PERUBAHAN POLA PIKIR DAN DAN BUDAYA KERJA

10.14 URAY ISKANDAR 0 Comments


Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban nilai-nilai moral, adanya akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda,  yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya.
Sudah tentunya dalam suatu lingkungan tertentu akan mempunyai budaya sendiri-sendiri dan apabila konsep budaya itu diterapkan dalam konteks organisasi maka lahirlah budaya kerja. Setiap lembaga mempunyai budaya kerja yang mempengaruhi aspek organisasi dan perilaku anggotanya secara individual dan kelompok. Budaya kerja mempengaruhi sikap dan perilaku anggota  yang kemudian menentukan kinerja anggota dan organisasi. Kerangka berpikir setiap orang sebenarnya berubah. Setiap hari informasi diserap dan sedikit banyaknya ini mempengaruhi pola pikir seseorang.
Bahkan didalam suatu kehidupan organisasi, bahwa setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut. Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama makin baik. Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap yang positif. Dalam konteks komunikasi, isi pembicaraan makin baik dari hari ke hari. Orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritiknya berkurang,  nada kritiknya mulai berubah dari yang bahasa sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat di lingkungan kantor misalnya, perubahan dapat dilihat  dengan munculnya rasa tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke setiap pertemuan,  waktu sangat dihargai sekali. Muncul kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan ataupun staf.
Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama makin negatif, misalnya orang yang  suka bicara tapi tidak diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau kita pernah menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung berdebat dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat bersemangat ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Yang lebih mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti tidak tahan mendengar kritik.
Infomasi yang baik ini akan memicu pertarungan dalam pikiran antara pemikiran yang baru dan pemikiran yang lama. Bila pemikiran lama adalah pemikiran yang buruk, pemikiran ini bisa tergusur oleh pemikiran baru. Namun, ini tidak selalu terjadi, bisa juga pemikiran lama tetap bertahan dan pemikiran baru tersingkir. Yang jelas, pemikiran yang baik dan baru tidak selalu diterima dalam sekejap sekalipun bisa juga terjadi secara radikal.
Aktifitas yang memberikan pemikiran-pemikiran positif bagi pikiran sangat penting untuk merangsang munculnya perubahan yang reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari senang membaca, mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton film-film yang bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi. Banyak orang yang ingin menjadi lebih baik, tetapi enggan mengubah pola pikir. Perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara berfikirnya. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir yang positif dan meminimalisasi pola pikir dirinya yang negatif.
Pola pikir positif akan membentuk perilaku positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan dirinya sebagai pegawai yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi serta tugasnya sebagai abdi negara dan abdi pemerintah dalam makna kebersamaan dan meminimalisir pola pikir dirinya yang negatif yang berasal dari budaya kerja dimana ia berasal dan starata pendidikan yang ia capai.
Budaya kerja dapat menumbuhkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh orang yang berada dalam satuan unit organisasi kerja. Bagaimana kebiasaan bekerja untuk memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari kehidupannya. Budaya ini dalam kaitannya dengan penciptaan kepuasaan pihak yang dilayani sangat penting, sebab setiap personil akan dapat merasakan peningkatan diri dan memperbaiki diri bukan lagi suatu paksaan yang datang dari seorang pemimpin sebagai suatu pembinaan, melainkan dirasakan sebagai suatu bagian yang integral dari keharusan diri seseorang  dalam memecahkan masalah kerja
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi (2003:65) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat. Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang dalam organisasi berbeda.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja.
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi organisasi, efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang ditentukan organisasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan efisien. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Mengembangkan budaya kerja akan memberikan manfaat  baik bagi pegawai  maupun lingkungan kerja  dimana pegawai tersebut berada.  Dalam konteks reformasi birokrasi, tujuan fundamental dari pengembangan budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap individu sadar bahwa satu sama lain memiliki hubungan sifat, peran dan komunikasi yang saling bergantung.  Oleh karena itu, reformasi birokrasi berupaya mengubah budaya kerja saat ini menjadi budaya yang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang berorientasi pada hasil yang akan diperoleh dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi.
( Uray Iskandar, S.Pd.M.Pd, Alumni S2 AP FKIP Untan Pontianak)


You Might Also Like

0 Komentar Tog Bhe Maseh: