PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
KONSEP PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
A. Pengantar
Dalam rangka meningkatkan mutu pembelajarandi
sekolah/madrasah dan pengelolaan sekolah/madrasah, kepala sekolah dapat
melakukan PTS, sekaligus sebagai sarana pengembangan profesinya. PTS merupakan
penelitian yang berawal dari permasalahan sekolah, diselesaikan melalui
tindakan spesifik dari gagasan peneliti untuk mengatasi permasalahan sekolah.
Dengan demikian, yang pertama harus ada dilakukan penelitian ini adalah
menemukan adanya permasalahan.
Topik yang diangkat dalam penelitian ini berasal
dari masalah-masalah aktual dan sangat penting serta mendesak untuk segera
dipecahkan. Jika masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan
akan berdampak negatif bagi sekolah. Oleh karena itu diperlukan tindakan
spesifik segera yang diyakini benar-benar akan dapat mengatasi masalah.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas, dan penelitian tindakan yang
dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah disebut
dengan Penelitian Tindakan Sekolah. PTK bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran di kelas, sedangkan PTS bertujuan untuk memecahkan
masalah pembelajaran dan masalah-masalah lain yang terjadi di tingkat sekolah.
B. Definisi PTS
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan upaya
untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan manajemen
sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. PTS dapat
didefinisikan sebagai tindakan ilmiah yang dilakukan kepala sekolah atau
pengawas sekolah untuk memecahkan masalah di sekolah/madrasah yang menjadi
tanggungjawabnya (Mills, 2003; Stringer, 2004; Glickman et.al., 2007; Hopkins , 2008).
Berdasarkan definisi tersebut maka ciri utama PTS adalah melakukan tindakan
nyata untuk memperbaiki keadaan sekolah yang berfokus pada peningkatan mutu
pembelajaran oleh guru dan tenaga kependidikan sehingga mampu menghasilkan
siswa yang kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah, berpikir kritis, dan
bernaluri kewirausahaan.
Pengertian di atas menunjukkan dua kata kunci
yang salah satunya harus ada di dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah,
yaitu pemecahan masalah dan perbaikan atau peningkatan kinerja sistem
pendidikan serta manajemen sekolah, yang secara keseluruhan akan berdampak pada
peningkatan mutu. Adanya penelitian tindakan sekolah didasarkan oleh
alasan-alasan: (1) dirasakan adanya masalah pada sistem pendidikan atau
manajemen sekolah; (2) prestasi kerja atau pencapaian sistem pendidikan atau
manajemen sekolah menurun atau tidak optimal sehingga menghambat peningkatan
mutu.
C. Tujuan PTS
Tujuan PTS adalah untuk:
(1)
Memperbaiki kondisi saat ini
yang terjadi di sekolah (ini yang paling utama).
(2)
Meningkatkan mutu isi, masukan,
proses, hasil pendidikan, manajemen, dan pembelajaran, termasuk mutu guru,
khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang mampu menciptakan siswa yang
kreatif, inovatif, pemecah masalah, berpikir kritis, dan bernaluri
kewirausahaan.
(3)
Meningkatkan kemampuan profesional
sebagai kepala sekolah/madrasah.
(4)
Menumbuhkembangkan budaya
akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap kreatif, inovatif,
pemecah masalah, berpikir kritis, dan naluri kewirausahaan di dalam memperbaiki
mutu pendidikan.
(5)
Membimbing guru dalam membuat
proposal, melaksanakan, dan melaporkan penelitian tindakan di sekolah.
D. Ciri-ciri PTS
Ciri utama PTS adalah sebagai berikut:
(1)
Adanya tindakan nyata untuk
mengatasi masalah (ini ciri yang paling utama).
(2)
Didasarkan pada masalah nyata
yang dihadapi kepala sekolah/ madrasah.
(3)
Adanya kolaborasi dalam
pelaksanaannya.
(4)
Peneliti sekaligus sebagai
praktisi yang melakukan refleksi.
(5)
Bertujuan memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik manajemen sekolah yang berfokus pada peningkatan mutu
pembelajaran.
(6)
Dilaksanakan minimal dua
siklus. Setiap siklus ada empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
E. Etika dalam Melaksanakan PTS
Ketika melaksanakan PTS perlu memperhatikan
etika, yaitu antara lain:
(1)
Bersikap jujur, misalnya dengan
tidak plagiat, tidak fiktif, dan tidak mengubah data, serta menuliskan
sumber/referensi yang dikutip.
(2)
Tidak mengganggu tugas pokok
dan fungsi sebagai kepala sekolah/ madrasah.
(3)
Tidak mengganggu proses
pembelajaran dan tugas mengajar guru maupun kegiatan pendidikan yang sedang
berlangsung di sekolah.
(4)
Tidak banyak menyita waktu
dalam pengamatan, observasi, dan cara pengambilan data lain di luar proses
tindakan.
(5)
Meminta ijin kepada orang-orang
yang diteliti.
(6)
Menjamin kerahasiaan data
responden yang diteliti.
F. Perbedaan
Berbagai Penelitian Tindakan di Sekolah
Penelitian tindakan dapat dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, dan pengawas sekolah dengan obyek dan ruang lingkup penelitian
yang berbeda seperti dapat dilihat pada Tabel 1.
Kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah
dapat melakukan PTS dengan objek yang sama di level sekolah, akan tetapi
pengawas dapat melakukannya di lebih dari satu sekolah sedangkan kepala sekolah
hanya dapat melakukannya di sekolahnya sendiri. Sebaliknya kepala sekolah
sebagai guru juga dapat melakukan PTK di level kelas sedangkan pengawas tidak
dapat melakukannya karena bukan guru. Di samping itu PTK juga dapat dilakukan
oleh guru lain, yang tidak dapat melakukan PTS karena tidak memiliki kewenangan
untuk itu.
Tabel 1: Perbedaan
berbagai penelitian tindakan yang dilaksanakan di sekolah
PENELITI
|
LEVEL
|
OBJEK
|
RUANG
LINGKUP
|
Pengawas
|
Sekolah/madrasah
|
• Kepala Sekolah
• Guru
• Tenaga Kependidikan
• Siswa
|
• Kompetensi dan kreativitas termasuk inovasi,
pemecahan masalah, berpikir kritis, dan naluri kewirausahaan
• Tugas pokok dan fungsi
• Peranan
|
Kepala Sekolah / Madrasah
|
Sekolah/madrasah
|
• Kepala Sekolah
• Guru
• Tenaga Kependidikan
• Siswa
|
• Kompetensi dan kreativitas termasuk inovasi,
pemecahan masalah, berpikir kritis, dan naluri kewirausahaan
• Tugas pokok dan fungsi
• Peranan
|
Kelas
|
• Siswa
|
Kompetensi dan kreativitas termasuk inovasi,
pemecahan masalah, berpikir kritis, dan naluri kewirausahaan
|
|
Guru
|
Kelas
|
• Siswa
|
Kompetensi dan kreativitas termasuk inovasi,
pemecahan masalah, berpikir kritis, dan naluri kewirausahaan
|
G. Perbedaan PTS dengan Penelitian Lain
PTS (dan PTK) adalah penelitian tindakan yang
berbeda dengan penelitian lain yang bukan PTS (dan PTK). Perbedaan antara PTS
(dan PTK) dan non PTS ditunjukkan pada Tabel 2.
Perbedaan utamanya adalah pada tujuan penelitian,
yaitu PTS (dan PTK) untuk melakukan tindakan perbaikan kinerja dan mutu sekolah,
yang bersifat kualitatif spesifik untuk kasus di sekolah tersebut sehingga hasil
penelitian tidak bisa digeneralisasi untuk sekolah lain, sedangkan penelitian
lain non PTS bertujuan untuk melakukan pembuktian atau menguji teori tertentu
sehingga diperoleh pengetahuan baru yang dapat digeneralisasi. Di samping itu,
peneliti dalam PTS juga harus melakukan sendiri tindakan yang ditelitinya,
bukan meneliti tindakan orang lain, sedangkan penelitian Non-PTS dilakukan oleh
ilmuwan yang tidak harus terlibat langsung dalam proses tindakan yang terjadi
dalam penelitian; dalam penelitian Non-PTS ilmuwan melakukan pengamatan
terhadap suatu kejadian atau proses yang dilakukan oleh pihak lain.
Tabel 2: Perbedaan antara PTS dan Non-PTS
Aspek
|
PTS
|
Non-PTS
|
Pelaksana
|
Praktisi (kepala sekolah/madrasah dan pengawas)
|
Ilmuwan
|
Tujuan penelitian
|
•
Untuk memecahkan
masalah
•
Tidak membuktikan/
menguji teori
• Tidak untuk generalisasi
|
•
Membuktikan/menguji
teori
•
Mengembangkan
pengetahuan baru
• Untuk generalisasi
|
Pengumpulan data
|
Kualitatif dan atau kuantitatif
|
Kualitatif dan atau kuantitatif
|
Tujuan analisis data
|
• Menemukan masalah praktis
• Mengarahkan rencana tindakan
• Hasil-hasil evaluasi
|
• Pemahaman thdp gejala
• Menguji hipotesis
|
Standar mutu
|
Hasil penelitian menyebabkan adanya perubahan
|
Ditentukan oleh review thd hasil dan metode
oleh sejawat.
|
Hasil digunakan oleh
|
Warga sekolah/madrasah
|
Peneliti lain, profesional, pemerintah, swasta.
|
H. Langkah-langkah PTS
|
PTS dilaksanakan dalam siklus empat langkah,
yaitu: perencanaan, pelaksanan, pengamatan, dan refleksi. Gambar 2 menunjukkan
langkah-langkah PTS. Jumlah siklus minimal adalah dua, sedangkan maksimal tidak
ditentukan.
|
Di akhir setiap siklus selalu dilakukan refleksi
untuk mengevaluasi hasil pengamatan dalam pelaksanaan tindakan dan menentukan
langkah berikutnya. Apabila peneliti telah merasa yakin bahwa tindakan yang
dilakukan telah berhasil atau bahkan gagal, maka siklus berikutnya tidak
diperlukan lagi. Apabila hasil pengamatan tidak meyakinkan, maka siklus
berikutnya harus direncanakan dengan mengulangi langkah pada siklus sebelumnya,
dan bila perlu melakukan koreksi atau variasi langkah dalam melakukan tindakan
atau atau perbaikan kondisi yang diperlukan agar sesuai dengan persyaratan
tindakan.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan
peneliti saat akan memulai tindakannya. Agar perencanaan mudah dipahami oleh
para pelaku dalam tindakan yang akan dilakukan, maka peneliti sebaiknya membuat
panduan tindakan, yang menggambarkan:
(1) apa yang harus dilakukan para pelaku (objek penelitian) di dalam
menjalankan tindakan dari kepala sekolah/madrasah;
(2) kapan dan berapa lama tindakan dilakukan;
(3) di mana tindakan dilakukan;
(4) apa saja fasilitas yang diperlukan;
(5) jika tindakan sudah selesai, apa tindak lanjutnya.
2. Pelaksanaan (Tindakan)
Langkah pelaksanaan adalah penerapan rencana yang
telah disusun. Hal-hal yang harus diperhatikan kepala sekolah/madrasah dalam
pelaksanaan tindakan adalah:
(1) kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan;
(2) kelancaran proses tindakan yang dilakukan oleh para pelaku dalam
tindakan;
(3) bagaimana situasi selama proses tindakan berlangsung?
(4) Apakah para pelaku melaksanakan tindakan secara alamiah, tidak
dibuat-buat?
(5) Bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan?
(6) PTS merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran
guru dan siswa dalam berbagai tindakan;
(7) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan
berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep/teori) yang valid
berdasarkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan
perbaikan dan memecahkan permasalahan yang terjadi.
(8) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
3. Pengamatan
Langkah pengamatan adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah
unsur-unsur dari proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan tidak dilakukan
setelah pengamatan, karena antara pelaksanaan dan pengamatan bukan proses yang
berurutan, tetapi bersamaan. Pengamatan harus dilakukan menggunakan instrumen
pengamatan yang telah dipersiapkan sehingga jelas butir-butir yang harus
direkam selama tindakan berlangsung. Akan
lebih baik apabila pengamatan dilengkapi dengan rekaman video, misalnya ketika
guru sedang mengajar, sehingga dapat diputar kembali untuk dianalisis pada saat
refleksi.
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
(1)
Pengamatan dapat dilakukan
orang lain, yaitu kolaborator sebagai pengamat yang diminta oleh peneliti untuk
mengamati proses pelaksanaan tindakan. Pengamat bertugas mengamati apa saja
yang dilakukan oleh para pelaku dan kejadian apa saja yang terjadi selama
tindakan berlangsung.
(2)
Pengamatan dilakukan sendiri
oleh peneliti, yaitu apa yang sedang ia lakukan, sekaligus mengamati apa saja
yang dilakukan oleh para pelaku dan kejadian apa saja yang terjadi selama tindakan
berlangsung.
Alternatif pertama lebih baik dibandingkan dengan
alternatif kedua karena hasil kemungkinan hasil pengamatan lebih objektif,
lebih asli, dan lebih cermat. Kesulitannya adalah peneliti harus mencari
kolaborator yang memahami tindakan yang akan dilakukan dan mampu secara cermat
melakukan pengamatan selama seluruh proses tindakan berlangsung.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data
pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang umum digunakan adalah lembar
observasi dan catatan lapangan yang tidak dapat terekam oleh lembar observasi,
misalnya aktifitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka,
atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan dalam analisis
dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh, dalam usulan PTS akan dikumpulkan
data sebagai berikut: data jumlah guru, data kualifikasi guru, daftar hadir
guru, data kinerja guru, dan sebagainya. Maka lembar observasi dan catatan
lapangan dapat digunakan untuk mencatat sikap guru yang terlambat datang,
alasan mengapa terlambat atau tidak hadir di sekolah dalam jam tugas, respon
guru ketika ditegur saat datang terlambat, sikap siswa ketika guru tidak hadir,
dsb.
Data yang dikumpulkan perlu dicek untuk
mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat digunakan untuk tujuan ini, misalnya teknik
triangulasi, membandingkan data yang diperoleh dedngan data lain, atau kriteria
tertentu yang berlaku yang telah baku ,
dan sebagainya. Data yang telah terkumpul juga memerlukan analisis untuk
mempermudah penggunaannya maupun untuk mengambil kesimpulan. Berbagai teknik
statistik dapat digunakan untuk keperluan analisis data.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul
dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan pada siklus
berikutnya.
Refleksi dalam PTS mencakup analisis, sintesis,
dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika
ditemukan masalah dalam proses refleksi, maka harus dilakukan pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahann dapat teratasi (Hopkins , 1993).
Refleksi adalah merenungkan hasil pengamatan.
Kepala sekolah/madrasah sebaiknya melibatkan para pelaku tindakan (objek
penelitian) untuk mengingat kembali kejadian-kejadian ketika proses tindakan
berlangsung, bagaimana perasaan mereka, dan apa pendapat mereka tentang proses
tersebut, dan apa usul mereka untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Dalam penilaian
PTS, uraian refleksi ini sangat diperhatikan oleh pembaca, penilai, atau
penguji, dicermati bagaimana peneliti melakukannya, dan bagaimana tindak lanjut
dari refleksi tersebut. Hal sangat diperhatikan oleh pembaca, penilai atau
penguji adalah bagaimana hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki
perencanaan pada siklus berikutnya.
5. Siklus Berikutnya
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan
yang sama dengan siklus sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan,
atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tetapi umumnya kegiatan yang
dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai perubahan sebagai perbaikan atau
variasi dari tindakan terdahulu yang tujuannya adalah untuk mengatasi berbagai
hambatan atau kesulitan yang ditemukan pada siklus pertama. Dengan menyusun
rencana untuk siklus kedua, maka kepala sekolah/madrasah dapat melanjutkan
proses dengan langkah-langkah seperti pada siklus pertama.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua hasil
refleksi belum memuaskan, maka peneliti dapat merencanakan tindakan pada siklus
ketiga yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada
ketentuan tentang berapa jumlah siklus yang harus dilakukan. Banyaknya siklus
tergantung pada kepuasan peneliti sendiri, namun sebaiknya tidak kurang dari
dua siklus. Meskipun demikian perencanaan siklus-siklus dalam PTS harus
memperhatikan kalender pendidikan di sekolah agar tidak mengganggu proses
pembelajaran dan penelitian dapat berlangsung secara alamiah.
Agar langkah-langkah dapat dilakukan secara benar
maka pokok-pokok kegiatan sebaiknya disusun rencana kegiatan seperti dalam
Tabel 3.
Kolom-kolom “RENCANA KEGIATAN’ dan “HASIL YANG
DIHARAPKAN” harus diisi dan dilengkapi dengan langkah-langkah yang sebenarnya. Bila
menunjuk pada dokumen lain, pada lampiran misalnya, maka bisa disebutkan pada
lampiran berapa.
Tabel 3: Pokok-pokok Rencana Kegiatan PTS
SIKLUS
|
LANGKAH
|
RENCANA
KEGIATAN
|
HASIL
|
Siklus 1
|
Perencanaan
|
· Identifikasi
masalah dan penetapan tindakan
· Perumusan
skenario tindakan
· Persiapan
tindakan: instrumen, sarana prasarana, kolaborator, jadwal, dsb.
· Penentuan
macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya.
|
· Identifikasi
masalah
· Penetapan
tindakan
· Rumusan
masalah
· Judul
penelitian
· Rumusan tujuan
penelitian
· Proposal
penelitian
· Instrumen dan
jenis data yang dibutuhkan
· Langkah-langkah
pengumpulan data
|
Pelaksanaan
|
· Setting
tindakan sesuai dengan skenario
· Pelaksanaan
tindakan sesuai dengan skenario
|
· Tindakan dapat
dilaksanakan sesuai skenario
|
|
Pengamatan
|
· Pengamatan
dilakukan dengan instrumen
· Data diperoleh
sesuai prosedur
· Seluruh
kejadian dalam proses tindakan dicatat dalam lembar observasi dan catatan
lapangan
|
· Data
kuantitatif
· Data
kualitatif
· Catatan
peristiwa selama proses tindakan
|
|
Refleksi
|
· Evaluasi
tindakan dan data-data yang diperoleh
· Pertemuan
membahas hasil evaluasi
· Merencanakan
langkah-langkah siklus 2
|
· Perubahan atau
perbailkan yang terjadi
· Masalah atau
kesulitan yang dialami
· Peristiwa yang
terjadi di luar skenario
· Rencana
langkah-langkah siklus 2.
|
|
Siklus 2
|
Perencanaan
|
Rencana langkah sesuai
refleksi siklus 1
|
|
Pelaksanaan
|
Pelaksanaan sesuai
skenario siklus 2
|
|
|
Pengamatan
|
Pengamatan sesuai rencana
siklus 2
|
|
|
Refleksi
|
Evaluasi siklus 2
|
|
|
Siklus-siklus selanjutnya
|
|||
Kesimpulan, saran,
rekomendasi
|
Misalnya untuk rencana kegiatan “Identifikasi
masalah dan penetapan tindakan”, maka pada kolom “HASIL YANG DIHARAPKAN” dapat
diisi dengan: “Prestasi belajar siswa rendah karena sebagian guru (40%)
masih rendah inovasi mengajarnya.” Selanjutnya, tindakan yang ditetapkan
diisi dengan, misalnya: “Menyelenggarakan pelatihan strategi pembelajaran
bagi guru.”, dan rumusan masalah “apakah melalui pelatihan strategi
pembelajaran bagi guru dapat meningkatkan kemampuan inovasi dalam mengajar?”
Dan seterusnya, sehingga secara rinci skenario tindakan tersusun jelas sesuai
dengan konsep atau teori dari tindakan yang telah ditetapkan, dan tidak
menimbulkan kesalahan penafsiran.
I. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan tindakan dapat dilihat dari
data-data hasil pengamatan yang diperoleh selama dan sesudah proses tindakan
berlangsung. Untuk itu sangat penting untuk menjabarkan terlebih dahulu
indikator utama keberhasilan PTS yang
direncanakan. Tabel 4 menampilkan contoh indikator utama dan rinciannya.
Indikator keberhasilan sangat erat hubungannya dengan rancangan instrumen yang
digunakan dalam PTS.
Tabel 4: Contoh indikator keberhasilan PTS
NO.
|
INDIKATOR
|
DESKRIPSI
|
1.
|
Semakin
PAIKEM-nya suasana pembelajaran
|
• Terciptanya
suasana PAIKEM
• Siswa tidak
mengantuk
•
Siswa belajar melalui media non konvensional
(internet, perpustakaan, alam, dll) dalam peneyelesaian tugas.
|
2.
|
Semakin
inovatifnya kegiatan PBM yang dilakukan siswa
|
• Belajar dalam
kelompok
• Data dan bahan
berkembang secara inovatif
• Bekerja secara
inovatif
• Kolaborasi secara
positif antar siswa
• Konstruksi,
kontribusi, dan sistesis informasi
•
Self directing motivation
|
3.
|
Meningkatnya
kemampuan melakukan penilaian thd diri sendiri
|
• Waktu
• Kualitas
• Kuantitas
•
Meningkatnya kehadiran guru dan siswa
|
J. Ruang Lingkup PTS
Penelitian Tindakan Sekolah dapat dilakukan untuk
mengatasi hampir semua masalah yang terkait dengan kinerja dan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Meskipun demikian tidak semua masalah yang muncul di
sekolah dapat diatasi dan diangkat menjadi topik PTS.
Beberapa tema berikut dapat dikembangkan lebih
lanjut untuk menjadi topik dalam PTS:
•
Perencanaan
dan pengembangan sekolah
•
Iklim
dan budaya sekolah
•
Pemantauan
kemajuan peserta didik
•
Kepemimpinan
kepala sekolah
•
Pengembangan
PTK
•
Pengembangan
peserta didik
•
Pemberdayaan
orang tua dan masyarakat
•
Penghargaan
dan insentif
•
Tata
tertib dan kedisiplinan
•
Pengelolaan
kurikulum
•
Akuntabilitas
sekolah
( DIKUTIP DARI PTS DAHLAN )
0 Komentar Tog Bhe Maseh: