PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Mahrus, S.Pd, SD ( Pengawas SD UPTDinas Pendidikan dan Kebudayaan Kec. Jawai) Abstrak Kepala sekolah sebagai pemimpin puncak di tingkat sekolah harus mampu melihat dimensi kerja sama antar berbagai pihak yang ditata ke dalam tim kerja dengan dilandasi oleh rasa kepercayaan yang tinggi. Selanjutnya kepala sekolah harus mampu memanfaatkan kekompakan tim kerja tersebut secara optimal untuk senantiasa memperbaiki serta meningkatkan mutu sekolahnya. Pelaksanaan MBS di sekolah adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah dalam pengelolaan sumberdaya yang ada di sekolah dan penyusunan program, memberikan wewenang kepada Kepala Sekolah untuk mengelola sumberdaya dan mengatur rumah tangga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dalam batas-batas peraturan yang berlaku, mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk mendukung pendidikan di sekolah, mendorong pemanfaatan anggaran sekolah sesuai kebutuhan sekolah dengan memberikan anggaran yang dimanfaatkan bersama dari sumber-sumber lain, mendorong adanya transparansi dalam pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi, mendorong dan memanfaatkan kemampuan personil sekolah untuk meningkatkaan kreatifitas dan kemampuan yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, kreatif dan menyenangkan serta terciptanya sekolah yang ramah terhadap siswa. Kata Kunci : kepala sekolah, manajemen berbasis sekolah Pendahuluan Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut. Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama semakin baik. Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerja dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya kepala sekolah selaku pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerakan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas- tugas yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin profesional adalah pemimpin yang memahami tugas dan kewajibanya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahannya. Penerapan MBS menjadikan sekolah lebih otonom, tidak lagi menjadi subordinat dari pemerintah maupun yayasan, pendekatannya pun tidak birokratis lagi, penyelenggaraan sekolah menjadi lebih leluasa dalam mengelola anggaran pendidikan di sekolah. Adanya keleluasaan gerak kepala sekolah dalam mengelola anggaran dan menyebabkan peranan komite sekolah menjadi besar dan memiliki posisi tawar yang tinggi. Sebab, semua keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan selalu memberdayakan semua pihak (stakeholder). Dengan begitu, masyarakat melalui komite sekolah berhak mengetahui berbagai kucuran dana yang mengalir ke sekolah, sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat terwujud. Melalui pengembangan pendekatan MBS, maka karakteristik sekolah efektif dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu sekolah perlu diberikan keleluasaan untuk mengelola potensi sumber daya sekolah yang meliputi sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, material, sumber daya manusia, waktu, keuangan, dan lainnya. Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar biasa, namun sebuah upaya untuk mengembalikan hakikat penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan harapan daripada manajemen itu sendiri Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban nilai-nilai moral, adanya akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya. Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama makin negatif, misalnya orang yang suka bicara tapi tidak diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau kita pernah menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung berdebat dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat bersemangat ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Hal inilah yang lebih mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti serta tidak tahan mendengar kritik. Aktifitas yang memberikan pemikiran-pemikiran positif bagi pikiran sangat penting untuk merangsang munculnya perubahan yang reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari senang membaca, mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton film-film yang bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi ataupun sering mendengar ceramah yang bernuansa keagamaan. Banyak orang yang ingin menjadi lebih baik, tetapi enggan untuk mengubah pola pikir. Kita semua tahu bahwa terjadinya sebuah perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara berfikirnya. Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap yang positif. Dalam konteks komunikasi, isi pembicaraan semakin baik dari hari ke hari. Orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritikannya berkurang, nada kritikannya mulai berubah dari yang bahasa sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat di lingkungan kantor misalnya, perubahan dapat dilihat dengan munculnya rasa tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke setiap pertemuan, waktu sangat dihargai sekali. Muncul kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan ataupun staf. Pola pikir positif akan membentuk perilaku positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan dirinya sebagai pegawai yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bagian/bidang yang diembannya. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi serta tugasnya untuk menjalin rasa kebersamaan dari budaya kerja dimana ia berasal dan starata pendidikan yang ia capai. Dengan memiliki rasa kebersamaan itu merupakan sebuah kekuatan besar dalam menghadapi segala tantangan untuk mencapai sebuah tujuan. Peran Kepala Sekolah dalam MBS Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dan percaya diri pada guru, staf, siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing dan memberi bimbingan, pengarahan kepada para guru, staf, maupun para siswa serta berdiri di depan demi kemajuan sekolah dan tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus berani untuk melakukan perubahan, namun sebelumnya ia juga harus berubah terlebih dahulu sebelum meminta orang lain untuk berubah. Semakin yakin orang terhadap perubahan yang dilakukannya, maka semakin mereka banyak orang menerima perubahan yang dilakukannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam upaya mengembangkan intelektual peserta didik dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan disekolah perlu mempunyai strategi, mau belajar dari pengalaman dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin perubahan. Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah secara efisien. Didalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi, mengarahkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dilingkungan sekolah tersebut. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh setiap sekolah yang akan menerapkannya. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Menurut Rohiat (2008: 69) proses menuju MBS memerlukan perubahan pada empat hal pokok : 1. Perlu perubahan peraturan perundang-undangan/ ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang ada. 2. Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan berperilaku yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif, sinkronistis, kooperatif, luwes dan profesional. 3. Peran sekolah yang selama ini biasa diatur perlu disesuaikan menjadi sekolah yang bermotivasi diri tinggi. 4. Hubungan antar unsur-unsur dalam sekolah, antara sekolah sekolah dengan Dinas Pendidikan perlu disesuaikan Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Perubahan mulai disadari menjadi bagian yang penting dari suatu organisasi. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diinginkan. Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya dalam kegiatannya mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah. Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja bersama dan melalui orang lain dalam organisasi di sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus mampu menggerakkan semua potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah wajib membantu guru meningkatkan kapasitasnya untuk membelajarkan murid secara optimal. Dalam lingkungan sekolah kepala sekolah adalah sebagai pemimpin terjadinya perubahan disekolah tentunya perubahan yang menggiring lembaga pendidikan tersebut kearah yang lebih baik, selalu berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan kepada masyarakat. Dalam upaya memimpin sebuah perubahaan kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan dalam mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah. Sebuah kasus terjadi di sebuah sekolah ketika seorang guru mengajar dengan mempergunakan Laptop dan LCD menjadi bahan gunjingan guru-guru yang tidak mengerti dan paham tentang penggunaan peralatan tersebut. Dalam hal menangani kasus tersebut seorang kepala sekolah harus segera mengadakan pembinaan dengan pola mengubah mindset para guru yang gagap teknologi untuk segera memberikan pelatihan kepada mereka. Menurut Wahyudi (2009:119) kepemimpinan terus mengalami perubahan sesuai dengan peran yang dijalankan. Kepemimpinan adalah mempengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain untuk berkontribusi terhadap efektifitas dan keberhasilan organisasi yang mereka adalah anggota. Peran kepemimpinan kepala sekolah selaku pemimpin perubahan dilingkungan sekolah adalah mampu mempengaruhi anggota organisasinya untuk melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi Menurut Hussey, dalam Laksmi Riani (2011: 61) bahwa faktor pendorong terjadinya perubahan adalah : 1. Perubahan teknologi yang terus meningkat 2. Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global 3. Pelanggan semakin banyak tuntutan, Profil demografis negara berubah 4. Privitisasi bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholder minta lebih banyak. Sebagai pemimpin perubahan banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah diantaranya adalah kepala sekolah dihadapkan pada orang- orang yang menolak terjadinya perubahan dan orang- orang yang tidak siap menerima perubahan. Mengapa organisasi menantang perubahan ? Menurut Robbins (2010: 439) ada empat hal yang menantang perubahan dalam organisasi : 1. Para anggota takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki 2. Kebanyakan organisasi adalah birokrasi 3. Kebanyakan perusahaan dapat mengelola lingkungan mereka 4. Budaya organisasi menentang tekanan ke arah perubahan. Kepala sekolah selaku pimpinan yang berada disekolah yang tentunya juga berhadapan dengan orang- orang yang memiliki kepentingan- kepentingan pribadi dan menghendaki kekuasaan. Dalam hal inilah peranan kepemimpinan selaku pemimpin perubahan sangat menentukan dalam merancang dan merumuskan langkah-langkah perubahan yang akan dicapai. Sasaran penting dalam proses perubahan adalah meliputi sikap dan keterampilan yang menunjukan terjadinya perubahan, peran kerja, teknologi atau strategi kompetitif oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan hendaknya memiliki kemampuan dalam mengelola segala sumber daya yang ada disekolah, mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas yang memotivasi berkaitan dengan tugas para anggotanya. Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi dalam mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan orang lain. Menurut Wibowo (2006:347) peran pemimpin perubahan adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan hubungan efektif, pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap bawahannya dengan menghargai mereka, menunjukkan empati dan bersikap tulus. 2. Pergeseran fungsi manajer, bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya. 3. Memimpin dengan contoh, pemimpin harus harus dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan. 4. Mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu memahami kapan mempengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam itu. 5. Mengembangkan Team work, pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tim. 6. Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin sebelum mengambil keputusan mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan keputusan. 7. Menjadikan pemberdayaan sebagai Way of Life, akan tercipta suatu keadaan di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan termotivasi. 8. Membangun komitmen, pemberdayaan yang diberikan pimpinan mengandung makna meningkatnya beban tugas dan tanggung jawab. Kepala sekolah dituntut harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar dapat bekerja dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai peran dalam perubahan pendidikan di sekolah, karena di pandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat warga sekolah untuk dapat bergerak, giat dalam menjalankan tugas serta berdaya upaya secara kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peran keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam perubahan tidak hanya ditekankan pada perilaku yang ditampilkan oleh seorang pimpinan dalam kelompok, tetapi perlu ditelaah dari sisi perilaku yang ditampilkan anggota dalam lembaga pendidikan yakni sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus bisa mentransformasi nilai kepada warga sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Dengan tidak membeda-bedakan siapa warga sekolah itu, apakah ia seorang guru, TU, penjaga sekolah, tukang kebun maupun siswa. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran dan inisiatif untuk melakukan perubahan inovatif maupun strategis. Menurut Mangkuprawira dalam Laksmi Riani (2011: 72) menjelaskan bahwa diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu perubahan yaitu terdapatnya kerangka perubahan, batasan perubahan yang diinginkan, target hasil, keterkaitan dengan tujuan perusahaan, komit pada kepemimpinan, memahami implikasi perubahan, memilih metode yang benarmelibatkan pemangku kepentingan, menggunakan strategi serta memantau, mengendalikan dan menilai proses. Apabila seorang kepala sekolah hanya cukup mendiamkan perubahan, posisi ini merupakan posisi yang paling banyak dipilih oleh kepala sekolah yang ingin mengambil posisi aman terhadap kondisi yang ada. Mereka tidak berada di posisi sebagai pelopor perubahan, namun juga tidak menolak atas perubahan yang terjadi. Biasanya, kepala sekolah seperti ini tergolong sebagai kaum oportunis. Dimana ketika perubahan itu akan membawa keuntungan bagi dirinya, maka perubahan itu akan mereka dukung. Sebaliknya jika mereka melihat perubahan itu tidak membawa keuntungan serta proses perubahan tersebut cenderung gagal, mereka memilih posisi aman dengan diam pada posisi yang ada pada saat ini. Sudah sewajarnya kita harus mempercayai kepala sekolah dan komite sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan pada sekolahnya masing-masing. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.” (Depdiknas. 2000: 52). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah di tetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mangacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efisien, selain mamahami konsep implementasi dengan baik, harus juga di dukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional. Dana yang tersedia juga cukup memadai untuk manggaji staf sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, serta sarana dan prasarna yang di dukung oleh masyarakat. Tujuan utama implementasi manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, keluwesan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme pendidik, adanya penghargaan dan hukuman sebagai kontrol. Menurut A. Ghani (2014: 13) diperlukan beberapa faktor pendukung untuk keberhasilan pelaksanaan MBS, antara lain : 1. Kepemimpinan, faktor kemampuan profesional kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran. 2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan. 3. Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua peserta didik dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar. 4. Dukungan pemerintah, sangat menentukan efektivitas implementasi MBS. 5. Profesionalisme, upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah. Keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah juga ditunjang oleh komite sekolah yang merupakan komponen paket pelaksanaan MBS. Dengan demikian komite sekolah adalah wakil dari seluruh unsur tersebut diatas. Seperti yang telah dikemukan bahwa keberhasilan MBS tidak saja ditentukan oleh kepala sekolah, tetapi juga komite sekolah. Dalam memimpin, bahwa seorang kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dengan memperhatikan aspirasi pemangku kepentingan disatuan pendidikan yang bersangkutan. Konsumen yang harus dilayani dan sangat berkepentingan adalah siswa dan orang tuanya. Menurut Mulyasa (2002:34) mengemukakan konsep pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah diantaranya adalah pengelompokan sekolah yang didasarkan pada kemampuan manajemen dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Implementasi merupakan pelaksaanaan atau perwujudan suatu usaha-usaha yang akan dijalankan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah ditetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efesien, selain memahami konsep implementasi dengan baik, harus juga didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan professional. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam implementasi MBS antara lain yaitu kategori sekolah yang sudah maju, sedang dan masih tertinggal. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kemampuan sekolah dalam mengimplementasikan MBS berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Keragaman kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing sekolah menuntut perlakuan yang berbeda dalam melaksanakan MBS. Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efesien kepala sekolah sebagai manajer perlu memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan, perencanaan, pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan, dan hubungan manusiawi sebagai modal untuk menciptakan iklim yang kondusif. MBS merupakan kunci suatu keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai seluruh potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Implementasi MBS harus memiliki visi, misi dan tujuan serta wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya. Selain itu juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan program pendidikan di sekolah. Simpulan Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan ingin berubah karena perubahan yang terjadi tersebut secara rasional, dan bukan atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Namun lebih pada kesadaran bahwa perubahan tersebut memang perlu dilakukan serta membawa ke arah kebaikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan harus bisa mempengaruhi serta meyakinkan warga sekolah bahwa kondisi yang ada pada saat ini perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini, diperlukan lebih dari sekadar kecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk menjadi pelopor perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari pihak yang sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap perubahan. Sebuah kasus di sekolah yang mana kepala sekolah tidak pernah melakukan supervisi akademik, namun begitu ada pergantian kepala sekolah yang baru secara perlahan melakukan perubahan tersebut, akhirnya kegiatan supervisi akademik yang dulunya ditakuti guru-guru malahan sekolarang menjadi hal yang sudah biasa dan terbiasa bagi guru-guru. Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan untuk meningkatkan mutu sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan masyarakat erat dan adanya kesadaran bersama.

3:11 PM URAY ISKANDAR 0 Comments






Pendahuluan

Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku didalamnya, budaya kerja akan berpengaruh besar terhadap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengaruh tersebut akan bergantung pada kuat tidaknya budaya kerja sehingga dapat mendorong dan memperkuat perilaku anggota yang sesuai dengan budaya yang berlaku di dalam organisasi tersebut. Perubahan pola pikir yang menunjukkan tren reformatif, yakni adanya perubahan yang semakin lama semakin baik.

Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerja dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya kepala sekolah selaku pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerakan  dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas- tugas yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin  profesional adalah pemimpin yang memahami tugas dan kewajibanya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahannya.

Penerapan MBS menjadikan sekolah lebih otonom, tidak lagi menjadi subordinat dari pemerintah maupun yayasan, pendekatannya pun tidak birokratis lagi, penyelenggaraan  sekolah menjadi lebih leluasa dalam mengelola anggaran pendidikan di sekolah. Adanya keleluasaan gerak kepala sekolah dalam mengelola anggaran dan menyebabkan peranan komite sekolah menjadi besar dan memiliki posisi tawar yang tinggi. Sebab, semua keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan selalu memberdayakan semua pihak (stakeholder). Dengan begitu, masyarakat melalui komite sekolah berhak mengetahui berbagai kucuran dana yang mengalir ke sekolah, sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat terwujud.

            Melalui pengembangan pendekatan MBS, maka karakteristik sekolah efektif dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu sekolah perlu diberikan keleluasaan untuk mengelola potensi sumber daya sekolah yang meliputi sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, material, sumber daya manusia, waktu, keuangan, dan lainnya. Penerapan MBS sesungguhnya bukanlah reformasi yang luar biasa, namun sebuah upaya untuk mengembalikan hakikat penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan harapan daripada manajemen itu sendiri

Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan sebagai pengemban nilai-nilai moral, adanya akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda,  yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu. Untuk menciptakan kebahagian hidup jasmani, manusia dengan akal dan budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diharapkannya.

Untuk adanya suatu tren perubahan makin lama makin negatif, misalnya orang yang  suka bicara tapi tidak diikuti oleh usaha untuk melakukan apa yang ia katakan. Atau kita pernah menyaksikan orang yang tadinya senang berdebat, sekarang cenderung berdebat dengan emosi yang berlebihan. Bahkan sebelumnya yang tadinya sangat bersemangat ketika datang ke kantor, motivasinya menjadi berkurang. Hal inilah yang lebih mencolok dimata kita adanya sebuah sikap yang sulit untuk mendengarkan omongan atasan, sulit berkomunikasi, memilih sikap yang mau menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat, selalu menyalahkan orang lain tanpa bukti serta tidak tahan mendengar kritik.

Aktifitas yang memberikan pemikiran-pemikiran positif bagi pikiran sangat penting untuk merangsang munculnya perubahan yang reformatif. Pendidikan adalah salah satu wadahnya mulai dari senang membaca, mengikuti pelatihan, terlibat dalam diskusi sehat, menonton film-film yang bagus dan mendengar pidato-pidato yang menginspirasi ataupun sering mendengar ceramah yang bernuansa keagamaan. Banyak orang yang ingin menjadi lebih baik, tetapi enggan untuk mengubah pola pikir. Kita semua tahu bahwa terjadinya sebuah perubahan hanya bisa terjadi setelah seseorang mengubah cara berfikirnya.

Pemikiran sehat semakin mengental, yang diikuti oleh perubahan sikap yang positif. Dalam konteks komunikasi, isi pembicaraan semakin baik dari hari ke hari. Orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritikannya berkurang,  nada kritikannya mulai berubah dari yang bahasa sindiran yang kasar menjadi sopan. Apabila kita lihat di lingkungan kantor misalnya, perubahan dapat dilihat  dengan munculnya rasa tanggungjawab terhadap sebuah pekerjaan, yakni datang tepat waktu ke setiap pertemuan,  waktu sangat dihargai sekali. Muncul kepedulian terhadap organisasi sekalipun status sebagai pekerja bawahan ataupun staf.

Pola pikir positif akan membentuk perilaku positif demikian pula pola pikir negatif akan membentuk perilaku negatif. Perilaku yang positif akan berdampak positif terhadap kesuksesan tugas dan peranan dirinya sebagai pegawai yang bersangkutan dalam mengabdi sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bagian/bidang yang diembannya. Dengan adanya perubahan pola pikir diharapkan pegawai mampu mengembangkan pola pikir yang positif dalam arti mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi serta tugasnya untuk menjalin rasa kebersamaan dari budaya kerja dimana ia berasal dan starata pendidikan yang ia capai. Dengan memiliki rasa kebersamaan itu merupakan sebuah kekuatan besar dalam menghadapi segala tantangan untuk mencapai sebuah  tujuan.

Peran Kepala Sekolah dalam MBS

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dan percaya diri pada guru, staf, siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing dan memberi bimbingan, pengarahan kepada para guru, staf, maupun para siswa serta berdiri di depan demi kemajuan sekolah dan tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus berani untuk melakukan perubahan, namun sebelumnya ia juga harus berubah terlebih dahulu sebelum meminta orang lain untuk berubah. Semakin yakin orang terhadap perubahan yang dilakukannya, maka semakin mereka banyak orang menerima perubahan yang dilakukannya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam upaya mengembangkan intelektual  peserta didik dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan disekolah perlu mempunyai strategi, mau belajar dari pengalaman dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin perubahan. Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah secara efisien. Didalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi, mengarahkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dilingkungan sekolah tersebut.

Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.

Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh setiap sekolah yang akan menerapkannya. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Menurut Rohiat (2008: 69) proses menuju MBS memerlukan perubahan pada empat hal pokok :

1. Perlu perubahan peraturan perundang-undangan/ ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang ada.

2.  Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan berperilaku yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif, sinkronistis, kooperatif, luwes dan profesional.

3.  Peran sekolah yang selama ini biasa diatur perlu disesuaikan menjadi sekolah yang bermotivasi diri tinggi.

4.  Hubungan antar unsur-unsur dalam sekolah, antara sekolah sekolah dengan Dinas Pendidikan perlu disesuaikan



Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.  Perubahan mulai disadari  menjadi bagian yang penting dari suatu organisasi. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk  memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan siswa serta fasilitas sarana dan prasarana pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diinginkan.  Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya dalam kegiatannya mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah.

Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja bersama dan melalui orang lain dalam organisasi di sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus mampu menggerakkan semua potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah wajib membantu guru meningkatkan kapasitasnya untuk membelajarkan murid secara optimal. Dalam lingkungan sekolah kepala sekolah adalah sebagai pemimpin terjadinya perubahan disekolah tentunya perubahan yang menggiring lembaga pendidikan tersebut kearah yang lebih baik, selalu berupaya  meningkatkan kualitas    layanan pendidikan kepada masyarakat. 

Dalam upaya memimpin sebuah perubahaan kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan dalam mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah. Sebuah kasus terjadi di sebuah sekolah ketika seorang guru mengajar dengan mempergunakan Laptop dan LCD menjadi bahan gunjingan guru-guru yang tidak mengerti dan paham tentang penggunaan peralatan tersebut. Dalam hal menangani kasus tersebut seorang kepala sekolah harus segera mengadakan pembinaan dengan pola mengubah mindset para guru yang gagap teknologi untuk segera memberikan pelatihan kepada mereka.

Menurut Wahyudi (2009:119) kepemimpinan terus mengalami perubahan sesuai dengan peran yang dijalankan. Kepemimpinan adalah mempengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain untuk berkontribusi terhadap efektifitas dan keberhasilan organisasi yang mereka adalah anggota. Peran kepemimpinan kepala sekolah selaku pemimpin perubahan dilingkungan sekolah adalah mampu mempengaruhi anggota organisasinya untuk melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi

Menurut Hussey, dalam Laksmi Riani (2011: 61) bahwa faktor pendorong terjadinya perubahan adalah :

1.      Perubahan teknologi yang terus meningkat

2.      Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global

3.      Pelanggan semakin banyak tuntutan, Profil demografis negara berubah

4.      Privitisasi bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholder minta lebih banyak.

Sebagai pemimpin perubahan banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah diantaranya adalah kepala sekolah dihadapkan pada orang- orang yang menolak terjadinya perubahan dan orang- orang yang tidak siap menerima perubahan. Mengapa organisasi menantang perubahan ? Menurut Robbins (2010: 439) ada empat hal yang menantang perubahan dalam organisasi :

1.      Para anggota takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki

2.      Kebanyakan organisasi adalah birokrasi

3.      Kebanyakan perusahaan dapat mengelola lingkungan mereka

4.      Budaya organisasi menentang tekanan ke arah perubahan.



            Kepala sekolah selaku pimpinan yang berada disekolah yang tentunya juga berhadapan dengan orang- orang yang memiliki kepentingan- kepentingan pribadi dan menghendaki kekuasaan. Dalam hal inilah peranan kepemimpinan selaku pemimpin perubahan sangat menentukan dalam merancang dan merumuskan langkah-langkah perubahan yang akan dicapai.

Sasaran penting dalam proses perubahan adalah meliputi sikap dan keterampilan yang menunjukan terjadinya perubahan, peran kerja, teknologi atau strategi kompetitif oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan hendaknya memiliki kemampuan dalam mengelola segala sumber daya yang ada disekolah, mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas  yang memotivasi  berkaitan dengan tugas para anggotanya.

Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi dalam mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan orang lain. Menurut Wibowo  (2006:347) peran pemimpin perubahan adalah sebagai berikut :

1.  Menciptakan hubungan efektif, pemimpin diharapkan dapat menunjukkan perilaku terhadap bawahannya dengan menghargai mereka, menunjukkan empati dan bersikap tulus.

2.  Pergeseran fungsi manajer, bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya.

3. Memimpin dengan contoh, pemimpin harus harus dapat menjadi model peran bagi orang yang harus diberdayakan.

4. Mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu memahami kapan mempengaruhi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus dipergunakan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi semacam itu.

5.  Mengembangkan Team work, pemimpin harus mampu memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tim.

6.  Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin sebelum mengambil keputusan mendengarkan pendapat orang lain yang akan terlibat dalam pelaksanaan keputusan.

7. Menjadikan pemberdayaan sebagai Way of Life, akan tercipta suatu keadaan di mana tim yang dibentuk menjadi lebih bahagia dan termotivasi.

8.  Membangun komitmen, pemberdayaan yang diberikan pimpinan mengandung makna meningkatnya beban tugas dan tanggung jawab.

Kepala sekolah dituntut harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar dapat bekerja dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai peran dalam perubahan pendidikan di sekolah, karena di pandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat warga sekolah untuk dapat bergerak, giat dalam menjalankan tugas serta berdaya upaya secara kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Peran keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam perubahan tidak hanya ditekankan pada perilaku yang ditampilkan oleh seorang pimpinan dalam kelompok, tetapi perlu ditelaah dari sisi perilaku yang ditampilkan anggota dalam lembaga pendidikan yakni sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus bisa mentransformasi nilai kepada warga sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Dengan tidak membeda-bedakan siapa warga sekolah itu, apakah ia seorang guru, TU, penjaga sekolah, tukang kebun maupun siswa. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

            Kepala sekolah mempunyai peran dan inisiatif untuk melakukan perubahan inovatif maupun strategis. Menurut Mangkuprawira dalam Laksmi Riani (2011: 72) menjelaskan bahwa diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu perubahan yaitu terdapatnya kerangka perubahan, batasan perubahan yang diinginkan, target hasil, keterkaitan dengan tujuan perusahaan, komit pada kepemimpinan, memahami implikasi perubahan, memilih metode yang benarmelibatkan pemangku kepentingan, menggunakan strategi serta memantau, mengendalikan dan menilai proses.

            Apabila seorang kepala sekolah hanya cukup mendiamkan perubahan, posisi ini merupakan posisi yang paling banyak dipilih oleh kepala sekolah yang ingin mengambil posisi aman terhadap kondisi yang ada. Mereka tidak berada di posisi sebagai pelopor perubahan,  namun juga tidak menolak atas perubahan yang terjadi. Biasanya, kepala sekolah seperti ini tergolong sebagai kaum oportunis.  Dimana ketika perubahan itu akan membawa keuntungan bagi dirinya, maka perubahan itu akan mereka dukung. Sebaliknya jika mereka melihat perubahan itu tidak membawa keuntungan serta proses perubahan tersebut cenderung gagal, mereka memilih posisi aman dengan diam pada posisi yang ada pada saat ini.

            Sudah sewajarnya kita harus mempercayai kepala sekolah dan komite sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan pada sekolahnya masing-masing. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.” (Depdiknas. 2000: 52).

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah di tetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mangacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efisien, selain mamahami konsep implementasi dengan baik, harus juga di dukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional. Dana yang tersedia juga cukup memadai untuk manggaji staf sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, serta sarana dan prasarna yang di dukung oleh masyarakat.

Tujuan utama implementasi manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, keluwesan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme pendidik, adanya penghargaan dan hukuman sebagai kontrol.

Menurut A. Ghani (2014: 13) diperlukan beberapa faktor pendukung untuk keberhasilan pelaksanaan MBS, antara lain :

1.  Kepemimpinan, faktor kemampuan profesional kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran.

2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.

3.  Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua peserta didik dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.

4. Dukungan pemerintah, sangat menentukan efektivitas implementasi MBS.

5. Profesionalisme, upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.



Keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah juga ditunjang oleh komite sekolah yang merupakan komponen paket pelaksanaan MBS. Dengan demikian komite sekolah adalah wakil dari seluruh unsur tersebut diatas. Seperti yang telah dikemukan bahwa keberhasilan MBS tidak saja ditentukan oleh kepala sekolah, tetapi juga komite sekolah. Dalam memimpin, bahwa seorang  kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dengan memperhatikan aspirasi pemangku kepentingan disatuan pendidikan yang bersangkutan. Konsumen yang harus dilayani dan sangat berkepentingan adalah siswa dan orang tuanya.

Menurut Mulyasa (2002:34) mengemukakan konsep pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah diantaranya adalah pengelompokan sekolah yang didasarkan pada kemampuan manajemen dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Implementasi merupakan pelaksaanaan atau perwujudan suatu usaha-usaha yang akan dijalankan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah adalah upaya pelaksanaan program yang telah ditetapkan secara konseptual dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efesien, selain memahami konsep implementasi dengan baik, harus juga didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan professional.

Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam implementasi MBS antara lain yaitu kategori sekolah yang sudah maju, sedang dan masih tertinggal. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kemampuan sekolah dalam mengimplementasikan MBS berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Keragaman kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing sekolah menuntut perlakuan yang berbeda dalam melaksanakan MBS.

Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efesien kepala sekolah sebagai manajer perlu memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan, perencanaan, pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan, dan hubungan manusiawi sebagai modal untuk menciptakan iklim yang kondusif.

MBS merupakan kunci suatu keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai seluruh potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Implementasi MBS harus memiliki visi, misi dan tujuan serta wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya. Selain itu juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan program pendidikan di sekolah.          

Simpulan

Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan ingin berubah karena perubahan yang terjadi tersebut secara rasional, dan bukan atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Namun lebih pada kesadaran bahwa perubahan tersebut memang perlu dilakukan serta membawa ke arah kebaikan.

Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan harus bisa mempengaruhi serta meyakinkan warga sekolah bahwa kondisi yang ada pada saat ini perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini, diperlukan lebih dari sekadar kecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk menjadi pelopor perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari pihak yang sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap perubahan. Sebuah kasus di sekolah yang mana kepala sekolah tidak pernah melakukan supervisi akademik, namun begitu ada pergantian kepala sekolah yang baru secara perlahan melakukan perubahan tersebut, akhirnya kegiatan supervisi akademik yang dulunya ditakuti guru-guru malahan sekolarang menjadi hal yang sudah biasa dan terbiasa bagi guru-guru.

Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan untuk meningkatkan mutu sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan masyarakat erat dan adanya kesadaran bersama.

You Might Also Like

0 Komentar Tog Bhe Maseh: