MEMBIASAKAN YANG BENAR
Kebenaran adalah semua yang ada berupa
fakta
atau keyakinan yang dapat diterima sebagai sesuatu yang benar. Keberadaan yang
benar dan sesuatu yang benar dari dua pilihan penilaian terhadap suatu hal yang
diberikan seseorang setelah melalui serangkaian pertimbangan yang didasarkan
pada suatu standar. Kebenaran juga berarti sesuai sebagaimana adanya, tidak
salah apa yang dikatakan bahkan cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.
Kebenaran itu adalah semua yang ada
pada isi alam ini atau alam semesta dengan segala zat yang ada, segala bentuk
dan segala sifat yang melekat padanya. Keberadaannya tidak dapat dibantah
atau dinafikan oleh siapapun. Makanya kita wajib mengakuinya sampai pada
tingkat tidak ada keraguan lagi dihati setiap manusia.
Sedangkan
kebiasaan
adalah sesuatu secara terus-menerus dalam kegiatan yang sama. Suatu kegiatan
bisa menjadi kebiasaan karena memberikan rasa nyaman bagi setiap orang,
sehingga selalu memberikan efek bagi
yang melakukannya. Kebiasaan tidak hanya dilakukan oleh setiap individu namun
menjalar kepada banyak orang bahkan dalam satu daerah akan membentuk adat.
Menjadi adat karena dilakukan secara turun-temurun dari beberapa generasi. Biasanya
sebuah kebiasaan yang menjadi adat karena berdasarkan pada kepercayaan yang
dipegang oleh setiap masyarakat.
Dalam
pergaulan masyarakat kita bahwa setiap pertemuan selalu
berjabat tangan dengan menggunakan tangan kanan. Terus bahkan setiap menunjuk
sesuatu selalu menggunakan tangan sebelah kanan. Hal tersebut karena sudah
menjadi hal yang biasa, sehingga secara spontanitas tidak menjadi perhatian
khusus bagi kita semua.
Membiasakan
hal yang benar memang pada dasarnya harus selalu dimulai dari ruang lingkup
rumah tangga. Dari hal yang kecil misalnya kita harus membuang sampah pada
tempatnya. Apabila hal itu sudah menjadi kebiasaan maka dimanapun kita berada
akan menjadi hal yang biasa membuang sampah pada tempatnya.
Sebagai
sorang pelajar di sekolah misalnya selalu datang ke sekolah tepat waktu, tidak
terlambat. Atau ketika ujian selalu mengerjakan soal sesuai dengan perintah
atau petunjuk yang telah ditentukan. Membiasakan yang benar di sekolah adalah
bentuk implementasi peserta didik dirumah. Di samping itu juga bahwa guru di
sekolah juga sudah terbiasa dengan hal yang benar, mulai dari parkir kendraan
di sekolah maupun ketika membimbing maupun melatih peserta didiknya.
Namun
sangat disayangkan apabila kita melihat di jalan raya, masih banyak hal yang
tidak benar menjadi sebuah kebiasaan yang selalu diulang-ulang, yakni ketika
berada di lampu pengatur lalu lintas. Kita saksikan bahwa banyak sekali orang
melintasi garis pembatas yang sudah ditentukan, untuk berada pada posisi paling
depan. Bahkan tidak heran masih ada yang menerobos lampu merah, sebelum lampu
hijau menyala.
Bahkan
biasanya juga kita biasa mendengar pada tempat-tempat umum misal di Bandara Udara
yang selalu salah dalam menyebut letak wilayah kota keberadaan bandara
tersebut. Penulis sering menyaksikan tulisan salah yang dianggap benar oleh
mereka yang tidak mengerti dan tidak tahu tentang “ Langsat Punggur Pontianak”.
Hal tersebut seolah olah mereka paling benar dan sudah biasa menyebut ketika
berjualan dengan tulisan tersebut. Padahal itu salah, harusnya kita membiasakan
mereka menulis tentang asal Langsat Punggur yang benar.
Membiasakan
yang benar membutuhkan keteladanan, keberanian dan
konsistensi tingkat tinggi, sementara membenarkan yang biasa lebih mudah
dilakukan karena tidak memerlukan proses pikir panjang. Oleh karena itu bahwa nilai-nilai budaya luhur memang tampak mulai menurun, hal ini
dapat dilihat dari sikap dan perilaku sebagian masyarakat yang tampak semakin malas
melakukan pembaharuan dan koreksi, serta perbaikan terhadap prilaku yang seolah
telah mentradisi di tengah masyarakat.
Dengan demikian maka saat
ini kita harus dapat mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran yang tertuang
dalam ajaran agama maupun nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Kita harus
terbiasa pada kebenaran, bukan membenarkan yang biasa. Apalagi
saat ini berita tentang kejadian atau saat kita menerima sebuah berita hoax
atau tidak benar. Jika kita terus menerus disuguhi berita hoax setiap hari dan
dari berbagai sumber, maka lama kelamaan berita hoax itu akan dianggap menjadi
sebuah kebenaran. Inilah yang sering dilakukan oleh para penyebar berita hoax.
Selalu mengupload berita hoax secara simultan dan kontinyu, dengan tujuan dapat
memaksa pikiran pembacanya mempercayai berita hoax yang dibuatnya.
Manusia berbudaya adalah manusia yang memiliki perilaku dan
tingkah laku yang berakal budi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Manusia diberikan kecerdasan secara alamiah yang merupakan sebuah kemampuan dan
daya tangkap yang luar biasa dan lebih tinggi dalam memahami sesuatu. Cerdas
adalah suatu kemampuan yang luar biasa yang dinilai dari segi pikiran atau
kelakuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Biasanya kelebihan ini bisa membantu
mereka agar menjadi beradaptasi dengan lebih dekat pada kehidupan sekitarnya.
Orang yang mendapat kesuksesan tentunya bukan hanya dikarenakan memiliki IQ
yang tinggi namun juga memiliki emosi yang cerdas, memiliki banyak teman, bisa
berkomunikasi dengan baik, mempunyai empati yang tinggi terhadap orang dan
lingkungan sekitar dan juga tidak mudah marah atau tempramental.
Belajar berperilaku
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Bagi peserta didik yang agresif, akan menemukan jati dirinya dan
apabila diberi suatu
kesempatan maka ia cukup luas untuk berkreasi. Belajar
untuk hidup bersama, tidak terlepas daripada kebiasaan hidup bersama, saling menghargai,
terbuka, dan saling memberi. Kondisi
seperti inilah yang sangat memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar
suku, agama dan ras. Kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, adanya keterbukaan, memberi dan menerima perlu dikembangkan.
Untuk semua itu kita
harus banyak mendapatkan kirtik yang bijaksana dari orang-orang di sekitar
kita, karena ada pendapat yang mengatakan bahwa semakin dewasa seseorang, kritik semakin menyakitkan
hatinya, tetapi semakin bijaksana seseorang, kritik akan semakin indah bagi
dirinya.
Kritik akan
dapat berpengaruh pada kedewasaan
seseorang yang bijaksana, karena kritik merupakan bagian dari sebuah
penilaian terhadap apa yang
dilakukan sehari-hari dan kesalahan yang dilakukan pada diri kita.
Semoga !
(Uray
Iskandar, S. Pd, M.Pd)
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sambas)
0 Komentar Tog Bhe Maseh: