Membentuk Karakteristik Peserta Didik
Guru harus diberi keleluasaan dalam
menetapkan dengan tepat apa yang digagas, dipikirkan, dipertimbangkan,
direncanakan dan dilaksanakan dalam pengajaran sehari-hari, karena di tangan
gurulah keberhasilan belajar siswa ditentukan, tidak oleh Bupati, Gubernur,
Walikota, Pengawas, Kepala Sekolah bahkan Presiden sekalipun. Mutlak dilakukan
ketika awal menjadi guru adalah memahami tujuan umum pendidikan, mamahami
karakter siswa dengan berbagai perbedaan yang melatar belakanginya. Sangatlah
penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam berbagai cara yang berbeda,
beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk logis, beberapa lagi belajar
dengan melalui pemecahan masalah (problem solving), beberapa senang belajar
sendiri daripada berkelompok.
Guru merupakan elemen
kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai
dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak
berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik
tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila
dilaksanakan oleh guru. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan
input-input pendidikan, sampai-sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah
tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan
peningkatan kualitas guru.
Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya
peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan, maka pengembangan
profesionalisasi guru merupakan kebutuhan. Banyak kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai dengan tujuan umum
pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam belajar, keperluan masyarakat
terhadap sekolah dan mata pelajaran yang dipelajari.
Guru memasuki kelas tidak mengetahui
tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi
luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam
pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan
kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara rutin pergi
ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli
buku menjadi suatu kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa
puas mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal
serta sedikit ringkasan materi.
Dapat dilihat daftar pengunjung di
perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum, jarang sekali guru memberi
contoh untuk mengunjungi perpustakaan secara rutin. Tetapi ada juga
kekhawatiran bahwa yang lebih banyak dibaca adalah berita-berita kriminal yang
menempati peringkat pertama pemberitaan di koran maupun televisi. Sedangkan
berita-berita mengenai pendidikan, penemuan-penemuan baru tidak menarik untuk
dibaca dan tidak menarik perhatian. Kebiasaan membaca saja sulit dilakukan
apalagi kebiasaan menulis menjadi lebih mustahil dilakukan. Ini adalah realita
dilapangan yang patut disesalkan. Sarana dan prasarana penunjang pelajaran yang
kurang memadai, terutama di daerah terpencil.
Namun hal ini tidak bisa dijadikan
alasan bahwa dengan sarana yang minimpun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
agar mendaptkan hasil yang bagus. Terkadang kita juga harus memakai prisip
ekonomi yang ternyata dapat membawa kemajuan. Yang sering dijumpai adalah sudah
ada sarana tetapi tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Peta dunia hanya
dipajang di depan kelas, globe atau bola dunia dibiarkan berkarat tidak pernah
tersentuh, buku-buku pelajaran diperpustakaan dimakan rayap, alat-alat praktek
di laboratorium hanya tersimpan rapi di almari tidak pernah dipergunakan. Media
pengajaran yang sudah ada jangan dibiarkan rusak atau berkarat gara-gara
disimpan. Lebih baik rusak karena digunakan untuk praktek siswa.
Cara belajar siswa yang berbeda-beda,
memerlukan cara pendekatan pembelajaran yang berbeda. Guru harus mempergunakan
berbagai pendekatan agar anak tidak cepat bosan. Kemampuan guru untuk melakukan
berbagai pendekatan dalam belajar perlu diasah dan ditingkatkan. Jangan cepat
merasa puas setelah mengajar, tetapi lihat hasil yang didapat setelah mengajar.
Sudahkah sesuai dengan tujuan umum pendidikan. Perlu juga dipelajari penjabaran
dari kurikulum ang dipergunakan agar yang diajarkan ketika di kelas tidak
melenceng dari kurikulum yang sudah ditentukan.
Guru juga perlu membekali diri dengan
pengetahuan tentang psikologi pendidikan dalam menghadapai siswa yang berneka
ragam. Karena tugas guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai
pendidik yang akan membentuk jiwa dan kepribadian siswa. Maju dan mundur sebuah
bangsa tergantung pada keberhasilan guru dalam mendidik siswanya. Pemerintah
juga harus senantiasa memperhatikan tingkat kesejahteraan guru, karena mutlak
diperlukan kondisi yang sejahtera agar dapat bekerja secara baik dan
meningkatkan profesionalisme.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: