PERUBAHAN POLA PIKIR DAN DAN BUDAYA KERJA
Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban
nilai-nilai moral, adanya akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya
perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan
kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha
menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan kebahagian
hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda
baru sesuai dengan yang diharapkannya.
Sudah tentunya dalam suatu lingkungan tertentu akan mempunyai budaya
sendiri-sendiri dan apabila konsep budaya itu diterapkan dalam konteks
organisasi maka lahirlah budaya kerja. Setiap lembaga mempunyai
budaya kerja yang
mempengaruhi aspek organisasi dan perilaku anggotanya secara individual dan
kelompok. Budaya kerja
mempengaruhi sikap dan perilaku anggota
yang kemudian menentukan kinerja anggota dan organisasi. Kerangka berpikir setiap orang sebenarnya
berubah. Setiap hari informasi diserap dan sedikit banyaknya ini mempengaruhi pola
pikir seseorang.
Bahkan didalam suatu kehidupan organisasi, bahwa setiap
anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku
didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung
pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota
yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut.
Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren
reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama makin baik. Pemikiran
sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap yang positif. Dalam
konteks komunikasi, isi pembicaraan makin baik dari hari ke hari. Orang yang
tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritiknya berkurang, nada kritiknya mulai berubah dari yang bahasa
sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat di lingkungan kantor
misalnya, perubahan dapat dilihat dengan munculnya rasa tanggungjawab
terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke setiap pertemuan, waktu sangat dihargai sekali. Muncul
kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan ataupun
staf.
Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama
makin negatif, misalnya orang yang suka
bicara tapi tidak diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau
kita pernah menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung
berdebat dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat
bersemangat ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Yang lebih
mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan
atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau
mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti tidak tahan
mendengar kritik.
Infomasi yang baik ini akan memicu pertarungan
dalam pikiran antara pemikiran yang baru dan pemikiran yang lama. Bila
pemikiran lama adalah pemikiran yang buruk, pemikiran ini bisa tergusur oleh
pemikiran baru. Namun, ini tidak selalu terjadi, bisa juga pemikiran lama tetap
bertahan dan pemikiran baru tersingkir. Yang jelas, pemikiran yang baik dan
baru tidak selalu diterima dalam sekejap sekalipun bisa juga terjadi secara
radikal.
Aktifitas yang
memberikan pemikiran-pemikiran positif bagi pikiran sangat penting untuk
merangsang munculnya perubahan yang reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari
senang membaca, mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton
film-film yang bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi. Banyak
orang yang ingin menjadi lebih baik, tetapi enggan mengubah pola pikir.
Perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara berfikirnya. Dengan
adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir
yang positif dan meminimalisasi pola pikir dirinya yang negatif.
Pola pikir positif akan membentuk perilaku
positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif.
Perilaku yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan
peranan dirinya sebagai pegawai yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi
negara dan pelayan masyarakat. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai
mampu mengembangkan pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri
dalam situasi dan kondisi serta tugasnya sebagai abdi negara dan abdi
pemerintah dalam makna kebersamaan dan
meminimalisir pola pikir dirinya yang negatif yang berasal dari budaya kerja
dimana ia berasal dan starata pendidikan yang ia capai.
Budaya kerja dapat menumbuhkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh orang yang berada dalam satuan unit
organisasi kerja. Bagaimana
kebiasaan bekerja untuk memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari
kehidupannya. Budaya ini dalam kaitannya dengan penciptaan kepuasaan pihak yang
dilayani sangat penting, sebab setiap personil akan dapat merasakan peningkatan diri dan memperbaiki diri bukan
lagi suatu paksaan yang datang dari seorang pemimpin sebagai suatu pembinaan, melainkan dirasakan
sebagai suatu bagian yang integral dari keharusan diri seseorang dalam memecahkan masalah kerja
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan
hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang
dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku,
cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. Suatu
keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang
menjadi kebiasaannya. Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola
perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah
organisasi. Membangun budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan
sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan pola perilaku tertentu agar
tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.
Adapun
pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi (2003:65) dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa budaya kerja adalah
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,
pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku
organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan
kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai
tujuan. Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau program mental
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama
manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat. Budaya
kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu dikarenakan
landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang dalam organisasi
berbeda.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan yang
dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para
bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau
pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin dengan
bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan
dalam perangkat satuan kerja.
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk
membangun keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu
yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta
komitmen membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya
suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya
membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi organisasi,
efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental budaya kerja adalah
untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa
mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam
komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan.
Budaya kerja berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku
manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang
tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya
melakukan cara kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau
kualifikasi yang ditentukan organisasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan
baik atau membudaya dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi
tenaga yang bernilai ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan
organisasi. Selain itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan
dengan benar sesuai prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat
bekerja efektif dan efisien. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang
sangat mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia
untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan
masa depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti
kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan
fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus
ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Mengembangkan
budaya kerja akan memberikan manfaat baik bagi pegawai maupun
lingkungan kerja dimana pegawai tersebut berada. Dalam konteks
reformasi birokrasi, tujuan fundamental dari pengembangan budaya kerja adalah
untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap individu sadar bahwa
satu sama lain memiliki hubungan sifat, peran dan komunikasi yang saling
bergantung. Oleh karena itu, reformasi birokrasi berupaya mengubah budaya
kerja saat ini menjadi budaya yang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang
berorientasi pada hasil yang akan diperoleh dari produktivitas kerja dan
kinerja yang tinggi.
( Uray Iskandar, S.Pd.M.Pd, Alumni S2 AP FKIP Untan Pontianak)
0 Komentar Tog Bhe Maseh: