fyans dan Martin L Maehr,
dalam E. Kosasih (2010:23) bahwa para siswa lebih termotivasi dalam belajarnya
dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat.
Budaya organisasi dibentuk oleh semua orang yang
terlibat dengan organisasi yang mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja
dan tipe struktur organisasi. Budaya organisasi melalui struktur organisasi
membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan anggota organisasi. (Hadari
Nawawi, 2006). Lebih lanjut dikemukan oleh Wirawan (2007) bahwa budaya
organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi yang kemudian
menentukan kinerja anggota organisasi.
Sedangkan
menurut Dadang Suhardan (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi sekolah
menumbuh suburkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh para anggotanya.
Bagaimana kebiasaan bekerja memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari
kehidupannya.
Faktor
utama yang mendorong perilaku manusia serta membentuk budaya organisasi adalah
umpan balik secara umum dan imbalan spesifik sebagai perwujudan apakah mereka
bekerja dengan baik atau buruk (Asri Laksmi Riani, 2011). Berikutnya menurut
Uhar Suharsaputra (2011) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan bentuk
kontrol sosial yang tertanam secara mendalam yang berpengaruh pada pegawai/anggota
organisasi dalam membuat keputusan dan berperilaku.Hal senada juga diperkuat
oleh Komang Ardana, dkk (2008) bahwa budaya organisasi akan berdampak pada
perilaku anggota organisasi, dari level yang paling tinggi sampai level
terendah. Dapak tersebut terutama pada kinerja dan kepuasan kerja.
Menurut Lunenburg dan Omstein, dalam Uhar Suharsaputra (2010:100)
budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai, kefektifan organisasi, proses
struktural organisasi serta banyak proses manajemen.
Budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan dan
mempertahankan kinerja tinggi, kepuasan kerja, etos kerja dan motivasi kerja
karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari
karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi yang tinggi pula (Wirawan,
2008:37).
Stephen Stolp, dalam E. Kosasih (2010:23) mengemukakan bahwa budaya
organisasi sekolah berkorelasi dengan pengembangan motivasi dan prestasi
belaajr siswa serta kepuasan kerja dan
produktivitas guru.
Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki rasa tanggung
jawab yang besar dalam meningkatkan kinerja guru melalui budaya organisasi sekolah yang merupakan nilai-nilai yang menjadi
identitas untuk dipergunakan
dan disepakati secara bersama oleh anggota organisasi termasuk di dalamnya adalah unsur pimpinan dalam hal ini kepala
sekolah, guru dan staf administrasi juga termasuk siswa.
Mereka semua mematuhi dan menyepakati bahwa budaya
organisasi harus
dijunjung tinggi untuk diterapkan sebagai budaya yang berlaku di dalam organisasi sekolah.
Dengan demikian budaya organisasi yang
di dalamnya memuat norma-norma dan nilai-nilai dasar mengenai hidup manusia,
diyakini dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi pembentukan perilaku
kepala sekolah dan guru-guru dalam melakukan aktivitas sesuai fungsinya
masing-masing serta membantu mereka memahami nilai dan makna dari pekerjaan
yang ditangani di sekolah.
Kesimpulan
Keterampilan manajerial kepala sekolah, yang terdiri dari keterampilan
konseptual yang berhubungan dengan konsep memahami dan mengelola sekolah,
keterampilan hubungan manusia yang berhubungan dengan melaksanakan kerja sama,
meotivasi dan membangkitkan etos kerja para guru dan karyawan TU. Sedangkan keterampilan teknik dengan cara mengoperasionalkan alat-alat,
metode dan fasilitas lainnya dengan baik. Untuk budaya organisasi sekolah
dilaksanakan sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai dasar mengenai hidup manusia
yang diyakini dapat memberikan hubungan yang signifikan bagi pembentukan perilaku kepala sekolah dan guru-guru dalam melakukan aktivitas sesuai
fungsinya masing-masing serta
membantu mereka memahami nilai dan
makna dari pekerjaan yang ditangani di
sekolah.
Sedangkan kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan tugas profesi yang
diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya serta terlihat kepada
kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam
kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Hal tersebut dapat ditunjukkannya
dari sikap dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan
pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran dalam menghadapi masa depan
dan berbagai perubahan di lingkungan yang penuh dengan perubahan dan persaingan
yang semakin tinggi, terlihat dari keterampilan manajerial dan budaya
organisasi sekolah.
Uray
Iskandar, M.Pd
(Pengawas
SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas)
No HP : 081345242132
0 Komentar Tog Bhe Maseh: