Tujuan Supervisi Akademik
Secara umum, tujuan
supervisi akademik adalah membantu guru untuk mengembangkan
kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan bagi peserta
didiknya. Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang
dilakukan oleh guru semakin meningkat (Donni & Rismi, 2014:108).
Menurut Carl
D.Glickmen, dkk dalam supervision and instructional leadership (2004) : “the purpose of supervision is to monitoring
teachers to detemine if their instruction includes the elements of effective
instruction” yaitu “tujuan supervisi adalah untuk memonitor guru dalam
mendeterminasi ketika instruksi mereka sudah mengcakup elemen-elemen yang
efektif”
Pengembangan keampuan
guru tidak hanya
menyagkut pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mengajar guru saja, namun juga meliputi peningkatan komitmen (commit-ment), kemauan (willingness), dan motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelaja-ran akan semakin meningkat.
Sedangkan
menurut Peter Olivia dalam Supervision for Today’s (1976) menyatakan bahwa kegiatan supervisi
akademik dimaksudkan untuk: (1) membantu guru dalam merencanakan
pembelajaran; (2) mem-bantu guru
dalam penyajian materi
pembelajaran; (3) membantu guru
dalam mengevaluasi pembelajaran; (4) membantu guru mengelola
kelas; (5) membantu guru mengembangkan kurikulum; (6) membantu guru
dalam mengevaluasi kurikulum; membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka
sendiri; (7) membantu guru berkerjasama dengan kelompok; (8) membantu guru melalui inservice program (Donni & Rismi, 2014).
Ada
beberapa faktor yang mendorong dikembangkannya supervisi akademik bagi
guru-guru, antara lain: (a)
kenyataannya yang dilakukan dalam supervisi,
para supervisor hanya
melakukan evaluasi guru-guru
semata; (b) pusat pelaksanaan
supervisi adalah supervisor, bukan berpusat pada apa yang dibutuhkan
guru, baik kebutuhan profesional sehingga guru-guru tidak memperoleh sesuatu
yang berguna bagi pertumbuhan profesinya; (c) dengan menggunakan merit
rating (alat penilaian kemampuan
guru), maka aspek-aspek yang di
ukur terlalu umum. Hal semacam ini sukar sekali untuk mendeskripsikan tingkah laku guru yang paling
mendasar seperti yang mereka rasakan, karena
diagnosisnya tidak mendalam,
tetapi sangat bersifat umum dan abstrak; (d) umpan balik yang diperoleh dari hasil pendekatan,
bersifat memberi arahan, petunjuk, intruksi, dan tidak menyentuh masalah
manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat di
permukaan; (e) tidak diciptakan hubungan
identifikasi dan analisis diri, sehingga guru-guru melihat konsep dirinya; (f)
melalui diagnosis dan analisis dirinya sendiri guru menemukan jati dirinya. Ia
harus sadar akan kemampuan dirinya dengan menerima dan timbul motivasi untuk
memperbaiki dirinya sendiri.
0 Komentar Tog Bhe Maseh: