MEMBIASAKAN YANG BENAR

06.22 URAY ISKANDAR 0 Comments



Kebenaran adalah semua yang ada berupa fakta atau keyakinan yang dapat diterima sebagai sesuatu yang benar. Keberadaan yang benar dan sesuatu yang benar dari dua pilihan penilaian terhadap suatu hal yang diberikan seseorang setelah melalui serangkaian pertimbangan yang didasarkan pada suatu standar. Kebenaran juga berarti sesuai sebagaimana adanya, tidak salah apa yang dikatakan bahkan cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.
Kebenaran itu adalah semua yang ada pada isi alam ini atau alam semesta dengan segala zat yang ada, segala bentuk dan segala sifat  yang melekat padanya. Keberadaannya tidak dapat dibantah atau dinafikan oleh siapapun.  Makanya kita wajib mengakuinya sampai pada tingkat tidak ada keraguan lagi dihati setiap manusia.
            Sedangkan kebiasaan adalah sesuatu secara terus-menerus dalam kegiatan yang sama. Suatu kegiatan bisa menjadi kebiasaan karena memberikan rasa nyaman bagi setiap orang, sehingga selalu  memberikan efek bagi yang melakukannya. Kebiasaan tidak hanya dilakukan oleh setiap individu namun menjalar kepada banyak orang bahkan dalam satu daerah akan membentuk adat. Menjadi adat karena dilakukan secara turun-temurun dari beberapa generasi. Biasanya sebuah kebiasaan yang menjadi adat karena berdasarkan pada kepercayaan yang dipegang oleh setiap masyarakat.
            Dalam pergaulan masyarakat kita bahwa setiap pertemuan selalu berjabat tangan dengan menggunakan tangan kanan. Terus bahkan setiap menunjuk sesuatu selalu menggunakan tangan sebelah kanan. Hal tersebut karena sudah menjadi hal yang biasa, sehingga secara spontanitas tidak menjadi perhatian khusus bagi kita semua.
            Membiasakan hal yang benar memang pada dasarnya harus selalu dimulai dari ruang lingkup rumah tangga. Dari hal yang kecil misalnya kita harus membuang sampah pada tempatnya. Apabila hal itu sudah menjadi kebiasaan maka dimanapun kita berada akan menjadi hal yang biasa membuang sampah pada tempatnya.
            Sebagai sorang pelajar di sekolah misalnya selalu datang ke sekolah tepat waktu, tidak terlambat. Atau ketika ujian selalu mengerjakan soal sesuai dengan perintah atau petunjuk yang telah ditentukan. Membiasakan yang benar di sekolah adalah bentuk implementasi peserta didik dirumah. Di samping itu juga bahwa guru di sekolah juga sudah terbiasa dengan hal yang benar, mulai dari parkir kendraan di sekolah maupun ketika membimbing maupun melatih peserta didiknya.
            Namun sangat disayangkan apabila kita melihat di jalan raya, masih banyak hal yang tidak benar menjadi sebuah kebiasaan yang selalu diulang-ulang, yakni ketika berada di lampu pengatur lalu lintas. Kita saksikan bahwa banyak sekali orang melintasi garis pembatas yang sudah ditentukan, untuk berada pada posisi paling depan. Bahkan tidak heran masih ada yang menerobos lampu merah, sebelum lampu hijau menyala.
            Bahkan biasanya juga kita biasa mendengar pada tempat-tempat umum misal di Bandara Udara yang selalu salah dalam menyebut letak wilayah kota keberadaan bandara tersebut. Penulis sering menyaksikan tulisan salah yang dianggap benar oleh mereka yang tidak mengerti dan tidak tahu tentang “ Langsat Punggur Pontianak”. Hal tersebut seolah olah mereka paling benar dan sudah biasa menyebut ketika berjualan dengan tulisan tersebut. Padahal itu salah, harusnya kita membiasakan mereka menulis tentang asal Langsat Punggur yang benar.
            Membiasakan yang benar membutuhkan keteladanan, keberanian dan konsistensi tingkat tinggi, sementara membenarkan yang biasa lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan proses pikir panjang. Oleh karena itu bahwa nilai-nilai budaya luhur memang tampak mulai menurun, hal ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku sebagian masyarakat yang tampak semakin malas melakukan pembaharuan dan koreksi, serta perbaikan terhadap prilaku yang seolah telah mentradisi di tengah masyarakat.
            Dengan demikian maka saat ini kita harus dapat mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran yang tertuang dalam ajaran agama maupun nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Kita harus terbiasa pada kebenaran, bukan membenarkan yang biasa. Apalagi saat ini berita tentang kejadian atau saat kita menerima sebuah berita hoax atau tidak benar. Jika kita terus menerus disuguhi berita hoax setiap hari dan dari berbagai sumber, maka lama kelamaan berita hoax itu akan dianggap menjadi sebuah kebenaran. Inilah yang sering dilakukan oleh para penyebar berita hoax. Selalu mengupload berita hoax secara simultan dan kontinyu, dengan tujuan dapat memaksa pikiran pembacanya mempercayai berita hoax yang dibuatnya.
Manusia berbudaya adalah manusia yang memiliki perilaku dan tingkah laku yang berakal budi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Manusia diberikan kecerdasan secara alamiah yang merupakan sebuah kemampuan dan daya tangkap yang luar biasa dan lebih tinggi dalam memahami sesuatu. Cerdas adalah suatu kemampuan yang luar biasa yang dinilai dari segi pikiran atau kelakuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Biasanya kelebihan ini bisa membantu mereka agar menjadi beradaptasi dengan lebih dekat pada kehidupan sekitarnya. Orang yang mendapat kesuksesan tentunya bukan hanya dikarenakan memiliki IQ yang tinggi namun juga memiliki emosi yang cerdas, memiliki banyak teman, bisa berkomunikasi dengan baik, mempunyai empati yang tinggi terhadap orang dan lingkungan sekitar dan juga tidak mudah marah atau tempramental.
Belajar berperilaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Bagi peserta didik yang agresif, akan menemukan jati dirinya dan apabila diberi suatu kesempatan maka ia cukup luas untuk berkreasi. Belajar untuk hidup bersama, tidak terlepas daripada kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, dan saling  memberi. Kondisi seperti inilah yang sangat memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar suku, agama dan ras. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, adanya keterbukaan, memberi dan menerima perlu dikembangkan.
Untuk semua itu kita harus banyak mendapatkan kirtik yang bijaksana dari orang-orang di sekitar kita, karena ada pendapat yang mengatakan bahwa semakin dewasa seseorang, kritik semakin menyakitkan hatinya, tetapi semakin bijaksana seseorang, kritik akan semakin indah bagi dirinya. Kritik akan dapat berpengaruh pada kedewasaan seseorang yang bijaksana, karena kritik merupakan bagian dari sebuah penilaian terhadap apa yang dilakukan sehari-hari dan kesalahan yang dilakukan pada diri kita.  Semoga !
(Uray Iskandar, S. Pd, M.Pd)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sambas)


You Might Also Like

0 Komentar Tog Bhe Maseh: