MENGAJAR DAN MENDIDIK
Mengajar
dan mendidik adalah merupakan tugas
seorang guru didalam kegiatan proses belajar mengajar.
Mengajar sudah menyangkut kegiatan
mendidik, dalam arti kata mengantarkan anak pada tingkat kedewasaannya, baik
secara fisik maupun mental. Berdasarkan arti, bahwa mendidik adalah memelihara dan memberi
pelatihan (pelajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sedangkan arti mengajar
adalah memberi pelajaran dengan kata lain dapat diartikan sebagai usaha guru
untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada peserta didik. Tetapi
kenyataan yang kita lihat sekarang dan hasil pengajaran di sekolah-sekolah diantara
pengertian kedua kata tersebut diatas hampir sama pengertiannya.
Guru
sebagai pekerjaan profesi secara holistik berada pada tingkatan tertinggi dalam
sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugas ke
profesionalannya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru di sekolah
menurut Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd adalah : pertama, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, kedua : mengajar dan membimbing para
muridnya, ketiga : memberikan
penilaian hasil belajar peserta didiknya, keempat
: kegiatan lain yang berkaitan dengan pembalajaran. Disamping itu juga guru
haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi
bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun diluar jam kedinasan yang
terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar
sekolah. Selain itu dalam melaksanakan
tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk
perilaku, tindakan dan contoh-contoh.
Seperti yang dikatakan Bobbi De Porter,
(1999) ”Siswa sering mencari-cari alasan untuk tidak tertarik, lubang-lubang
dalam cerita kita, kontradiksi,ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan
kita, tetapi semakin banyak kita memberi teladan, semakin mereka tertarik dan
mulai mencontoh kita”. Jadi dengan memberi teladan adalah salah satu cara ampuh
untuk membangun hubungan dan memahami orang lain. Peran guru yang ditampilkan
akan dapat membentuk karakteristik anak didik dan lulusan yang beriman,
berahlak mulia, cakap, mandiri, berguna
bagi agama, nusa dan bangsa.
Sekarang di dalam kenyataan bahwa mengajar
lebih banyak menekankan kepada transfer ilmu pengetahuannya. Kebanyakan guru dan juga orang tua siswa sudah merasa puas apabila anak didik
mendapatkan nilai baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting dalam hal ini
siswa dituntut untuk mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya.
Yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental
anak didik jarang mendapatkan perhatian secara khusus dan serius. Cara evaluasi
yang dilakukan oleh para guru pun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujian,
ulangan ataupun tugas yang telah diberikannya. Hal ini semua mendukung kepada
pengertian mengajar dari segi kognitif dan kadang juga ditambah ketrampilan dan
masih jarang sampai pada unsur afektifnya.
Kasus sederhana yang
dapat kita simak adalah ada beberapa siswa yang sudah tamat dari sekolah ketika
sedang berpapasan dengan gurunya, ia tidak menunjukkan sikap dan perilaku
ketika ia sedang diajar oleh guru tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kasus dan
kejadian tersebut sebagai petunjuk atau akibat dari mengajar yang hanya
mentransfer ilmu pengetahuan dan subjek belajar seolah-olah hanya membutuhkan
pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping untuk
mendapatkan pengetahuan juga ketrampilan dan untuk pembinaan sikap mental. Dengan
demikian tidaklah hanya cukup kalau dilakukan proses pengajaran yang
menstranfer ilmu pengetahuan, namun harus kita barengi dengan mendidik.
Guru tidak boleh
terisolasi dari perekembangan sosial masyarakatnya, tugas guru sebagai pendidik
merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada muridnya. Kemudian
muridnya belajar memperoleh dan lebih besar juga dari gurunya. Hal tersebut mempunyai arti bahwa
seorang guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat
mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek yang berusaha membentuk jiwa
dan watak anak didik, disamping itu juga guru memiliki peluang yang sangat
menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehigga dapat berguna bagi diri dan
keluarganya kelak di kemudian hari. Seorang
guru bekerja dalam melaksanakan
tugas kepprofesionalannya tidak karena takut pada pimpinannya, tetapi karena
panggilan tugas profesionalnya dan juga merupakan ibadah.
Oleh
karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan
akhlak anak didik. Apabila kita bandingkan dengan pengertian mengajar maka
mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedar menstranfer ilmu pengetahuan
saja, tetapi juga menstranfer nilai-nilai yang harus kita tanamkan untuk bekal
mereka dikemudian hari. Menurut pendapat Sardiman AM (2000) bahwa mendidik
diartikan lebih komprehensif yakni membina diri anak didik secara utuh, baik
segi kognitif, psikomotorik maupun afektifnya agar tumbuh dan berkembang sebagai
manusia-manusia yang berpribadi.
Dengan
demikian berkaitan dengan soal pembentukan kepribadian anak didik maka mendidik
juga harus merupakan usaha memberikan tuntutan kepada anak didik untuk dapat
berdiri sendiri dengan norma-norma kemanusiaan yang sesuai dengan kepribadian
bangsa. Itulah sebabnya mendidik harus merupakan usaha untuk memberikan
motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada
dirinya yang akan melahirkan suatu sikap yang baik. Sedangkan mengajar harus
diartikan dalam kegiatan belajar mengajar secara konseptual, disinkronisasikan
dengan pengertian mendidik.
Oleh : Uray Iskandar, M.Pd
(Pengawas SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas)
0 Komentar Tog Bhe Maseh: