EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
Oleh :Eri Bekti
Keberhasilan
pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah
tersebut, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, serta pegawai administrasi. Kepala
sekolah sebagai pemimpin bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi dan
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja guru, diantaranya: faktor kepemimpinan kepala
sekolah, manajemen dalam organisasi, penghargaan, komunikasi yang berkembang
dalam organisasi serta kompensasi yang diberikan. Di sekolah, masalah kepuasan kerja menjadi faktor yang sangat penting
bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Sekolah
merupakan salah satu organisasi pendidikan yang diyakini dapat dijadikan
sebagai wadah dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan
tujuan pendidikan disekolah tergantung pada sumberdaya manusia yang ada
disekolah tersebut,yaitu : kepala sekolah, guru,siswa,pegawai tata usaha dan
tenaga kependidikan lainnya. Selain itu pula harus didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Dalam organisasi sekolah, Kepala sekolah sebagai
pemimpin bertanggungjawab atas kelangsungan
organisasi dan paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Kata kunci : Efektifitas kepemimpinan kepala Sekolah,
motivasi kerja guru, dan kepuasan kerja guru.
Pendahuluan
Dalam organisasi
sekolah, Kepala sekolah sebagai pemimpin
bertanggungjawab atas kelangsungan organisasi dan paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan Supriadi (1998) bahwa
“Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan
sekolah, seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku
nakal peserta didik”. . Disamping itu
menurut Permen no 13 tahun 2007,tentang Standar kepala sekolah/madrasah
dikemukakan bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi dalam bidang; (1) Kepribadian, (2) Manajerial, (3)kewirausahaan, (4).
Supervisi, dan (5).
Sosial.
Ralph
M.Stogdill, dalam Wayne K Hoy dan Cecil G. Miskel (1997:271), mengatakan :
“leadership is the process of influencing the activities of an organized group
to word goal setting and goal achievement”. Kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan
dalam situasi tertentu.
Sebagaimana
halnya dalam kelompok masyarakat (organisasi), Kepala Sekolah harus memiliki
kemampuan yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan prilaku anggotanya kearah
tujuan tertentu. Sebagai Kepala Sekolah diharapkan mampu mewakili aspirasi
masyarakat serta memperjuangkan
kepentingan anggotanya..
Halpin dan Winer
dari Ohio State University, dalam Dadi Permadi, (2009:35) melakukan
studi kepemimpinan yang menekankan dua dimensi perilaku pemimpin, yaitu apa
yang dia istilahkan “Initiating
Structure” (memprakarsai struktur) dan “Consideration”
(pertimbangan). memprakarsai struktur ialah perilaku pemimpin dalam menentukan
hubungan kerja dengan bawahannya dan juga usahanya dalam membentuk pola-pola
organisasi,saluran komunikasi dan prosedur kerja yang jelas. Sedangkan
pertimbangan ialah perilaku pemimpin yang menunjukkan persahabatan,perhatian
dan respek dalam hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya dalam suatu
kelompok kerja.
Menurut Deni Koswara dan Halimah (2008: 67-122), ada sembilan kebiasaan
yang menjadi ciri perilaku kepala sekolah efektif: (1). menjadi pendengar yang baik, (2). mengatur konflik, (3).melakukan pembinaan,
(4).Mengelola waktu, (5). menciptakan Visi, (6). pembuat keputusan, (7).Komunikator, (8).
memberikan motivasi dan (9).dapat
memanajemen kinerja.
Salah
satu faktor yang dianggap paling efisien untuk menunjang kinerja guru adalah
melalui motivasi. Dengan motivasi,guru mempunyai semangat, baik dari dalam diri
maupun dari dorongan orang lain untuk menuangkan potensinya. Motivasi intrensik
pada umumnya lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama.
Adapun motivasi ektrensik dapat diberikan oleh pemimpin dengan jalan mengatur
kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan. Dalam kaitan ini pemimpin
dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi guru/karyawan agar mereka mau dan
mampu mengembangkan dirinya secara optimal.Hal ini terutama dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan kepuasan kerja.
Kinerja guru yang rendah akan
berdampak pada produktifitas kerja guru, ini menunjukkan tingkat kepuasan guru
dalam bekerja rendah, optimalisasi diri guru dalam bekerja tidak terakomodir. Tiffin (1974)
mengatakan bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap karyawan terhadap
pekerjaannya sendiri, karena makin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang akan
tercermin dari sikap kerja kearah yang positif. ini tidak berarti apa yang dilakukan oleh
guru yang ada pada saat ini arahnya negatif.
Sebaliknya
ketidakpuasan kerja akan menimbulkan sikap kerja yang negatif.Bahwa positif dan
negatifnya sikap kerja seseorang mengikuti tingkat kepuasan kerja yang
dirasakan. Untuk mengukur kepuasan kerja seseorang biasanya dilihat dari
besaran gaji atau upah yang diberikan, tetapi ini sebenarnya bukan satu-satunya
faktor yang ada, faktor lain seperti suasana kerja , hubungan atasan dan
bawahan ataupun rekan sekerja, pengembangan karier, pekerjaan yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya, fasilitas yang ada dan diberikan. Menurut Nor Liyana dan Mansor Abu
Thalib (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ada lima hal yaitu
: (1) pekjerjaan itu sendiri, (2) atasan, (3). teman sekerja, (4).promosi, dan (5) gaji/upah. Manajemen dalam organisasi yang tidak baik,pembagian upah
yang tidak adil, pemberian reward dan punishment yang tidak sesuai dengan
harapan guru, bekerja dengan banyak tekanan dan tuntutan serta iklim kerja yang
tidak sehat,saling memojokkan,pimpinan memihak pada salah satu kelompok, proses
pengawasan yang kaku,pengelolaan konflik yang tidak benar, keamanan dan
keselamatan pegawai yang tidak diperhatikan.
Hal ini dapat menyebabkan guru merasa tidak nyaman
dalam bekerja,sehingga produktifitasnya juga akan menurun. Berarti juga
mengakibatkan kepuasan kerja guru tersebut
akan menurun. Mengingat luasnya masalah yang berhubungan dengan kepuasan
kerja guru,maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan kepuasan
kerja guru yang diakibatkan oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah dan
motivasi yang didapatnya, baik secara internal maupun eksternal. Secara
teoritis, kepemimpinan kepala sekolah, serta motivasi yang diberikan kepala
sekolah akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru.
Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah memiliki
peran yang sangat besar. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola
institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan
efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah yang efektif, kepala
sekolah dan seluruh stakeholders harus
bahu membahu bekerja sama dengan penuh kekompakan.
Boloz dan Forter (1980) mengatakan bahwa : “
Leadership is Compused Of Four Dimensions : (1). Goal attainment of the school
, (2). Human processes with in school , (3). The Socio-political contect within
which the school operates , (4). self understanding. kepemimpinan disusun dari empat dimensi,
yaitu : (1). Pencapaian tujuan sekolah, (2).Proses humanisasi disekolah. (3).
kontek sosial-politik dalam penyelenggaraan sekolah, dan (4). Pemahaman diri.
Sementara kepemimpinan yang berhubungan dengan tugas
kepala sekolah menurut G. Owen (1991) didefenisikan sebagai : “Leadership
involves intentionally exercising influence on the behavior of other people” Kepemimpinan mencakup
pengaruh sikap dan tingkah laku orang lain.
Modal utama kepala sekolah adalah memiliki
pengetahuan kepemimpinan , baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan suatu program sekolah dan pendidikan secara luas. Selain itu, kepala sekolah harus menunjukan
sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan, dan hubungan
manusiawi dalam rangka perwujudan iklim kerja yang sejuk dan kondusif.
Kepala sekolah efektif adalah kepala sekolah yang
dalam kinerjanya selalu membuka diri kepada guru dan karyawan lainya dalam
membahas persoalan penting. Lewis dalam Deni Koswara dan Halimah (2008)
menjelaskan, kepemimpinan yang efektif ialah mereka yang dapat beradaptasi
dengan situasi bervariasi yang akan menentukan keberhasilan pimpinan.
Kepemimpinan yang berorientasi kepuasan personal lebih disukai bawahan.
Kepemimpinan kepala sekolah efektif dapat dilihat
berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala sekolah dapat
menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai waktu yang telah ditetapkan, mampu
membangun hubungan yang harmonis dengan guru dan masyarakat dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah. Prinsip kebersamaan dan bekerja dengan tim jangan dilupakan. Dengan perilaku kepala
sekolah yang demikian, sangat diyakini akan berhasil mewujudkan tujuan sekolah
secara produktif sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Sallis dalam Deni Koswara dan Halimah (2008)
menjelaskan, ada beberapa peran utama kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
mutu mengelola institusi pendidikan yang efektif, diantaranya : memiliki visi yang jelas
mengenai mutu terpadu bagi organisasinya,
memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu,mengkomunikasikan pesan
mutu,menjamin bahan kebutuhan
pelanggan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organisasi, memimpin mengembangkan
staff, bersikap
hati-hati untuk tidak menyalahkan orang lain ketika masalah muncul tanpa
melihat bukti, karena banyak problem muncul dari kebijakan lembaga, bukan dari
kesalahan staff, mengarahkan
inovasi dalam organisasi, menjamin
bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggungjawab dan memberikan
pendelegasiaan yang cocok dan maksimal,
memiliki sikap teguh untuk mengeluarkan penyimpangan
dari budaya organisasi, membangun
kelompok kerja aktif, membangun
mekenisme yang sesuai untuk memantau atau mengevaluasi keberhasilan.
Ringkasnya,
untuk menjadi kepala sekolah yang efektif memerlukan prasarat yang tidak
ringan. Selain berpengetahuan luas, mampu memberi keteladanan dan beretos kerja
tinggi, yang tidak boleh dilupakan kepala sekolah selaku manajer disatuan
pendidikan (sekolah) harus mampu membangun kekompakan kerja secara internal dan
mampu membangun kerjasama dengan fihak luar sekolah yang terkait. Melalui
pendekatan kerja yang harmonis dengan membuka diri dan selalu tanggap akan
perubahan merupakan modal pokok dalam mewujudkan sekolah yang efektif.
Untuk membentuk
iklim kerja kondusif serta harmonis, perlu dibangun keterbukaan, objektifitas
evaluasi dan tentunya upaya mewujudkan kesejahteraan anggota perlu diagendakan.
Berilah reward yang pas untuk guru
dan karyawan yang benar-benar pantas untuk menerimanya.
Satu hal yang menarik dalam kajian teori atribusi
tentang kepemimpinan ialah persepsi pemimpin-pemimpin yang efektif itu lazimnya
konsisten atau tegar dalam keputusan-keputusan mereka. Seorang pemimpin efektif
penuh dengan komitmen,teguh dan konsisten terhadap keputusan-keputusan yang
telah diambil serta gigih dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Motivasi Kerja Guru
Motivasi berasal dari kata dasar
motif yang berarti dorongan. Dorongan
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkahlaku,dimana dalam perbuatannya tersebut mempunyai tujuan tertentu. Dalam organisasi, motivasi merupakan
masalah komplek, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi
berbeda satu dengan lainnya. Menurut Khaerul Umam (2010), motivasi adalah sekelompok pendorong
yang mempunyai ciri-ciri : berasal dari dalam atau dari luar individu, dapat
menimbulkan perilaku bekerja, dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan
lamanya perilaku bekerja.
Stephen P
Robbin (2006:198) mendefenisikan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Defenisi
tersebut mengandung tiga unsur kunci yaitu : upaya/effort, tujuan organisasi
(organizational goals), dan kebutuhan/need. Unsur effort merupakan ukuran
intensitas, bila seseorang termotivasi maka ia akan mencoba sekuat tenaga untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya.Upaya yang tinggi dalam bekerja jika
disalurkan pada arah yang benar dan bermanfaat akan membawa keuntunggan bagi
organisasi. Dengan mempertimbangkan kualitas dan upaya (effort) maupun
intensitasnya, dan tetap konsisten dengan arah dan tujuan organisasi
(organizational goals) maka motivasi menjadi sangat penting posisinya sebagai
sebuah proses pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan
(needs) adalah suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu
tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan akan menciptakan
tegangan-tegangan yang merangsang dorongan didalam diri tiap individu. Dorongan
itu menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan
tertentu, yang jika tercapai tujuan tersebut, maka akan terjadi pengurangan
tegangan.
Motivasi
seorang pegawai untuk bekerja biasanya didasarkan pada kebutuhan yang berbeda.
Sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin
terdidik dan semakin independen secara ekonomi,maka sumber motivasinya akan
berbeda. Tidak hanya didasarkan pada formal
authority and financial incentives, tetapi juga dipengaruhi faktor lain
seperti kebutuhan yang berkembang (growth and achievement). Faktor-faktor lain
yang juga berpengaruh terhadap motivasi yaitu, pertama
: faktor
individual,terdiri dari kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude)
dan kemampuan (ability), kedua faktor organisasional, sementara semua organisasional
meliputi : pembayaran gaji (pay),
keamanan pekerjaan (job security),
hubungan sesama pekerja (coworkers),
pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self).
Oleh
karena itu, ketika kita melihat para karyawan bekerja keras melaksanakan
aktivitasnya, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka di dorong keinginan untuk
mencapai tujuan yang mereka inginkan. Motivasi adalah suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai tujuan. Intensitas adalah seberapa kerasnya seseorang berusaha, namun
intensitas yang tinggi saja tidak akan membawa ke hasil yang diinginkan kecuali
disertai dengan upaya/arah. Sedangkan ketekunan adalah ukuran seberapa lama
seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Sehubungan motivasi kerja yang dimiliki sesorang, Pinder
(1998:11) menyatakan : “Work motivation is a set of energetic forces that
originate both within as well as beyond an individual’s being,to initiate
workrealted behavior,and to determine it’s form, direction,intensity, and
duration. Motivasi kerja adalah sesuatu
kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku terkait dengan penentuan
arah, intensitas, dan jangka waktu kerja.
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Memberikan motivasi terhadap guru
dapat terdiri atas pemberian penghargaan yang dapat menimbulkan inisiatif,
kemampuan-kemampuan kreatif, dan semangat berkompetisi yang sehat. Pemberian
penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau
dalam bentuk barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah
im-material.
Penghargaan ini sangat penting untuk
meningkatkan mutu kinerja tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan
yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat
dirangsang untuk meningkatkan kinerjanya secara positif dan produktif.
Pelaksanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan
secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk meraihnya. Kepala
sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan ini secara tepat, untuk
menghindari dampak negatif yang ditimbulkannya.
Pemberian
perhatian yang cukup terhadap guru dengan segala potensi yang dimilikinya
merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki
motivasi dalam mengajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Para
kepala sekolah yang memberikan perhatian yang tepat pada kebutuhan guru, akan
memerlukan waktu untuk menjelaskan bahwa program pengajaran yang berkualitas
tidak hanya akan menguntungkan sekolah, tetapi juga akan memberikan sumbangan
pada kesejahteraan fisik, jaminan pekerjaan, kerja tim, maupun kepuasan kerja
dari setiap guru/karyawan.
Kepuasan Kerja Guru
Pekerjaan itu
sendiri ,setiap pekerjaan memerlukan
suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar
tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan terasebut,akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
kerja. Kinerja guru yang
rendah akan berdampak pada produktifitas kerja guru,hal ini menunjukkan tingkat
kepuasan guru dalam bekerja rendah,optimalisasi diri guru dalam bekerja tidak
terakomodir.
Robbins (2006:103) mendefenisikan bahwa kepuasan
kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Interaksi seseorang
dalam bekerja sangat penting, seseorang yang puas akan pekerjaannya tidak akan
lepas dari proses penerimaan dan penyampaian informasi serta ide yang ada dalam
dirinya
Hasibuan
(2003 : 118) mendefenisikan bahwa kompensasi adalah semua pendapatan
yang berbentuk uang, barang, langsung ataupun tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Penghargaan yang diterima seseorang dalam bentuk apapun sangat berkaitan dengan
kepuasan kerja seseorang, karena seseorang merasa diperhatikan, dihargai
sehingga dapat memotivasi dirinya untuk bekerja lebih baik lagi
Faktor kepuasan kerja dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja seseorang.
Pemberian kompensasi dan komonikasi organisasi yang berkembang disekolah dapat
memberikan kontribusi pada kepuasan kerja guru.
Menurut D.Hasibuan (2003 :121) Bentuk kompensasi dapat berbentuk ,uang
atau barang yang diberikan kepada guru, atau kompensasi langsung, tujuannya
adalah pertama adalah sebagai ikatan
kerjasama antara guru dengan pimpinan, dimana guru menjalankan tugasnya dengan
baik dan pimpinan memperhatikan kesejahteraan guru. Tujuan
kedua adalah kepuasan kerja, dengan kompensasi yang diberikan sekolah, guru
dapat memenuhi keburtuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya
sehingga memperoleh kepuasan kerja atas jabatannya. Tujuan yang ketiga adalah
pengadaan yang efektif. Jika, jika program kompensasi ditetapkan cukup besar,
pengadaan karyawan yang kualified untuk sekolah akan lebih mudah. Tujuan keempat adalah, motivasi, jika
kompensasi yang diberikan cukup sesuai, pimpinan akan mudah memotivasi guru. Tujuan yang kelima adalah stabilitas karyawan, dengan pemberian kompensasi atas
prinsip adil dan layak maka stabilitas karyawan/guru lebih terjamin. Tujuan yang keenam adalah disiplin,
dengan pemberian kompensasi yang sesuai maka disiplin guru semakin baik, mereka
akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. Tujuan ketujuh adalah pengaruh serikat
buruh, Dengan pemberian kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan guru dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. Tujuan yang kedelapan adalah pengaruh
pemerintah, jika pemberian kompensasi sesuai peraturan yang berlaku maka
intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
Kompensasi bukanlah satu-satunya
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru, pengaruh keterampilan komunikasi
yang dimiliki seorang guru juga menjadi
penyebab kepuasan kerja guru.
Kesimpulan
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan dan
memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan
proses belajar di sekolah. Guna mewujudkan tanggungjawab tersebut maka kepala
sekolah sangat berperan dalam mengendalikan keberhasilan kegiatan pendidikan,
meningkatkan pelaksanaan administrasi sekolah sesuai pedoman, meningkatkan
keterlaksanaan tugas tenaga kependidikan sesuai tujuan pendidikan, dan mengatur
secara professional pendayagunaan serta memelihara sarana dan prasarana
pendidikan.
Kepala
sekolah hendaknya dapat meningkatkan efektifitas serta profesionallismenya
sebagai seorang pemimpin. dengan cara menerapkan perilaku yang berorientasi
memprakarsai struktur (Initiating Structure)
dan perilaku yang berorientasi pertimbangan (Consideration) ini wajib dilakukan secara terus menerus,
sehingga dapat mewujudkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya menjadi lebih
berkualitas.
Sedangkan
guru
hendaknya dapat menjadi guru yang benar-benar professional, tidak hanya
professional dengan mendapatkan sertifikat pendidik, tetapi lebih jauh lagi
professional secara keilmuan dan praktik di lapangan. Sebab dengan
profesionalisme yang dimiliki akan meningkatkan kepuasan kerja serta harkat dan
martabat guru itu sendiri.
Motivasi yang
diperoleh guru baik motivasi eksternal maupun motivasi internal hendaknya dapat
dijadikan pendorong untuk melakukan hal –hal positip dalam bidang pendidikan
(Eri Bekti ,
Kepala SMP Negeri 2 Jawai Kabupaten Sambas )
DAFTAR PUSTAKA
Boloz,Sigmun
and Forter carl (1980 ), A Guide to
effective leadership for the reservation administrator, Jurnal of American
Indian Education vol 19.P.1. diakses dari : http/jaie.Asu.edu/V 19/V 19 S2
res html.
Hasibuan,D
(2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Koswara,Deni
& Halimah, (2008), Kebiasaan Kepala Sekolah Efektif, Bandung : Pribumi
Mekar.
Liyana,Nor,
Abu Thalib,Mansor (2010), diakses 26 September 2011, Tekanan Kerja, Motivasi
dan Kepuasan Kerja. http://id.wikipedia.org/wiki/kepuasankerja.
Menteri
Pendidikan Nasional RI, (2007), Standar
Kepala Sekolah / Madrasah,
Jakarta :Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007.
Owen
S.R.G (1991). Organizational Behavior In Education, 4 th Ed Gould Street
Needham Heights, MA : Printice Hall Inc.
Permadi,Dadi, (2009), kepemimpinan Mandiri kepala Sekolah, Bandung
: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Permendiknas
No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah.
Pinder,
C.C (1989), Work motivation in
organizational Behavior, New Jersey : Prentice Hall inc
Robbins.
S. P. (2006), Perilaku Organisasi ,
Klaten : PT : Intan Sejati.
Supriyadi,Dedi,
(1998), Mengangkat Citra dan Martabat
Guru,Yogyakarta: Adicita Nusa.
Tiffin
(1974),dalam (Mukhyi @ nustaffsitegunadarma.ac.id) diakses 26 September 2011, Kepuasan kerja.
Umam,
Khaerul, (2010), Perilaku Organisasi, Bnadung : Pustaka Setia.
Wayne K
,Hoy and Miskel Cecil.G (2001). Educational Administration, MC.Grow Hill : New
York.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: